Blog Archives

Pendeta Pentakosta Oneness Menjadi Katolik – Kisah Michael Garcia

Michael Garcia (Sumber: chnetwork.com)

Didikan dan Sejarah Keluarga

Saya dilahirkan di sebuah keluarga Katolik pada bulan Mei 1953, dibaptis saat masih bayi, lalu melakukan pengakuan dosa, menerima Komuni Kudus pertama, dan menerima Sakramen Penguatan dari Uskup Buswell di gereja Our Lady of Guadalupe, paroki tertua di Colorado. Saya sangat menyukai segala sesuatu tentang Tuhan dan Gereja. Bahkan, saya sempat membayangkan diri saya menjadi seorang imam suatu hari nanti, tetapi akhirnya saya mengurungkan niat itu karena saya ingin menikah dan memiliki anak. Ibu saya akan meminta kami berdoa Rosario setiap kali ada masalah, dan memastikan kami mengikuti Misa; tetapi ayah saya jarang ke gereja dan tidak pernah berdoa Rosario bersama kami, meskipun saya tahu dia mengasihi Tuhan. Read the rest of this entry

Menemukan Kembali Ekaristi – Kisah Diakon Dennis Lambert

Diakon Dennis Lambert (Sumber: chnetwork.org)

 

Kisah perjalanan iman ini diadaptasi dari buku Diakon Dennis Lambert yang berjudul For Real? Christ’s Presence in the Eucharist (Liguori Publications 2022).

Awal yang Baik

Saya seorang Katolik sejak kecil yang dibesarkan dalam lingkungan yang penuh dengan cinta dan kesetiaan pada iman. Keluarga saya menghadiri Misa setiap hari Minggu dan setiap hari raya. Seperti kebanyakan umat Katolik, dulu dan sekarang, keluarga Lambert memiliki tempat duduk yang favorit. Bangku kami berada di bagian tengah, bangku kedua dari altar. Saya masih ingat kebiasaan ayah saya yang suka mencondongkan tubuhnya ke depan dan ke belakang setiap tiga detik. Saya yakin dia tidak menyadari kebiasaan ini, atau menyadari kalau saya pun suka menirukannya. Read the rest of this entry

Facebook Menjadikanku Katolik – Kisah Meghan Foshay

Meghan Foshay (Sumber: chnetwork.org)

Saya dibesarkan di Gereja Katolik oleh kedua orang tua yang mencintai imannya. Kami mengikuti Misa setiap hari Minggu, saya menerima sakramen, tetapi saya tidak pernah sungguh-sungguh menganggap diri saya sebagai seorang Kristiani. Bahkan, saya tidak tahu apakah saya mempercayai Tuhan. Saya tidak suka ikut Misa untuk menyembah Tuhan yang saya bahkan tidak yakin Tuhan itu ada. Dan Alkitab tampaknya bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh sains di sekolah negeri. Intinya: agama tampak konyol dan membuang-buang waktu.

Sikap skeptis dan tempat bagi Tuhan

Pada tahun 2016, perubahan keyakinan saya kepada Kristus dimulai. Saya menyadari bahwa kejahatan benar-benar ada di dunia ini dan juga ada di banyak institusinya. Kemudian saya mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus. Tak lama kemudian saya mengalami perubahan hati yang drastis dan penyesalan mendalam atas dosa-dosa yang saya lakukan, dan saya merasa “tahu” (melalui anugerah yang diberikan) bahwa Tritunggal dan Alkitab itu benar adanya. Saya tahu kalau kebingungan yang saya alami mengenai Alkitab bertentangan dengan ilmu pengetahuan hanyalah: kebingungan dari diri saya sendiri. Saya langsung tahu bahwa Iblis adalah penguasa dunia ini. Maka, saya memesan Alkitab pertama saya dan mulai membada Perjanjian Baru dengan sungguh-sungguh dan bergaul dengan orang yang lebih unggul secara rohani. Read the rest of this entry

Kenapa Petrus Tenggelam? – Kisah Peter Flies

Peter Flies (Sumber: chnetwork.org)

Di tengah perjalanan hidup saya, saya melihat lampu mobil polisi di kaca spion saya. Saya menepi di sisi jalan dan pantas ditangkap. Saya masih ingat waktu itu saya menolak tes ketenangan, bukan karena saya ingin melawan penilaian polisi di pengadilan, namun karena saya hampir tidak bisa berdiri. Saya mengemudi dengan kecepatan 35 mil/jam (±56 km/jam) di jalan raya yang seharusnya dalam kecepatan 65 mil/jam (±104 km/jam) pada jam 4 dini hari, tanpa pakaian dan sepatu. Saya dibawa ke tempat detoksifikasi, kemudian ke penjara. Itulah hari terbaik dalam hidup saya. Read the rest of this entry

Ketika yang Dikehendaki Tidak Cukup – Kisah Sr. Miriam James Heidland, S.O.L.T.

