[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
103 Santo-santa Martir dari Korea
Setelah memublikasikan sejarah singkat Gereja Katolik di Korea pada 25 serial pada surat berita CBCK (the Catholic Bishops’ Confrence of Korea/ KWI-nya Korea Selatan), kami sangat senang untuk mempersembahkan kepada para pembaca tentang kisah singkat kehidupan 103 Santo-santa Martir dari Korea yang dikanonisasi oleh Paus Santo Yohanes Paulus II pada upacara kanonisasi yang dilaksanakan pada tanggal 6 Mei 1948 di Yoido Plaza, Seoul, Korea Selatan.
Seperti yang dikatakan Paus Santo Yohanes Paulus II , dari Petrus Yu Tae-chol yang berusia tiga belas tahun sampai dengan Markus Chong yang berusia tujuh puluh dua tahun, pria dan wanita, klerus dan umat awam, kaya dan miskin, orang-orang biasa dan para bangsawan, banyak dari mereka adalah keturunan dari martir-martir awal tanpa tanda jasa (yang selanjutnya beberapa dari mereka dikenal di 124 Martir dari Korea), mereka semua dengan senang hati mati demi Kristus.
Paus Yohanes Paulus II berkata, “Santo-santa Martir dari Korea telah menjadi saksi Kristus yang disalibkan dan bangkit. Melalui pengorbanan hidup mereka, mereka telah menjadi seperti Kristus. ‘Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga’ (Mat 5:10). Kebenaran dari firman dari Juruselamat kita, kebenaran dari Sabda Bahagia, semuanya diwujudkan dalam saksi heroik dari Para Martir dari Korea.”
Sebagai pengantar dari kisah individual Santo-santa Martir dari Korea, kami mempersembahkan “Riwayat singkat dari Kehidupan 103 Santo-santa Martir dari Korea” seperti yang dibacakan pada upacara kanonisasi mereka.
“Allah yang menghendaki keselamatan bagi semua orang, menanamkan benih Iman Katolik di Korea, dengan cara yang luar biasa dan membuat benih itu berkembang. Komunitas Kristiani awal mulai dibentuk ketika Yi Sung-hun memulai mempelajari doktrin Kristen dengan kemauan sendiri dan akhirnya dia dibaptis dan diberi nama Petrus pada tahun 1784. Pada awalnya, karena iman mereka kepada Allah, umat Kristen Korea pertama berkali-kali dianiaya, ditolak oleh keluarga mereka sendiri, dan menderita bukan hanya kehilangan kedudukan sosialnya namun juga hak asasi manusia mereka. Namun demikian, walaupun dianiaya, iman dapat tetap menyebar.
Komunitas Kristiani di Korea yang dimulai tanpa adanya imam, akhirnya diberikan bantuan dua orang imam dari Tiongkok. Namun pelayanan mereka tidak lama, dan empat puluh tahun berlalu sebelum Serikat Misi Paris (Paris Foreign Missions Society / Société des Missions étrangères de Paris disingkat menjadi M.E.P.) memulai karyanya di Korea dengan kedatangan Pastor Mauban pada tahun 1836. Sampai dengan kedatangannya, komunitas Kristiani setempat tergerak oleh keinginan yang membara untuk menerima rahmat Sakramen. Seorang utusan dipilih dan dikirim ke Beijing dengan berjalan kaki sejauh 750 mil, dengan tujuan untuk memohon pada Uskup Beijing dengan air mata, supaya mengirimkan uskup dan imam bagi mereka.
Permohonan yang sama dibuat kepada Bapa Suci di Roma. Bahaya yang serius menunggu para misionaris yang berani untuk memasuki Korea. Para uskup dan imam yang menghadapi bahaya ini, serta umat Kristen awam yang membantu dan melindungi mereka, berada dalam ancaman kehilangan kehidupan mereka.
Bahkan, sampai dengan pemberian kebebasan beragama di Korea pada tahun 1866, terdapat banyak “murid yang menumpahkan darah mereka, untuk serupa dengan Tuhan kita, Kristus, dan menyerahkan nyawa-Nya demi keselamatan dunia” (Lumen Gentium , 42). Diantara mereka yang wafat sebagai martir dan dikanonisasi, terdapat sebelas imam dan sembilan puluh dua umat awam.
