[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Yohanes Yu Jung-cheol
Profil Singkat
- Tahun dan tempat Lahir: 1779, Jeonju, Jeolla-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Selibat dari keluarga kelas bangsawan
- Usia: 22 tahun
- Tanggal Kemartiran: 14 November 1801
- Tempat Kemartiran: Jeonju, Jeolla-do
- Cara Kemartiran: Digantung
Yohanes Yu Jung-cheol dipanggail juga dengan nama ‘Jong-seok’ lahir pada tahun 1779 di Chonam, Jeonju (sekarang, Namgye-ri, Iseo-myeon, Wanju-gun, Jeonbuk). Dia adalah putra sulung dari keluarga bangsawan yang kaya raya. Agustinus Yu Hang-geom yang menjadi martir pada tahun 1801 adalah ayahnya. Lutgardis Yi Sun-i adalah istrinya dan Yohanes Yu Mun-seok adalah adiknya.
Keluarganya pertama kali menerima iman Katolik ketika ayahnya yaitu Agustinus Yu mempelajari doktrin agama Katolik dari Fransiskus Xaverius Kwon Il-sin dari Yanggeun, Gyeonggi-do, kemudian menjadi Katolik. Pada saat itu terjadi tak lama setelah agama Katolik diperkenalkan ke Korea. Sejak saat itu, ayahnya yaitu Agustinus Yu, membaktikan dirinya untuk mewartakan Injil kepada keluarga dan temannya. Rumahnya menjadi pusat bagi orang-orang Katolik di wilayah Jeolla-do.
Dalam lingkungan Kristiani seperti itu Yohanes Yu Jung-cheol tumbuh dan kemudian dia menerima Sakramen Baptis. Dia juga menempuh pengajarannya untuk waktu yang lama dibawah bimbingan Stanislaus Han Jeong-heum. Dikatakan seperti ini:
“Yohanes Yu adalah seorang yang tulus hati dan lurus hati dalam pengabdiannya, dan dia memiliki iman yang kuat dan bersemangat dalam karya amal. Walaupun dia masih muda dia diperlakukan seperti seorang dewasa yang lembut dan bijaksana oleh karena kesetiaannnya dalam menjalankan tugasnya, kehidupannya yang benar dan menjadi penghinaan bagi semua kesombongan duniawi.”
Yohanes Yu menerima Komuni Kudus Pertama ketika dia berusia 16 tahun dari Pastor Yakobus Zhou Wen-mo yang mendatangi desa Chonam dalam kunjungan pastoralnya. Setelah itu, Yohanes Yu membuka hatinya di depan ayahnya dan Pastor Yakobus Zhou dan berkata, “Saya ingin hidup sebagai seorang perjaka.”
Dua tahun kemudian, Lutgardis Yi Sun-I meminta Pastor Yakobus Zhou untuk membantu kehidupan dia sebagai seorang perawan. Mendengar perkataan itu, Pastor Yakobus Zhou teringat dengan Yohanes Yu Jung-cheol di Jeonju, yang juga berkata mengenai keinginannya untuk hidup selibat, kemudian dia mengatur pernikahan mereka. Yohanes Yu dan Lutgardis Yi menikah pada bulan Oktober 1797. Pada bulan September 1798, Yohanes Yu dan istrinya Lutgardis Yi, membuat suatu janji di hadapan orang tuanya, bahwa mereka menghidupi kehidupan selibat layaknya seorang kakak dan adik.
Yohanes Yu mengatasi godaan untuk melanggar janjinya dengan Lutgardis Yi dengan berdoa dan meditasi. Mereka berjanji untuk mati bersama sebagai martir. Pada saat itu, Penganiayaan Shinyu terjadi pada tahun 1801. Pada musim semi tahun itu, Yohanes Yu ditangkap dan dipenjarakan di Jeonju.
Selama di penjara, adiknya Yu Mun-seok membawakan dia makanan. Dia tetap menggunakan pakaian musim dinginnya bahkan di tengah musim panas sekalipun, karena dilarang untuk membawakan dia pakaian. Yohanes Yu ditempatkan di tiang hukuman baik siang maupun malam. Penderitaan di dalam penjara adalah hukuman yang nyata bagi dia. Walaupun demikian, dengan hati yang tak tergoyahkan, Yohanes Yu mempertahankan imannya kepada Tuhan sampai akhirnya.
Pada pertengahan bulan September, anggota keluarganya ditangkap, mereka termasuk Lutgardis Yi dan adiknya yaitu Yu Mun-seok. Sekitar dua puluh hari kemudian, polisi membawa Yu Mun-seok dan memasukkannya ke penjara yang sama dengan kakaknya, Yohanes Yu. Dengan perintah kepala petugas, mereka digantung dan meninggal sebagai. Kejadian itu terjadi pada tanggal 14 November 1801 (9 Oktober pada penanggalan Lunar). Pada saat itu, Yohanes Yu berusia 22 tahun.
Setelah kemartiran Yohanes Yu, istrinya yaitu Lutgardis Yi mempelajari mengenai kematian suaminya sebagai martir, dia menuliskan hal berikut:
“Akhirnya, sebuah surat tiba di rumah. Dalam surat itu tertulis sebagai berikut; Sebuah surat untuk adiknya (merupakan sebuah cara dia memanggil istrinya Lutgardis) ditemukan di dalam pakaian Yohanes. Dalam surat itu tertulis, ‘Saya menasihati, menguatkan, dan menghibur adikku. Mari kita berjumpa di Surga.”
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 25 December 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 6 Comments.
Pingback: Beato Matius Yu Jung-seong | Terang Iman
Pingback: Beata Lutgardis Yi Sun-i | Terang Iman
Pingback: Beato Karolus Yi Gyeong-do | Terang Iman
Pingback: Beato Yohanes Yu Mun-seok | Terang Iman
Pingback: Beato Agustinus Yu Hang-geum | Terang Iman
Pingback: Beato Andreas Kim Cheon-ae | Terang Iman