[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Yohanes Yu Mun-seok
Profil Singkat
- Tahun dan tempat Lahir: 1784, Jeonju, Jeolla-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Perjaka dari keluarga kelas bangsawan
- Usia: 17 tahun
- Tanggal Kemartiran: 14 November 1801
- Tempat Kemartiran: Jeonju, Jeolla-do
- Cara Kemartiran: Digantung
Yohanes Yu Mun-seok juga dipanggil dengan nama ‘Mun-cheol’, dia lahir pada tahun 1784 di keluarga bangsawan dan kaya raya di Chonam, Jeonju, Jeolla-do (sekarang, Namgye-ri, Iseo-myeon, Wanju-gun, Jeonbuk). Agustinus Yu Hang-geom yang menjadi martir ketika Penganiayaan Shinyu pada tahun 1801 adalah ayahnya. Yohanes Yu Jung-cheol adalah kakaknya dan Lutgardis Yi Sun-i adalah kakak iparnya.
Keluarga Yohanes Yu menerima agama Katolik ketika ayahnya Agustinus Yu menjadi seorang Katolik. Dia belajar Katekismus dari Fransiskus Xaverius Kwon Il-sin dari Yanggeun, Gyeonggi-do, tak lama setelah agama Katolik diperkenalkan di Korea. Sejak saat itu, ayahnya mengajarkan Katekismus kepada keluarga, teman dan kerabatnya. Rumahnya menjadi pusat bagi komunitas Katolik di Jeolla-do. Berkat lingkungan keluaga seperti ini, Yohanes Yu bertumbuh dalam atmosfir keluarga yang religius dari sejak dia masih kecil.
Ketika Pastor Yakobus Zhou Wen-mo mengunjungi desa Chonam, Yohanes masih berusia 11 tahun. Dua tahun kemudian, kakaknya Yu Jung-cheol menikah dengan Lutgardis Yi dan mereka berdua berjanji bahwa mereka akan tetap selibat.
Ketika Penganiayaan Shinyu terjadi pada tahun 1801, ayah dari Yohanes Yu yaitu Agustinus Yu ditangkap dan dibawa dari Chonam ke Seoul. Kemudian Yu Jung-cheol dan kerabatnya ditangkap dan dipenjarakan di Jeonju. Untungnya, Yohanes Yu tidak ditangkap. Selama musim panas itu, dia sering berkunjung ke penjara dengan menyediakan makanan bagi kakaknya.
Namun demikian, keadaan ini tidak berlangsung lama. Pada pertengahan bulan September pada tahun yang sama, Yohanes Yu juga ditangkap bersama anggota keluarga lainnya dan mereka dipenjarakan. Pada saat itu Yohanes Yu berjanji pada keluarganya bahwa dia akan mati bagi Tuhan dan dia mempersiapkan dirinya untuk itu. Tekad dan janji dia tertulis di dalam surat yang ditulis oleh kakak iparnya yaitu Lutgardis Yi dari dalam penjara:
“Kami lima orang dengan bulat hati dalam keputusan yang kuat akan memberikan hidup kami sepenuhnya kepada Tuhan bahkan sampai kepada kemartiran. Dengan membuka hati kami satu sama lain, kami menjadi tahu bahwa kami semua memiliki hasrat yang membara untuk mati bagi Tuhan … dan juga, seluruh penyesalan dan kekhawtiran kami menghilang. Setiap hari, kami dipelihara oleh rahmat Ilahi dan kasih, dan sukacita Ilahi tumbuh dalam hati kami. Tampaknya tak ada kecemasan lagi yang ada dalam hati kami.”
Gubernur Jeonju meminta istana untuk membuat keputusan hukum terhadap Yohanes Yu dan keluarganya. Istana langsung mengirimkan seorang petugas ke Jeonju untuk mengambil alih kasus ini. Hasilnya, Yohanes Yu dan kakaknya yaitu Yu Jung-cheol digantung dan meninggal sebagai martir. Pada saat itu tanggal 14 November 1801 (9 Oktober pada penanggalan Lunar). Pada saat itu, dia berusia 17 tahun dan masih perjaka.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 27 December 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 3 Comments.
Pingback: Beato Matius Yu Jung-seong | Terang Iman
Pingback: Beato Yohanes Yu Jung-cheol | Terang Iman
Pingback: Beato Agustinus Yu Hang-geum | Terang Iman