Bersama dengan pastor rohani mereka, terdapat pria dan wanita, muda dan tua, orang yang terdidik dan yang tidak terdidik, dan mereka tanpa membeda-bedakan kelas sosial. Mereka saling terikat satu sama lain dalam kesamaan iman untuk menjadi saksi bahwa Allah memanggil semua orang tanpa kecuali menuju kesempurnaan hidup.
Uskup Laurensius Imbert dan sepuluh misionaris dari Perancis lainnya merupakan imam-imam pertama dari Serikat Misi Paris yang masuk ke Korea dan merangkul sebuah budaya yang berbeda demi kasih kepada Allah. Selama siang hari, mereka berada di persembunyiannya, namun ketika malam hari, mereka berkeliling dengan berjalan kaki untuk memenuhi kebutuhan spiritual umat beriman dan memberikan sakramen-sakramen.
Imam pertama Korea yaitu Andreas Kim Tae-gon, didorong oleh imannya kepada Allah dan kasihnya kepada orang-orang Kristen, menemukan sebuah jalan untuk membuat sebuah tugas sulit untuk karya misionaris awal ke Korea. Namun demikian, hanya tiga belas bulan setelah dia ditahbiskan, dia dihukum mati dengan pedang, ketika dia masih berusia 26 tahun dan minyak suci ketika penahbisannya masih segar dan berada di tangannya.
Paulus Chong Ha-sang, Agustinus Yu Chin-gil, dan Karolus Cho Shin-chol melakukan beberapa kali kunjungan ke Beijing dalam rangka menemukan cara baru untuk memperkenalkan misionaris ke Korea. Sejak penganiayaan pada tahun 1801, tidak pernah ada lagi imam yang merawat komunitas Kristiani setempat. Akhirnya, mereka berhasil membuka babak baru dalam sejarah untuk menyebarluaskan Gereja di Korea dengan kedatangan seorang Uskup dan sepuluh imam dari Serikat Misi Paris.
Diantara para martir tersebut terdapat lima belas orang perawan, termasuk dua orang kakak beradik Agnes Kim Hyo-ju dan Kolumba Kim Hyo-im yang mengasihi Yesus dengan sepenuh hati (1 Kor 7:32-34). Ketika zaman kehidupan agama Kristen belum diketahui di Korea, wanita-wanita itu tinggal dalam komunitas dan mereka merawat orang sakit dan miskin. Sama dengan, Yohanes Pembaptis Yi Kwang-hyol yang meninggal sebagai martir yang telah menghidupi kehidupan selibat dalam pengabdian dalam pelayanan kepada Gereja.
Hal yang penting juga untuk mengingat cara yang istimewa dari beberapa martir yang dikanonisasi pada hari itu: Damianus Nam Myong-hyok dan Maria Yi Yon-hui adalah model dalam kehidupan keluarga; Yohanes Pembaptis Nam Chong-sam, walaupun dia seorang yang memiliki kelas status sosial yang tinggi, dia adalah model untuk keadilan, kemurnian, dan kemiskinan; Yohanes Pak Hu-jae, setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam penganiayaan, dia belajar bertahan hidup dengan membuat sandal dari jerami; Petrus Kwon Tug-in yang mengabdikan diri dalam meditasi; Anna Pak A-gi yang tidak terlalu dalam dalam memahami doktrin Kristen, dia mengabdikan seluruh hidupnya kepada Yesus dan Bunda Suci Maria; dan akhirnya Petrus Yu Tae-chol yang masih dalam usia mudanya, dia berumur 13 tahun, dia dengan berani mengakui imannya dan meninggal sebagai martir.
Lebih dari 10.000 martir wafat dalam penganiayaan yang terjadi dalam rentang waktu lebih dari seratus tahun. Semua martir ini, tujuh puluh sembilan orang dibeatifikasi pada tahun 1925. Mereka telah wafat dalam penganiayaan tahun 1839 (Penganiayaan Ki-hae), tahun 1846 (Penganiayaan Pyong-o), dan tahun 1866 (Penganiayaan Pyong-in). Sebagai tambahan, dua puluh empat orang martir dibeatifikasi pada tahun 1968. Semuanya, 103 orang martir dikanonisasi pada tanggal 6 Mei 1984 di pinggir Sungai Han dan dalam pemandangan tampat suci para martir yaitu Saenamto dan Choltusan, di mana mereka mendapatkan ganjaran kekal mereka.”
