Santo Siméon François Berneux
Uskup Berneux (1814-1866) lahir pada tanggal 14 Mei 1814 di Mans, Perancis. Dia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Ibunya seorang wanita yang sangat saleh, dan memberikan pendidikan Kristen yang baik kepada Siméon. Ketika dia berusia sepuluh tahun, dia berkata kepada ibunya bahwa dia ingin menjadi seorang imam.
Banyak rintangan dalam jalan keinginannya. Ayahnya seorang yang suam-suam kuku, dan keluarganya miskin. Akhirnya, ayahnya memberikan persetujuan dan pastor parokinya membantu dia bersekolah. Berneux muda belajar dengan sangat baik. Dia melanjutkan studinya di Mans.
Pada tahun 1831, dia masuk ke seminari tinggi di Mans. Satu tahun setelah dia memulai studinya, dia jatuh sakit. Uskupnya mencarikan pekerjaan untuknya sebagai seorang pengajar dalam sebuah keluarga selama dua tahun. Kemudian, dia kembali ke seminari. Dia mengajar filsafat sebelum akhirnya dia ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 30 Mei 1837. Setelah ditahbiskan, dia meneruskan pekerjaannya di seminari sebagai profesor dan direktur spiritual.
Pada tanggal 15 Juli 1839, Pastor Berneux bergabung dengan Serikat Misi Paris (Paris Foreign Missions Society / Société des Missions étrangères de Paris disingkat menjadi M.E.P.). Dia ingin pergi ke Korea yang telah mengalami dampak besar karena penganiayaan, dan dia meninggalkan Paris pada tanggal 15 Januari 1840.
Dia bertemu dengan Uskup Retord di Manila, yang ingin membawa dia ke Tonkin, Tiongkok. Mereka berpisah di jalan, dan Pastor Berneux bekerja di Indocina. Dia ditangkap oleh penganiaya dan disiksa dengan kejam. Dia dijatuhi hukuman mati namun dibebaskan melalui campur tangan seorang laksamana dari Perancis. Kemudian dia pergi ke Singapura dan ke Makau. Dia bekerja di Tiongkok dengan begitu berat sehingga dia berkali-kali jatuh sakit. Pada tanggal 5 Agustus 1854, Pastor Berneux diangkat oleh Paus Pius IX menjadi Vikaris Apostolik keempat Korea, menggantikan Uskup Ferréol.
Uskup Berneux sangat senang bisa pergi ke Korea, dia berseru “negeri para martir yang indah.” Uskup Berneux bersama dengan Pastor Charles Antoine Pourthié dan Pastor Michel Alexandre Petitnicolas menunggu sekitar dua bulan. Akhirnya mereka berhasil mendapatkan tiket perahu milik seorang Katolik Korea, dan empat hari kemudian mereka tiba dengan selamat di Seoul.
Uskup Berneux yang tak kenal lelah segera memulai pekerjaan pastoralnya. Dia mendirikan seminari di Baeron untuk mendidik para imam untuk masa yang akan datang. Dia juga menerbitkan buku-buku Katolik. Dia menunjuk Pastor Antione Daveluy sebagai uskup koajutor. Beliau seorang yang baik dan murah hati sekaligus juga seorang pemimpin besar. Jumlah umat Katolik meningkat pesat.
Uskup Berneux ditangkap dan dikirim ke penjara pada tanggal 23 Februari 1866. Pastor Dorie, Pastor Beaulieu dan Pastor De Bretenières juga ditangkap dan ditempatkan di penjara yang sama dengan Uskup Berneux. Setelah disiksa dengan kejam mereka dijatuhi hukuman mati pada tanggal 6 Maret 1866. Keesokan harinya mereka dipenggal di Saenamteo. Mereka bahagia karena mati bagi iman di negara itu. Dikatakan bahwa wajah Uskup Berneux tersenyum misterius ketika beliau meninggal. Pada saat itu beliau berusia 52 tahun.
Sumber: CBCK Newsletter No. 51 (Musim Panas 2005) dan cbck.or.kr
Posted on 25 May 2018, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus, Prancis. Bookmark the permalink. 13 Comments.
Pingback: Santo Petrus Yu Chong-nyul | Terang Iman
Pingback: Beato Felix Petrus Kim Gi-ryang | Terang Iman
Pingback: Santo Simon-Marie-Just Ranfer de Bretenières | Terang Iman
Pingback: Santo Pierre-Henri Dorie | Terang Iman
Pingback: Santo Bernard-Louis Beaulieu | Terang Iman
Pingback: Santo Yohanes Pembaptis Nam Chong-sam | Terang Iman
Pingback: Santo Yohanes Pembaptis Chon Chang-un | Terang Iman
Pingback: Santo Petrus Choe Hyong | Terang Iman
Pingback: Santo Markus Chong Ui-bae | Terang Iman
Pingback: Santo Alexius U Se-yong | Terang Iman
Pingback: Santo Marie-Nicolas-Antoine Daveluy | Terang Iman
Pingback: Santo Pierre Aumaître | Terang Iman
Pingback: Santo Lukas Hwang Sok-tu | Terang Iman