[…] Catholic Answers Staff, Terang Iman: Allah Mengubah Nama Saulus Menjadi Paulus? […]
Bonifasius dan Pohon Natal
oleh Steve Weidenkopf

Wooden table under Christmas Tree (Sumber: catholic.com)
Pohon Natal yang populer ini memiliki asal-usul Katolik yang sudah berusia berabad-abad.
Menjelang Natal, ada baiknya kita mengenang St. Bonifasius (680-754), yang dikenal dalam sejarah Gereja sebagai rasul bagi orang Jerman. Bonifasius dianggap sebagai “barangkali misionaris terbesar sejak St. Paulus” karena perjalanannya yang luas dan upaya penginjilannya yang sukses di Jerman modern.[1] Meskipun ia dikenal sebagai uskup dan penginjil yang hebat, ada legenda Katolik yang berasal dari peristiwa sejarah yang sebenarnya, juga menyatakan bahwa Bonifasius adalah pelopor penggunaan pohon Natal untuk merayakan kelahiran Sang Kristus.
Kisah pohon Natal dimulai di Inggris, ketika Winfrid yang masih sangat muda memutuskan untuk masuk Biara Benediktin meskipun orang tuanya keberatan. Winfrid bertumbuh dalam kekudusan dan kesalehan, tetapi ia ingin sekali meninggalkan biara dan membawa terang Kristus kepada bangsa Jerman yang masih pagan, sebagaimana para biarawan telah membawa Iman ke Inggris seabad sebelumnya. Winfrid mendengar laporan bahwa Paus Gregorius II (menjabat 715-731) telah mengirim misionaris ke Bavaria pada tahun 716 dan memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Roma untuk menjadi seorang misionaris bagi orang-orang Jerman. Gregorius sangat senang dengan kedatangan Winfrid yang begitu bersemangat dan setelah beberapa waktu kemudian menugaskannya untuk mengabarkan Injil di wilayah Thuringia, Bavaria, Franconia, dan Hessen. Sebagai pengakuan atas tugas misionarisnya yang istimewa, paus juga mengubah nama Winfrid menjadi Bonifasius.
Biarawan yang mendapat nama baru ini melakukan perjalanan ke Hesse (Jerman tengah) pada tahun 721 dan “dengan kegiatannya yang tak kenal lelah, bakatnya dalam berorganisasi, dan karakternya yang mudah beradaptasi, ramah, namun tegas” mencapai kesuksesan besar, termasuk pertobatan kepala suku kembar Dettic dan Deorulf.[2] Bonifasius juga mendirikan biara-biara Benediktin di seluruh wilayah penginjilannya, termasuk biara besar Fulda pada tahun 744.[3] Berita tentang pencapaiannya yang luar biasa terdengar hingga ke Roma, di mana Paus Gregorius memanggilnya kembali untuk memberikan laporan. Terkesan dan senang dengan upaya Bonifasius, Gregorius menahbiskannya sebagai uskup agung untuk seluruh Jerman di sebelah timur sungai Rhine (tanpa takhta uskup khusus) dan menempatkan wilayahnya di bawah yurisdiksi paus. Dengan dijiwai oleh otoritas baru dan mandat kepausan ini, Bonifasius kembali ke Jerman pada tahun 723.
Bonifasius menjalani sisa hidupnya dengan menginjili daerah-daerah di Jerman modern dan beberapa bagian Belanda. Ia juga menjadi sahabat istana Franka dan membantu mereformasi dan menata ulang Gereja di daerah itu. Dari perjalanan misinya, Bonifasius mengetahui bahwa pada musim dingin penduduk desa Geismar akan berkumpul di sekitar pohon ek tua yang besar (dikenal sebagai “Pohon Ek Guntur”) yang dipersembahkan untuk dewa Thor. Acara penyembahan tahunan ini berpusat pada pengorbanan seorang manusia biasanya seorang anak kecil kepada dewa pagan. Bonifasius ingin mengubah desa itu dengan menghancurkan Pohon Ek Guntur, yang sebelumnya dibanggakan orang-orang pagan bahwa Allahnya Bonifasius tidak akan mampu menghancurkan pohon itu, jadi dia mengumpulkan beberapa teman dan melakukan perjalanan ke Geismar.
Kawan-kawan misionarisnya takut bahwa orang-orang Jerman akan membunuh mereka, sehingga mereka menolak ketika mereka mencapai pinggiran desa pada malam Natal. Bonifasius menenangkan kegelisahan teman-temannya, dan ketika mereka mendekati tempat pertemuan orang-orang pagan, ia berkata, “Di sinilah Pohon Ek Guntur, dan di sinilah salib Kristus akan mematahkan palu dewa palsu Thor.”[4] Bonifasius dan kawan-kawannya tiba pada saat pengorbanan, yang mereka hentikan. Dengan menunjukkan kepercayaan yang besar kepada Allah, dan muncul dari keinginan kuat untuk menyalakan api Kristus dalam diri orang-orang pagan Jerman, Bonifasius mengambil kapak dan menebang pohon Ek Guntur milik Thor yang gagah perkasa.