- Santo Andreas Kim Tae-gon
- Santo Paulus Chong Ha-sang
- Santo Petrus Yi Ho-yong
- Santo Protasius Chong Kuk-bo
- Santa Agatha Kim A-gi
- Santa Anna Pak A-gi
- Santa Agatha Yi So-sa
- Santa Magdalena Kim Ob-i
- Santa Agustinus Yi Kwang-hon
- Santa Barbara Han A-gi
- Santa Lusia Pak Hui-sun
- Santo Damianus Nam Myong-hyok
- Santo Petrus Kwon Tug-in
- Santo Yosef Chang Song-jib
- Santa Barbara Kim
- Santa Barbara Yi
- Santa Rosa Kim
- Santa Martha Kim Song-im
- Santa Teresia Yi Mae-im
- Santa Anna Kim Chang-gum
- Santo Yohanes Pembaptis Yi Kwang-nyol
- Santa Magdalena Yi Yong-hui
- Santa Lusia Kim
- Santa Maria Won Kwi-im
- Santa Maria Pak K’un-a-gi
- Santa Barbara Kwon-hui
- Santo Yohanes Pak Hu-jae
- Santa Barbara Yi Chong-hui
- Santa Maria Yi Yon-hui
- Santa Agnes Kim Hyo-ju
- Santo Fransiskus Choe Kyong-hwan
- Santo Laurent-Marie-Joseph Imbert
- Santo Pierre-Philibert Maubant
- Santo Jacques-Honoré Chastan
- Santo Agustinus Yu Chin-gil
- Santa Magdalena Ho Kye-im
- Santo Sebastianus Nam I-gwan
- Santa Yuliet Kim
- Santa Agatha Chon Kyong-hyob
- Santo Karolus Cho Shin-chol
- Santo Ignasius Kim Che-jun
- Santa Magdalena Pak Pong-son
- Santa Perpetua Hong Kum-ju
- Santa Kolumba Kim Hyo-im
- Santa Lusia Kim (Kopch’u)
- Santa Katarina Yi
- Santa Magdalena Cho
- Santo Petrus Yu Tae-chol
- Santa Cecilia Yu So-sa
- Santo Petrus Choe Chang-hub
- Santa Barbara Cho Chung-i
- Santa Magdalena Han Yong-i
- Santa Benedikta Hyon Kyong-nyon
- Santa Elisabeth Chong Chong-hye
- Santa Barbara Ko Sun-i
- Santa Magdalena Yi Yong-dog
- Santa Teresia Kim
- Santa Agatha Yi
- Santo Stefanus Min Kuk-ka
- Santo Andreas Chong Hwa-gyong
- Santo Paulus Ho Hyob
- Santo Agustinus Pak Chong-won
- Santo Petrus Hong Pyong-ju
- Santa Magdalena Son So-byog
- Santa Agatha Yi Kyong-i
- Santa Maria Yi In-dog
- Santa Agatha Kwon Chin-i
- Santo Paulus Hong Yung-ju
- Santo Yohanes Yi Mun-u
- Santa Barbara Choe Yong-i
- Santo Antonius Kim Song-u
- Santo Karolus Hyon Song-mun
- Santo Petrus Nam Kyong-mun
- Santo Laurensius Han I-hyong
- Santa Susanna U Sur-im
- Santo Yosef Im Chi-baeg
- Santa Teresia Kim Im-i
- Santa Agatha Yi Kan-nan
- Santa Katarina Chong Chor-yom
- Santo Petrus Yu Chong-nyul
- Santo Siméon-François Berneux
- Santo Simon-Marie-Just Ranfer de Bretenières
- Santo Pierre-Henri Dorie
- Santo Bernard-Louis Beaulieu
- Santo Yohanes Pembaptis Nam Chong-sam
- Santo Yohanes Pembaptis Chon Chang-un
- Santo Petrus Choe Hyong
- Santo Markus Chong Ui-bae
- Santo Alexius U Se-yong
- Santo Marie-Nicolas-Antoine Daveluy
- Santo Martin-Luc Huin
- Santo Pierre Aumaître
- Santo Yosef Chang Chu-gi
- Santo Lukas Hwang Sok-tu
- Santo Thomas Son Cha-son
- Santo Bartolomeus Chong Mun-ho
- Santo Petrus Cho Hwa-so
- Santo Petrus Son Son-ji
- Santo Petrus Yi Myong-so
- Santo Yosef Han Chae-kwon
- Santo Petrus Chong Won-ji
- Santo Yosef Cho Yun-ho
- Santo Yohanes Yi Yun-il
Sumber: cbck.or.kr
Leave a comment
Comments 0