Misa dalam Alkitab, Mana Ayatnya?
Oleh Dr. Scott Hahn

Perjamuan Anak Domba (Sumber: stpaulcenter.com)
Sebagai seorang siswa Kristen Injili yang penuh semangat, Scott Hahn menantang teman sekelasnya yang seorang Katolik dengan pertanyaan ini: “Di mana ada kurban Misa dalam Perjanjian Baru?” Karena temannya itu tidak mengerti Kitab Suci maka ia tidak bisa menyanggah pertanyaan Scott. Bahkan temannya itu merasa yakin bahwa iman Katoliknya tidak punya dasar alkitabiah.
Bertahun-tahun kemudian, Scott akan memahami makna sebenarnya dari perkataan dan perbuatan Kristus di Ruang Atas dan di Kalvari. Scott menemukan bahwa Misa itu ada di semua bagian dalam Alkitab dan Alkitab adalah semua hal tentang Misa.
Komentar alkitabiah oleh para Bapa Gereja perdana yang membimbing Scott untuk lebih memahami kesatuan Kitab Suci. Seperti pepatah St. Agustinus, “Perjanjian Baru terselubung dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Lama diungkapkan dalam Perjanjian Baru.”
Baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Kitab Suci menduga-duga, mengatur, dan menggambarkan kehidupan ritual umat Allah. Alkitab memberikan isi maupun konteks liturgi, sama seperti liturgi memberikan konteksnya untuk memahami Kitab Suci.
Apa itu liturgi? Liturgi adalah ibadat publik atau karya publik. Yang merupakan ritual ibadah umum yang dilakukan oleh umat Allah baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Dalam kitab Kejadian, jagat raya digambarkan sebagai tempat kudus bagi hadirat Allah, yang kemudian digemakan oleh karakteristik tabernakel dan Bait Suci Israel. Puncak penciptaan adalah ketika Allah menciptakan manusia, yang dinamakan Adam dan Hawa. Sebagai tuan dari segala ciptaan, Adam diberikan tugas sebagai imam di tempat kudus Eden, untuk “mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kejadian 2:15). Dua tindakan itu dalam bahasa Ibrani disebut abad dan shamar, yang menjadi panggilan utamanya. Setelah Kejatuhan Manusia, penyembahan dan pengurbanan berubah. Putra Adam yang bernama Kain dipenuhi iri hati, sehingga membunuh saudaranya sendiri yang bernama Habel dalam konteks ritual kurban.
Memang, dalam kitab Kejadian kita bisa melihat para bapa bangsa melakukan kurban, dari Nuh dalam tindakan ucapan syukur setelah air bah sampai Abraham yang mengesahkan sumpah perjanjiannya. Sebagai kepala rumah tangga, para bapa melakukan tugas imamat, mempersembahkan kurban untuk diri mereka sendiri dan atas nama keluarganya, dan meneruskan tugas itu kepada putra sulung mereka. Para bapa bangsa adalah imam dan liturgi menjadi inti agama yang mereka anut.
Liturgi juga menjadi inti pembebasan bangsa Israel (Eksodus) dari Mesir. Sebagai bagian dari pembebasan mereka dari perbudakan, umat Allah merayakan ritual Paskah, yang dilembagakan sebagai perjamuan peringatan untuk dirayakan oleh generasi mendatang. Hukum Musa itu sendiri adalah liturgi, mengajarkan bangsa Israel dalam cara beribadah, bahkan dengan merinci hal busana dan perlengkapannya.
Bahkan ketika memasuki Tanah Perjanjian diperlukan tindakan liturgis dari suku-suku Israel. Pertempuran Yerikho tidak dipimpin oleh kekuatan militer tetapi melalui tindakan imam, prosesi di sekitar kota itu dan meniup terompet. Setelah mereka menetap dan beristirahat dari musuh-musuh mereka, Allah meminta putra Daud yang adalah Salomo untuk mendirikan rumah bagi-Nya, sebuah bait suci di Yerusalem tempat mempersembahakan kurban kepada-Nya setiap hari.
Ketika para nabi marah kepada para imam di Bait Allah, itu bukan karena masalah liturgi atau imamatnya. Masalahnya selalu tentang hati manusia. Inilah liturgi yang dilakukan dengan buruk dan tidak jujur, dan inilah inti kejatuhan Israel.
Pusat dari liturgi tidak lenyap dengan kedatangan Mesias. Yesus sendiri melakukan ritual Israel. Ia pergi ke sinagoga, berziarah, pergi ke Bait Allah, membayar pajak Bait Allah. Yesus tidak menghapuskan liturgi melainkan mendirikan ritus yang baru dan lebih kuat dalam sakramen, secara khusus Ekaristi yang dirayakan di Ruang Atas dalam konteks Paskah Yahudi. Itulah perjamuan peringatan di mana Yesus sebagai Anak Domba Allah, Roti Hidup, mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya untuk penebusan dosa.
Demikian pula, Gereja perdana belajar dari Tuhannya, menjalani kehidupan liturgi yang kaya. Kisah Para Rasul dan kitab-kitab Perjanjian Baru lainnya yang mencakup tulisan para Rasul yang melakukan ritual: mereka membaptis, memecah-mecahkan roti, mengurapi, menumpangkan tangan atas orang banyak. Mereka mengampuni dosa dan melakukan ritual perjamuan. Dalam Surat kepada orang di Roma, Korintus, Galatia, St. Paulus membahas etiket yang tepat untuk makan bersama dalam hadirat Allah. Surat kepada orang Ibrani dan kitab Wahyu lebih berpusat terhadap liturgi, menggambarkan Gereja Kristen sebagai beribadah dalam tindakan imam di sekitar altar yang disediakan untuk ibadah. Semua bagian Kitab Suci, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, semuanya ditulis untuk kepentingan ritual penyembahan.
Artikel ini merupakan kutipan dari Bimbingan Belajar “Parousia: The Bible and the Mass,” sebuah pengajaran yang terdiri dari sepuluh video yang dipandu oleh Scott Hahn.
Posted on 20 June 2021, in Ekaristi, Kitab Suci and tagged Ekaristi, Kitab Suci, Misa Kudus, Paskah. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0