[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Patung menurut Katolik
Oleh Christine
Bukan rahasia lagi bahwa umat Katolik menggunakan patung dalam ibadah mereka. Banyak gereja mempunyai patung Maria dan para kudus lainnya, dan setiap gereja sudah pasti memiliki salib dengan corpus di dekat altar. Namun, apakah ini pelanggaran terhadap Perintah Allah yang kedua? Perintah ini berbunyi:
“Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. (Keluaran 20:4)”
Mengingat bahwa gereja-gereja Katolik seringkali penuh dengan hal-hal yang menyerupai apapun yang ada di langit dan di bumi, sepertinya ini menjadi pelanggaran yang jelas sekali terhadap perintah yang ada dalam kitab Keluaran.
Melihat konteksnya dalam Keluaran 20
Keluaran 20:4 adalah perintah kedua menurut urutan Protestan. Penomoran Katolik itu berbeda, ayat ini adalah bagian dalam perintah yang pertama. Alasannya karena Katolik melihat konteks ayat ini berdasarkan apa yang tertulis sebelumnya dan apa yang tertulis sesudahnya. Setiap kali kita membaca Alkitab, penting sekali untuk melihat konteks di sekitarnya.
Sebelum ayat Keluaran 20:4 kita akan membaca:
“Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku (Keluaran 20:2-3).”
Bagi umat Katolik, larangan terhadap gambar atau patung dipahami dalam konteks tidak memiliki allah lain. Patung sendiri bukan masalahnya, yang menjadi masalah adalah menggunakan patung dengan cara yang salah. Mengapa umat Katolik membaca ayat Keluaran 20:4 seperti ini? Seolah-olah menafsirkan ayat tersebut sebagai perintah yang berbeda sebagai mana yang dilakukan oleh umat Protestan, tapi lakukanlah penafsiran sebagaimana yang dilakukan umat Katolik, yaitu dengan menafsirkan ayat itu sebagai kelanjutan dari perintah yang pertama. Untuk lebih memahami ayat ini, kita perlu melihat apa yang tertulis sesudahnya:
“Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya … (Keluaran 20:5)”
Sekarang kita bisa melihat ketika perintah itu bukan dimaksudkan pada perbuatan memahat patung, tetapi lebih ke membuat dan menyembah patung-patung untuk menggantikan Allah. Mengingat bahwa ayat Keluaran 20:5 berada di tengah-tengah ayat tentang penyembahan Allah, maka masuk akal untuk menafsirkannya sebagai larangan untuk menyembah patung, daripada perbuatan membuat patung itu sendiri. Maka, apa yang dilarang oleh perintah itu bukanlah patungnya, tetapi pemberhalaannya.
Meilhat konteksnya dalam keseluruhan Kitab Suci
Sama pentingnya untuk melihat konteksnya secara langsung dari perintah larangan membuat patung sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, maka penting juga untuk melihat konteks Alkitab yang lebih luas lagi. Apa yang dilakukan para tokoh besar Perjanjian Lama dengan patung? Pernahkan mereka membuat sesuatu yang menyerupai apapun di bumi maupun di langit? Atau apakah mereka benar-benar melarang penggunaan patung?
- Tabut Perjanjian
Ketika kita membaca Alkitab secara keseluruhan, kita melihat banyak contoh penggunaan patung yang digunakan dalam ibadah. Beberapa kasus, bahkan kita bisa melihat Allah sendiri yang memerintahkan umat untuk membuat patung. Tabut Perjanjian adalah tempat kehadiran Allah. Ketika tabut itu dibuat, sesuai dengan perintah-perintah Allah, termasuk di dalamnya sebuah perintah membuat patung kerub (Keluaran 37:7). Perintah ini bukan berada dalam kitab lain dalam Alkitab, tetapi bagian kitab yang sama yang berisikan larangan dalam Keluaran 20:4. Dalam konteks yang lebih luas ini, maka jelas sekali patung-patung malaikat tidak bertentangan dengan perintah tentang patung. Mengapa? Karena manusia tidak menyembahnya.
Sama juga ketika Salomo membuat Bait Allah sesuai dengan perintah Allah sendiri, Salomo menghiasinya dengan patung kerub (1 Raja-raja 6). Kita melihat bahwa seiring perkembangan sejarah Israel, patung dan gambar makhluk surgawi (yaitu malaikat) tidak bertentangan dengan penyembahan kepada Allah.
- Ular Perunggu
Salah satu kejadian dalam kitab Bilangan, dimana Allah terlibat secara khusus dalam memerintahkan Musa untuk membuat sebuah patung. Ketika umat Israel mengembara di padang gurun, mereka bersungut-sungut kepada Allah, Allah menghukum mereka dengan menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu. Ular itu memagut banyak orang dan membunuh mereka. Menghadapi konsekuensi ini, umat Israel mengakui dosa mereka dan kemudian bertobat. Mereka meminta Musa untuk menjadi perantara bagi mereka. Allah berfirman kepada Musa untuk membuat ular tedung dari tembaga yang ditaruh pada sebuah tiang. Jika seseorang dipagut, dan dia memandang ular tembaga itu maka dia akan tetap hidup. Hal ini dikisahkan dalam Bilangan 21:4-9.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari kisah-kisah ini? Pertama, terkadang Allah memerintahkan para pemimpin umat-Nya untuk membuat patung. Faktanya sendiri bahwa perintah Allah tentang tidak bolehnya membuat patung, tidak terbukti. Lebih jauh lagi, dalam hal ini, Allah berkarya melalui patung. Melalui ular tembaga, Allah berkarya untuk menyembuhkan. Bukan hanya patung semata, tetapi sebagai sarana di mana Allah memberikan anugerah kesembuhan jasmani. Ular tembaga ini sangat penting sehingga Yesus membandingkannya dengan diri-Nya:
“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:14-15).”
