Mengapa Patung Diselubungi pada Minggu Prapaskah V?

Penyelubungan Salib oleh George Martell (Sumber: flickr.com dan aleteia.org)

Mungkin kita merasa aneh ketika mengikuti Misa pada Minggu Prapaskah V ini semua patung yang indah di gereja bahkan juga crucifix (salib ber-corpus) ditutup kain ungu. Bukankah kita seharusnya melihat adegan yang menyakitkan di Kalvari ketika mendengar pembacaan Kisah Sengsara pada Minggu Palma?

Meskipun kelihatannya hal ini berlawanan dengan suasana sengsara, praktik penyelubungan patung dan gambar-gambar suci pada minggu terakhir Prapaskah, Gereja Katolik justru merekomendasikan praktik ini untuk meningkatkan indra kita dan membangun kerinduan dalam diri kita akan Minggu Paskah. Penyelubungan ini juga ada kaitannya dengan bacaan Minggu Prapaskah V atau Minggu Sengsara Tuhan pada penanggalan liturgi lama yang diambil dari Injil Yohanes 8:46-59, yang mana perdebatan antara Yesus dan pihak otoritas agama Yahudi yang berakhir dengan ketegangan, kita bisa melihatnya bahwa pihak otoritas Yahudi itu mengambil batu untuk melempari Dia. Dan kuncinya adalah pada ayat terakhir bacaan Injil ini yaitu Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.

Dasar Dokumen Gereja

Penyelubungan ini diatur dalam dokumen gereja yang berjudul “Perayaan Paskah dan Persiapannya” (Litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis / Circular Letter Concerning the Preparation and Celebration of the Easter Feasts) yang dikeluarkan oleh Kongregasi Ibadat Ilahi (Congregatio de Cultu Divino) pada tanggal 16 Januari 1988, kita lihat artikel 26:

Kebiasaan memberi selubung pada salib-salib dan gambar-gambar dalam gereja dapat dipertahankan bila diperintahkan demikian oleh Konferensi Waligereja. Salib-salib tetap terselubung sampai akhir liturgi Jumat Agung, tetapi gambar-gambar sampai awal perayaan Malam Paskah.

Makna Penyelubungan

Dalam buku “Celebrations of the Liturgical Year” oleh Monsignor Peter Elliott pada tahun 2002 dikatakan bahwa “kebiasaan menyelubungi salib-salib dan gambar-gambar … memberikan banyak penerimaan dalam hal psikologis religius, karena kebiasaan itu membantu kita untuk memusatkan pikiran pada hal penting yang utama yaitu karya penebusan Kristus.”

Menurut Romo Mark J. Gantley, JCL. menuliskan bahwa tujuan penyelubungan salib untuk menekankan pengungkapan salib itu pada Jumat Agung. Tujuan penyelubungan patung-patung suci adalah untuk menghilangkan sementara pusat perhatian kita pada pribadi yang dimaksud dalam patung itu dan memusatkan perhatian kita kepada pusat misteri iman kita yaitu wafat dan kebangkitan Kristus.

Menurut Philip Kosloski ada tiga makna mengenai kebiasaan ini:

  • Pertama, penggunaan selubung mengingatkan bahwa kita sedang berada dalam masa khusus. Ketika kita memasuki gereja dan memperhatikan bahwa semua patung ditutup, kita akan segera tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda. Dua pekan terakhir dalam Masa Prapaskah dimaksudkan sebagai waktu persiapan untuk Trihari Suci dan dengan selubung ini menjadi penginngat yang kuat untuk bersiap-siap.
  • Kedua, dengan selubung ini dapat memusatkan perhatian kita akan sabda-sabda yang diucapkan selama Misa. Ketika kita mendengar pembacaan Kisah Sengsara pada Minggu Palma, indra kita dimungkinkan untuk memusatkan perhatian terhadap kata-kata yang sangat menarik dalam Injil dan benar-benar masuk ke dalam peristiwa itu.
  • Ketiga, Gereja menggunakan selubung untuk membuat rasa penantian yang tinggi akan Minggu Paskah. Hal ini lebih jauh lagi dinyatakan ketika Anda mengikuti Misa harian dan melihat selubung itu setiap hari. Dan Anda merasa bahwa selubung itu tidak ada lagi karena menyembunyikan gambar-gambar yang sangat indah. Itulah intinya, bahwa selubung itu tidak dimaksudkan untuk dipasang selamanya. Gambar itu perlu untuk diungkapkan dan tidak semestinya ditutup. Pembukaan selubung sebelum merayakan Malam Paskah merupakan pengingat besar akan kehidupan kita di dunia. Kita hidup di dunia yang “terselubung,” kita berada dalam pengasingan dari rumah sejati kita. Hanya dengan kematian kita sendiri maka selubung itu diangkat dan akhirnya kita dapat melihat segala keindahan dalam hidup kita.

Apakah patung dan salib pribadi di rumah perlu diselubungi?

Menurut dokumen gereja tersebut yang diatur tentang penyelubungan patung dan gambar suci adalah yang dilakukan di gereja. Namun tidak ada larangan dan keharusan untuk melakukan kebiasaan ini. Maka sederhananya, boleh dilakukan namun tidak harus. Perlu diketahui makna mengenai kebiasaan ini jangan sampai menjadi suatu ritual belaka. Namun jika kebiasaan ini membantu pertumbuhan iman, maka silakan dilakukan. Ada pendapat mengenai hal ini, diantaranya membantu keluarga terutama anak-anak untuk berpartisipasi dalam masa liturgis gereja, dan juga pendapat bahwa membuat masa Sengsara menjadi lebih bermakna bagi anak-anak dengan melakukan persiapan menyambut hari raya Paskah lebih dari sekadar mendekorasi rumah dengan hiasan Paskah sekuler.

Referensi:

  1. Why do Catholics cover crucifixes and statues during Lent?
  2. Circular Letter Concerning the Preparation and Celebration of the Easter Feasts 
  3. Covering of Crosses and Images in Lent 
  4. Covering of statues during Lent 
Advertisement

Posted on 10 April 2019, in Ekaristi and tagged , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: