Blog Archives
Yesus Kristus dalam Lukisan Korea
Tuhan Yesus hidup dalam budaya Yahudi. Walaupun demikian, berbagai macam budaya dan etnis seringkali menggambarkan Yesus dan tokoh-tokoh lainnya dalam Kitab Suci sebagai bagian dalam budaya dan etnis mereka sendiri. Terkadang, hal ini dilakukan untuk melambangkan fakta bahwa Yesus datang demi semua bangsa di dunia.
Selama beberapa abad, Kekristenan berpusat di Eropa, maka tokoh-tokoh penting dalam sejarah keselamatan seringkali digambarkan seperti orang Eropa yang berkulit putih. Hal itu sah-sah saja, namun budaya lain juga sering menggambarkan dalam penampilan mereka sendiri.
Sang Pelukis
Lantas siapa yang melukis lukisan-lukisan ini? Dialah seorang seniman Korea yang bernama Kim Ki-chang (1914-2001). Dia memiliki nama pena Unbo. Dia berasal dari sebuah keluarga Kristen yang saleh. Ibunya mengenalkan dia dengan tulisan dan lukisan. Pada usia 16 tahun dia menjadi murid dari seorang seniman yang bernama Kim Eun-ho (1892-1979). Kemudian dia menikah dengan Park Rae-hyun, yang juga seorang seniman yang memiliki nama pena Uhyang. Read the rest of this entry
Santo Yohanes Yun Yu-il

Ioannes Yun Yu-il (Sumber: cbck.or.kr)
Yohanes Yun Yu-il (1812-1867) lahir pada tahun 1812 di Hongju di Ch’ungch’ong-do. Kemudian ia menetap di Mungyong di Provinsi Kyongsang. Ia mencari nafkah dengan bertani. Ia menikah dan dianugerahi beberapa orang anak. Ketika penganiayaan dimulai, ia berusia 45 tahun. Yohanes seorang yang perawakan tinggi dan berjanggut tebal. Ia dikenal karena imannya yang saleh dan kepribadiannya yang sederhana. Secara turun temurun keluarganya menganut agama Katolik dan menghasilkan beberapa orang katekis. Yohanes berusaha sebaik mungkin menjaga tradisi keluarganya. Read the rest of this entry
Santo Yosef Cho Yun-ho
Yosef Cho Yun-ho (1848-1866) lahir pada tahun 1848. Ketika penganiayaan dimulai, dia berusia 17 tahun. Karena Yosef baru saja menikah, dia dan istrinya tinggal bersama orang tua mereka. Iman Yosef begitu mendalam dan dia mematuhi semua aturan Gereja dengan setia. Read the rest of this entry
Santo Petrus Chong Won-ji
Petrus Choung Woun-ji (1845-1866) lahir pada tahun 1845 dari kelaurga Katolik yang sangat saleh di Chinjam di Provinsi Ch’ungch’oung. Ketika penganiayaan dimulai pada tahun 1866, dia seorang yatim piatu. Ayahnya terlebih dahulu menjadi martir, dan ibunya juga sudah meninggal. Petrus meninggalkan rumahnya, dan dia pindah ke Desa Soungjidong di Cheonju, dia tinggal di sebuah kamar sewaan di rumah Petrus Cho. Ketika penganiayaan tahun 1866, dia berusia 21 tahun dan sudah menikah. Read the rest of this entry
Santo Yosef Han Chae-kwon
Katekis Han Jae-kwon (1835-1866) lahir di Imcheon di Provinsi Chungcheong, namun dia tinggal di Taesongdong di Cheonju ketika penganiayaan dimulai. Read the rest of this entry
Santo Petrus Yi Myong-so
Petrus Yi Myong-so (1820-1866) lahir pada tahun 1820 di Provinsi Ch’ung-ch’ŏng dari keluarga yang secara tradisional beragama Katolik. Setelah merantau di berbagai tempat, dia menetap di Chonju. Petrus menikah dan dikaruniai banyak anak, menjalani kehidupan yang sangat saleh dan dicintai dan dihormati oleh orang-orang di sekitarnya. Walaupun dia menderita tuberkulosis, kepribadiannya selalu tenang dan lembut. Read the rest of this entry
Santo Petrus Son Son-ji
Katekis Petrus Son Seon-ji (1819-1866) adalah salah satu dari martir heroik Korea yang lahir pada tahun 1819. Dia menghadapi penganiayaan pada usia 47 tahun. Pada masa itu, dia menikah dan dikaruniai dua orang anak. Walaupun Petrus bukan Katolik sejak lahir (Ayahnya masih seorang katekumen ketika Petrus lahir), dia dibaptis ketika masih bayi dan diajarkan oleh ayahnya tentang doktrin dan hidup bakti. Read the rest of this entry
Santo Petrus Cho Hwa-so
Petrus Cho Hwa-so (1814-1866) lahir di Suwon pada tahun 1814, putra dari Andreas Cho yang menjadi martir pada tahun 1839. Kemudian dia pindah ke Sinchang di Provinsi Ch’ung-ch’ŏng dan bekerja sebagai asisten Pastor Thomas Choe Yang-eop. Pada tahun 1864, dia pindah ke Jeonju untuk bertani. Dia menikah dengan Magdalena Han dan mereka dikaruniai seorang putra bernama Yosef Cho. Setelah istri pertamanya meninggal, dia menikah lagi dengan Susana Kim. Dia berusia 40 tahun ketika penganiayaan dimulai. Read the rest of this entry
Santo Bartolomeus Chong Mun-ho
Bartolomeus Cheong Mun-ho (1801-1866) lahir pada tahun 1801 di Imcheon di Provinsi Ch’ung-ch’ŏng, dia tinggal di Provinsi Cheolla. Sebelum dia dibaptis, dia menjabat sebagai gubernur di suatu daerah. Ketika penganiayaan baru dimulai, dia berusia 65 tahun. Read the rest of this entry
Santo Thomas Son Cha-son
Thomas Son Cha-soun (1836-1866) lahir pada tahun 1836 di Hongsoung di Provinsi Ch’ung-ch’ŏng. Dia berasal dari keluarga martir Katolik yang saleh. Ketika dia berusia 23 tahun, penganiayaan tahun 1866 dimulai. Thomas seorang yang tekun dan taat dan dikenal sebagai orang dengan iman yang kuat. Dia dan istrinya tidak pernah meninggalkan doa malam dan doa malam. Kehidupan keluarganya mencerminkan tradisi iman keluarga yang mendalam dan itu juga menunjukkan pernyataan imannya. Read the rest of this entry
[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…