Orang-orang Jerman sangat terkejut. Uskup suci itu mengkhotbahkan Injil kepada orang-orang dan menggunakan pohon cemara kecil yang berada di belakang pohon ek yang sudah ditebang sebagai alat penginjilan. Sambil menunjuk ke arah pohon itu, ia berkata,
Pohon kecil ini, seorang anak kecil dari hutan, akan menjadi pohon kudusmu malam ini. Inilah kayu perdamaian … Inilah tanda kehidupan yang tak berkesudahan, karena daunnya selalu hijau. Lihatlah bagaimana pohon itu mengarah ke atas ke surga. Biarlah ini disebut pohon Kristus, berkumpullah di sekelilingnya, bukan di hutan belantara, tetapi di rumah-rumahmu; di pohon ini tidak akan menaungi penumpahan darah, tetapi pemberian-pemberian yang penuh kasih dan perayaan-perayaan yang penuh kebaikan.”[5]
Terkesima oleh kehancuran pohon ek dan pewartaan Bonifasius, orang-orang Jerman pun dibaptis.
Bonifasius melanjutkan upaya misionarisnya hingga usia lanjut, ketika pada tahun 754, ia berangkat ke Frisia dengan lima puluh orang biarawan. Usaha mereka berhasil dan banyak orang pagan yang bersedia dibaptis. Ketika waktu yang ditentukan tiba untuk merayakan sakramen, ada kerumunan besar orang pagan bersenjata mendekati para misionaris. Mengetahui bahwa waktu kematiannya sudah dekat, Bonifasius melarang para pengikutnya untuk berperang dan berkata, “Anak-anakku, berhentilah berkelahi. Hentikanlah peperangan, karena kesaksian Kitab Suci menganjurkan supaya kita tidak membalas mata dengan mata, melainkan membalas kejahatan dengan kebaikan. Inilah hari yang ditunggu-tunggu, waktu kesudahan kita telah tiba, kuatkanlah hatimu di dalam Tuhan!”[6] Penyerangan orang-orang pagan yang kejam itu menyebabkan Bonifasius dan rekan-rekannya gugur dan dirayakan sebagai martir bagi iman.
Di kemudian hari, seorang penulis biografi Bonifasius yang bernama Othlo, mengenang kasih Bonifasius yang mendalam kepada orang-orang yang telah lama ia perjuangkan untuk membawa mereka kepada Kristus:
Uskup suci Bonifasius dapat menyebut dirinya sebagai bapa semua penduduk Jerman, karena dialah yang pertama kali membawa mereka kepada Kristus dengan kata-kata khotbahnya yang kudus; dia menguatkan mereka dengan teladannya; dan yang terakhir, dia memberikan nyawanya untuk mereka; tidak ada kasih yang lebih besar dari ini yang bisa ditunjukkannya.[7]
Pada abad-abad berikutnya, tradisi Katolik menggunakan pohon cemara untuk merayakan kelahiran Yesus menyebar ke seluruh Jerman, dan para imigran Jerman pada abad ke-18 membawa kebiasaan tersebut ke Dunia Baru. Meskipun ada banyak cerita, legenda, dan mitos seputar penemuan pohon Natal, termasuk klaim bahwa kebiasaan ini berasal dari Martin Luther. Hanya ada satu kisah yang berakar pada orang dan peristiwa yang nyata: Bonifasius yang menobatkan orang Jerman, sang penebang pohon ek perkasa milik Thor.
Catatan kaki:
[1] John Vidmar, OP, The Catholic Church Through the Ages (New York/Mahwah, NJ: Paulist Press, 2005), 83.
[2] Paus Benediktus XVI Katekese Rabu tentang “Saint Boniface, the Apostle of the Germans”, pada 11 March 11 2009 dalam Church Fathers and Teachers – From Saint Leo the Great to Peter Lombard (San Francisco: Ignatius Press, 2010), 80.
[3] Bonifasius menetapkan Fulda di bawah yurisdiksi kepausan, yang merupakan konsep baru pada saat itu. Ini adalah penataan yang sama untuk biara yang lebih terkenal di Cluny pada awal abad kesepuluh.
[4] Fr. William P. Saunders “The Christmas Tree”, Straight Answers artikel dari the Arlington Catholic Herald, dapat diakes di http://www.holyspiritinteractive.net/columns/williamsaunders/straightanswers/68.asp.
[5] Ibid.
[6] Willibald, Vita S. Bonifatii, ed. cit., 46. Dikutip dalam, Paus Benediktus XVI, Ketekese Rabu tentang “Saint Boniface”, 11 Maret 2009.
[7] Othlo, Vita S. Bonifatii, ed. cit., lib. I, 158. Dikutip dalam, Paus Benediktus XVI, Ketekese Rabu tentang “Saint Boniface”, 11 Maret 2009.
[8] The Washington Post – The Mini Page, “O Tannenbaum*!”, December 6, 2009, SC5. Tentang Bonifasius menebang pohon ek lihat Fr. John Laux, Church History – A Complete History of the Catholic Church to the Present Day (Rockford, IL: TAN Books and Publishers, Inc., 1989), 221 & Warren H. Carroll, The Building of Christendom (Front Royal, VA: Christendom College Press, 1987), 276.
Posted on 31 December 2024, in Apologetika, Sejarah Gereja and tagged Natal, St. Bonifasius. Bookmark the permalink. Leave a comment.


Leave a comment
Comments 0