Mengapa Tuhan Yesus Berpuasa 40 Hari di Padang Gurun?

Oleh Gary Michuta

Temptations of Christ (Mosaik di Basilika San Marco) (Sumber: wikimedia.org)

Pernahkan Anda bertanya mengapa Masa Prapaskah yang kudus itu selama 40 hari? Saya pikir sebagian umat Katolik tahu jawabannya: “Masa puasa selama empat puluh hari setiap tahun, Gereja mempersatukan diri dengan misteri Yesus di padang gurun” (KGK 540). Yesus berpuasa 40 hari dan 40 malam, begitu juga kita melakukannya, namun masih menyisakan pertanyaan: Mengapa 40?

Jika kita melihat godaan kepada Yesus di padang gurun dalam Matius 4:1-11, kita bisa menemukan beberapa petunjuk. Setiap kali Yesus memberikan jawaban kepada si Iblis, Ia menjawabnya dengan Kitab Suci. Ketika Iblis berkata, “Perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti,” Yesus mengutip Ulangan 8:3: “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”

Ketika si Iblis berkata kepada Yesus supaya menjatuhkan diri dari Bait Allah, Yesus menjawab dengan Ulangan 6:16: “Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!”

Ketika si Iblis memerintahkan Yesus supaya menyembahnya, Yesus menjawab dengan Ulangan 6:13 (10:20): “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

Ulangan! Ulangan! Ulangan! Tapi jawaban tentang “mengapa 40 hari?” belum ditemukan dalam Kitab Ulangan. Angka 40 memang muncul dalam Kitab Ulangan dalam beberapa hal yang cukup signifikan. Contohnya, Musa berpuasa 40 sebanyak dua kali. Yang pertama ketika dia sedang mempersiapkan dirinya menerima Sepuluh Perintah Allah untuk diberikan kepada bangsa Israel di kaki gunung (Ulangan 9:9-11). Dan anehnya, Yesus memberikan Hukum Baru dalam Khotbah di Bukit tak lama setelah Ia berpuasa selama 40 hari (Matius 5).

Kali kedua, Musa berpuasa 40 terjadi tak lama setelah dia memberikan hukum. Musa kembali dari gunung untuk melihat bangsa Israel menyembah anak lembu emas. Allah ingin memusnahkan Israel dan menjadikan Musa sebagai bangsa yang lebih berkuasa (Ulangan 9:14), namun sebagai perantara yang baik, Musa berpuasa lagi selama 40 hari untuk dosa bangsanya (Ulangan 9:18).

Setelah itu, Allah memperkenankan Israel untuk melanjutkan perjalanannya ke tanah yang telah dijanjikan (Ulangan 10:10-11).

Sesampainya di perjalanan, bangsa itu memberontak lagi. Mereka ragu apakah mereka mampu menduduki negeri di hadapannya, sehingga mereka mengutus para pengintai untuk memperkirakan peluang mengalahkan negeri itu. Setelah 40 hari, para pengintai ini kembali, dan memberi kabar bahwa tidak mungkin untuk menaklukkan negeri itu. Kabar yang mengecilkan hati ini membuat bangsa Israel memberontak.

Hukuman apa yang mereka terima karena pemberontakan ini? Empat puluh tahun di padang gurun. Satu tahun untuk satu hari mereka mengintai negeri itu (Bilangan 14:34). Mengembara selama 40 tahun di padang gurun adalah masa ujian untuk “mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak” (Ulangan 8:2). Namun selama masa ujian ini, bangsa Israel harus mengandalkan Tuhan sepenuhnya: “Pakaianmu tidak menjadi rusak di tubuhmu, dan kasutmu tidak menjadi rusak di kakimu. Roti tidak kamu makan, anggur atau minuman yang memabukkan tidak kamu minum–supaya kamu tahu bahwa Akulah TUHAN, Allahmu (Ulangan 29:5-6).

Kitab Ulangan menunjukkan bahwa Yesus adalah Musa baru yang setelah berpuasa selama 40 hari memberi kita Hukum Baru dan menderita karena dosa-dosa umat manusia. Yesus juga Israel yang baru. Tidak seperti bangsa Israel yang berulang kali mengalami kejatuhan di padang gurun, Yesus menjawab godaan-godaan dengan firman yang sama dengan seharusnya mereka tanggapi.

Dengan menyatukan diri kita dengan misteri pencobaan Kristus di padang gurun, kita mengingat kembali 40 hari masa tobat dalam Prapaskah seperti perjalanan kita melalui padang pasir dalam kehidupan kita. Jika kita tetap setia mengikuti sang Musa baru yaitu Yesus Kristus, kita juga akan memasuki tanah terjanji yang sejati yaitu Surga.

 

Gary Michuta adalah seorang apologis, penulis dan pembicara dan juga umat paroki St. Michael the Archangel di Livonia.

 

Sumber: “Why did Jesus fast for 40 days in the desert?”

Posted on 24 February 2020, in Kenali Imanmu, Kitab Suci and tagged , , , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.