[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Santo Simon-Marie-Just Ranfer de Bretenières
Pastor De Bretenières (1838-1866) lahir di Châlonsur-Saone, Perancis pada tanggal 28 Februari 1838, putra dari Hakim De Bretenières (Baron) dan istrinya Anne yang bukan hanya orang Katolik yang baik namun juga melakukan banyak karya amal. Mereka tertarik untuk memberikan pendidikan agama dan kedisiplinan kepada anak-anaknya. Akibatnya, De Bretenières muda memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi misionaris asing di Tiongkok sejak dia berusia tiga tahun. Dia juga mengungkapkan keinginannya kepada saudaranya dan juga kepada pastor parokinya bahwa dia ingin menjadi seorang martir.
Pada tahun 1859, De Bretenières masuk ke Seminari St. Sulpice di Paris. Dia dicintai dan dikagumi setiap orang di sekitarnya. Pada bulan September 1861, dia pindah ke seminari Serikat Misi Paris (Paris Foreign Missions Society / Société des Missions étrangères de Paris disingkat menjadi M.E.P.). Salah satu temannya sangat mengagumi dia sehingga dia berkata bahwa De Bretenières akan menjadi orang suci meski tanpa kemartiran. Pada bulan Mei 1864, dia ditahbiskan menjadi seorang imam.
Pastor De Bretenières sangat ingin pergi ke Korea. Tiga orang imam muda ditugaskan bersama dengan dia ke Korea. Dikatakan bahwa mereka sangat senang bisa pergi bersama dengan Pastor De Bretenières.
Ketika mereka sampai di Hong Kong, penugasan mereka secara resmi diumumkan. Mereka harus pergi ke Manchuria untuk menunggu kesempatan memasuki Korea. Pada tanggal 28 Oktober 1864, mereka tiba di pelabuhan di Manchuria dan selama enam bulan mereka menunggu sebuah perahu Korea untuk membawa mereka ke Korea. Ketika mereka menunggu di sana, mereka belajar bahasa Mandarin.
Pada bulan Mei 1865, para pelaut dari Tiongkok membawa para misionaris ke Baengnyeong-do di pesisir barat pantai Korea, mereka tinggal di sana selama 20 hari. Karena perahu-perahu yang dikirimkan oleh Uskup Berneux untuk para misionaris tidak mencapai pulau itu, mereka pindah dengan semua barang bawaan mereka ke perahu layar kecil Korea. Setelah begitu banyak penderitaan mereka karena badai di dek terbuka, mereka akhirnya tiba di Naepo di Chungcheong-do pada tanggal 27 Mei 1865.
Sulit bagi mereka untuk bertemu Uskup Berneux di Seoul. Namun demikian, Uskup Daveluy, yang bersembunyi di Naepo setelah rumahnya dibakar habis, membantu para misionaris baru untuk membantu perjalanan mereka. Pastor De Bretenières bertemu dengan Uskup Berneux di Seoul, dan kemudian menetap di rumah katekis Cheong Ui-bae untuk belar bahasa Korea sampai akhir bulan Februari 1866. Tak lama kemudian Pastor De Bretenières memulai pelayanannya. Dia mendengar sekitar 80 pengakuan dosa dan membaptis lebih dari 40 orang dewasa. Dia juga memberikan Sakramen Penguatan dan Sakramen Orang Sakit.
Pada tanggal 23 Februari 1866, Pastor De Bretenières mendengar bahwa Uskup Berneux telah ditangkap. Keesokan harinya, Pastor De Bretenières membaptis 27 orang dewasa, dan kemudian dia sendiri ditangkap. Karena mendengar bahwa Uskup Berneux mengenakan kasula ketika beliau ditangkap, dia juga ingin ditangkap dengan mengenakan kasula.
Dia ditempatkan di penjara yang sama dengan Uskup Berneux. Keduanya dijatuhi hukuman mati pada tanggal 6 Maret 1866. Keesokan harinya, mereka dibawa ke Saenamteo di pinggir Sungai Han, di sana mereka dipenggal. Tepat sebelum Pastor De Bretenières dibunuh, dia meminta air untuk memuaskan dahaganya, namun keinginan terakhirnya itu ditolak. Pada saat itu dia berusia 28 tahun.
Sumber: CBCK Newsletter No. 52 (Musim Gugur 2005) dan cbkc.or.kr
Posted on 28 June 2018, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus, Prancis. Bookmark the permalink. 4 Comments.
Pingback: Santo Pierre-Henri Dorie | Terang Iman
Pingback: Santo Siméon François Berneux | Terang Iman
Pingback: Santo Markus Chong Ui-bae | Terang Iman
Pingback: Santo Martin-Luc Huin | Terang Iman