Sr. Miriam James Heidland, S.O.L.T. (Sumber: chnetwork.org)

Sr. Miriam James Heidland, S.O.L.T. adalah penulis buku “Loved as I Am” yang diterbitkan oleh Ave Maria Press. Dia berbicara kepada Coming Home Network mengenai didikan keluarganya yang Katolik, bagaimana dia berpaling dari atlet mahasiswa di kampus, dan akhirnya menemukan kekuatan untuk percaya akan panggilan Allah dalam kehidupan religius.

Read the rest of this entry

Keindahan dari Kehancuran – Kisah Joelle Maryn

Joelle Maryn (Sumber: chnetwork.com)

Iman yang Bernyala-nyala

Dahulu, saya seorang gadis kecil yang rajin berdoa. Saya dilahirkan dan dibesarkan dalam Iman Katolik. Saya dibesarkan di kota kecil di negara bagian New York. Anda bisa melihat gereja St. Mary dan aula parokinya dari jendela ruang tamu di rumah kami. Presbiter paroki sering datang untuk makan malam, dan keluarga saya sangat terlibat di kehidupan menggereja. Iman saya begitu dalam, dan saya berbicara dengan Tuhan seolah-olah saya punya saluran telepon langsung. Saya merasakan kehadiran-Nya dalam hidup saya dan tahu kalau Ia bisa memindahkan gunung. Read the rest of this entry

Kecanduan dan Penebusan – Kisah Jim Wahlberg

Jim Wahlberg (Sumber: aetv.com)

Jika Anda memberi tahu saya sebagai seorang anak yang dibesarkan di Dorchester, Massachusetts tempat di mana saya berada hari ini, saya tidak akan mempercayainya. Saya tidak berpikir ada orang yang percaya hal itu bahwa Tuhan punya rencana yang berbeda. Saya menemukan mukjizat sejati yaitu ketenangan hati dan juga menemukan kepenuhan hidup dalam Yesus, dan hidup saya telah diubah secara permanen. Read the rest of this entry

Kembali dari Neraka – Kisah Elvis Gutierrez

Elvis Gutierrez (Sumber: Facebook)

Saya lahir di Yonkers, New York, di dekat Bronx. Kedua orang tua saya berimigrasi dari Republik Dominika, ayah saya pada tahun 1960-an sedangkan ibu saya pada tahun 1970-an. Keduanya berasal dari komunitas pedesaan yang bernama La Cidra, di mana masyarakatnya hidup dengan bercocok tanam. Air minum mereka berasal dari sungai, anak sungai, dan juga hujan. Tidak ada listrik, tidak ada tata kelola sanitasi, dan banyak penduduknya masih menunggangi kuda dan keledai. Read the rest of this entry

Kepenuhan Kehidupan – Kisah Christine Hall

Christine Hall (Sumber: chnetwork.org)

Saya lahir di Schenectady, New York pada tahun 1957 di sebuah keluarga Katolik yang sangat tradisional. Saya anak bungsu dari empat bersaudara. Empat bersaudara itu terdiri dari dua orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. Kami semua bersekolah di sekolah Katolik dan setiap hari Minggu kami ikut Misa sebagai satu keluarga. Di rumah kami, kami punya satu gambar Yesus, sebuah patung Maria, dan beberapa salib (ber-corpus) yang diselipi daun palem dari perayaan Minggu Palma. Kami seperti keluarga Katolik Amerika pada biasanya. Kota tempat tinggal kami sangat Katolik. Hampir semua teman saya beragama Katolik, dan di setiap bagian wilayah kota ada sebuah paroki dan sekolah Katolik. Read the rest of this entry

Sukacita Pulang ke Gereja Katolik – Kisah Margaret Reveira

Margaret LaCovara-Reveira (Sumber: Facebook)

Pada bulan Maret 1984, di tengah krisis emosional yang saya alami, saya membuat keputusan untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi saya. Saya menyadari kalau saya butuh bertumbuh dalam berbagai hal yang berhubungan dengan Tuhan dan membiasakan diri dengan Firman-Nya. Saya tidak takut “dijual” kepada Allah, karena kasih saya bagi Sang Juruselamat sudah dibina sejak masa kanak-kanak. Sebagai seorang pelajar Katolik yang usianya delapan tahun, ikut Misa harian adalah hal yang biasa, dan praktik ini berlangsung lama setelah ini. Secara harfiah, ada sukacita berada di hadirat Tuhan dan berdoa. Kendati demikian, saya masih melakukan hal yang sangat menyimpang dari-Nya, terutama di usia 20-an. Sepanjang hidup saya, penampilan saya sering dipertanyakan, dan meskipun humor yang menyindir menjadi bagian dari tata bicara saya, saya tidak punya harga diri yang pantas, memulai pencarian cinta yang tak ada hentinya. Saya dengan cepat mengadopsi gaya hidup pergaulan bebas sebagai sarana untuk memuaskan tujuan saya. Namun, hal itu sia-sia. Terlepas dari kesenangan fisik, sebagaian besar perjumpaan yang saya alami tidak menghasilkan apa-apa selain dari kejatuhan emosional. Read the rest of this entry