[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Makna Garam dalam Kitab Suci
Oleh Daniel Esparza

Hamparan Garam di Bolivia oleh psyberartist (Sumber: flickr.com dan aleteia.org)
Garam merupakan bahan pokok kehidupan manusia yang telah digunakan sejak zaman kuno untuk berbagai tujuan, dan sarat makna spiritual.
Dalam Alkitab, garam memiliki peran yang menarik dan seringkali bertentangan. Garam merupakan bahan pokok manusia, dan telah digunakan sejak zaman kuno dalam berbagai kebudayaan sebagai bumbu, bahan pengawet, desinfektan, bahan dalam upacara kurban sajian, dan juga sebagai alat tukar. Orang Ibrani, baik selama masa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga menggunakannya.
Dalam Imamat 2:13 dan Yehezkiel 43:24 menunjukkan dengan jelas bahwa garam merupakan bahan kurban penting dalam agama orang Ibrani kuno. “Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam.” (Imamat 2:13). Juga, garam harus ditaburkan di atas kurban bakaran (Yehezkiel 43:24), dan juga menjadi bagian dalam ukupan yang dipersembahkan di Bait Allah (Keluaran 30:35). Bahkan seorang bayi yang baru lahir dibaluri dengan garam, seperti yang bisa kita baca dalam Yehezkiel 16:4: “Kelahiranmu begini: Waktu engkau dilahirkan, pusatmu tidak dipotong dan engkau tidak dibasuh dengan air supaya bersih; juga dengan garampun engkau tidak digosok atau dibedungi dengan lampin.”
Di samping itu garam juga memiliki makna simbolis yang digunakan secara luas dan berbagai macam arti di Israel kuno. Dalam kitab Bilangan dan 2 Tawarikh memperkenalkan makna sebagai simbol penegasan suatu persahabatan antara pihak (disebut juga perjanjian garam bdk. Bilangan 18:19 dan 2 Tawarikh 13:5 –red.). Pada kenyataannya, makan garam bersama pada zaman dahulu (dan juga sampai sekarang) adalah tanda persahabatan di beberapa wilayah di Mediterania.
[Tambahan dari TerangIman.com] Dr. John Bergsma dalam bukunya yang berjudul “New Testament Basics for Catholics” menjelaskan makna garam dalam Kisah Para Rasul 1:4: “Pada suatu hari ketika Ia mengambil garam bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem.” Dalam bahasa Yunani pada permulaan ayat itu berbunyi “sunalizomenos” yang secara literal berarti “ketika mengambil garam” yang merupakan frase Yunani yang bermakna “makan bersama” karena bangsa Yunani menyajikan garam setiap kali mereka makan sebagai bumbu.
Dalam Injil, kita bisa menemukan bahwa Yesus memanggil para murid-Nya sebagai “garam dunia” dengan menambahkan pernyataan berikut:
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Matius 5:13)
Juga dalam Injil Markus (lihat Markus 9:50), Yesus mengingatkan untuk “selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.” Dalam konteks ini, “garam” digunakan untuk menunjukkan kapasitas untuk memelihara, memurnikan, dan membersihkan, sama seperti api yang membakar ketidakmurnian dan mengubah segala sesuatu menjadi substansinya sendiri (yaitu dengan melahapnya), maka garam mencegah kerusakan, menghentikan pembusukan, dan memelihara segala sesuatu yang terkena garam itu. Singkatnya, garam melindungi sesuatu dari pembusukan. Maka, jelas sekali bahwa Yesus mengundang para murid-Nya untuk memelihara niat baik yang akan “menyedapkan” hubungan positif antara manusia dan “mencegah” komunitas menjadi rusak, supaya komunitas itu “terpelihara” dengan baik.
Posted on 23 November 2019, in Kenali Imanmu, Kitab Suci and tagged Garam, John Bergsma, Kitab Suci. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0