Sangat tidak mungkin sekali, Yesus menunjuk ular tembaga sebagai gambaran diri-Nya jika ular tembaga adalah hasil dari perbuatan melanggar perintah.
Namun kemudian, ular tembaga itu dihancurkan. Melihat keadaan bagaimana patung itu dihancurkan, menunjukkan kepada kita lebih banyak lagi tentang bagaimana kita harus memperlakukan patung yang telah mereka buat. Dalam Alkitab mengatakan bahwa raja Israel yang bernama Hizkia “melakukan apa yang benar di mata Tuhan” (2 Raja-raja 18:3). Di antara berbagai hal yang dilakukan Hizkia sebagai raja, dia “menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa” (2 Raja-raja 18:4). Sekarang tindakan menghancurkan patung adalah salah satu hal yang dia lakukan dengan benar. Alasan dia menghancurkannya karena seiring waktu berlalu, ular itu menjadi objek pemujaan. Maka masalahnya bukan patungnya, tetapi bagaimana penggunaan patung itu sendiri.
Penggunaan patung dan gambar oleh umat Katolik
Namun, apakah hal ini membuktikan bahwa umat Katolik tidak melanggar perintah itu? Ketika Anda masuk ke dalam sebuah Gereja Katolik, Anda mungkin melihat seseorang mencium ikon atau patung salib, berlutut di depan patung Bunda Maria, menaruh bunga di depan patung orang kudus favorit mereka, atau menghormati patung di sana. Bukankah ini melanggar makna dari apa yang telah diperintahkan? Ketika orang-orang menyembah ular tembaga, maka tepat jika patung itu dihancurkan. Bahkan jika tidak menjadi masalah untuk memiliki patung orang kudus dan malaikat, apakah umat Katolik mempergunakan patung itu dengan cara yang benar?
Sesuai dengan Alkitab katakan, Gereja Katolik melarang untuk menyembah patung. Umat Katolik hanya menyembah Yesus. Dan Gereja sendiri melarang untuk menyembah pribadi yang lain seperti malaikat, para kudus, bahkan Bunda Maria. Hanya Allah yang pantas disembah.
Kita dapat menghormati patung karena apa yang dilambangkan oleh patung itu sendiri: para kudus, para malaikat, dan bahkan Kristus sendiri. Namun demikian, walaupun patung itu adalah patung Yesus, kita tidak boleh menyembahnya. Tindakan-tindakan yang disebutkan di atas adalah tindakan penghormatan atas apa yang dilambangkan dalam patung itu. Jika kita menunjukkan gambar (foto) dari orang-orang yang kita cintai dan menempatkan bunga di makam dan batu nisan dari orang yang kita cintai yang sudah meninggal. Kita menghormati benda-benda itu karena apa yang dilambangkan oleh benda itu. Kita tidak menyembah mereka yang sudah meninggal itu dalam bentuk menghormati foto ataupun benda-benda yang ada kaitannya dengan mereka.
Bahkan jika seorang Katolik berlutut di hadapan sebuah patung, hal ini bukan berarti seorang Katolik itu menyembah patung. Yosua sendiri bersujud dengan mukanya sampai ke tanah di hadapan Tabut Perjanjian (ingat, dalam Tabut ini ada patung kerub) dan berdoa kepada Allah sambil menghormati Tabut itu (Yosua 7:6-9). Demikian juga dengan umat Katolik dapat menggunakan tubuhnya untuk menghormati patung sambil berdoa kepada Allah, dan bukan berdoa kepada patung
Supaya penjelasan ini berimbang, Allah memang meminta Yosua untuk bangun dari sujudnya. Namun, Allah tidak mempertanyakan sikap sujudnya ini dan Allah tidak berkata tentang tidak seharusnya Yosua menghormati benda yang ada patungnya itu. Sebaliknya, Allah bersabda kepada Yosua untuk bangkit dan mulai melakukan hal-hal yang menjadi jawaban dari Allah atas doa Yosua.
Penghormatan yang tepat
Umat Katolik menggunakan patung, lukisan, dan mosaik untuk mengingatkan kita kepada mereka yang telah mendahului kita. Sebagaimana halnya para kudus, mereka mengarahkan kita kepada Kristus melalui kebajikan dalam hidup mereka. Mengingatkan kita kepada pribadi mereka dan mengingatkan kita untuk berusaha untuk mengejar kebajikan. Sebelum penemuan foto, gambar buatan manusia (lukisan atau patung) menjadi satu-satunya cara yang bisa dilakukan sebagai pengingat akan mereka secara fisik. Sama seperti orang Yahudi menggunakan patung pahatan sebagaimana yang Allah perintahkan kepada mereka, dan mereka yang mengikuti hukum Allah dalam Perjanjian Lama memahami bahwa gambar rohani bukan untuk disembah, dan sampai saat ini umat Katolik tidak menyembah patung.
Sumber: “Catholics and Graven Images”
Posted on 20 February 2019, in Kenali Imanmu and tagged Maria, Musa, Patung, Salomo, Yesus Kristus, Yosua. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0