[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Florus Hyeon Gye-heum
Profil Singkat
- Tahun dan tempat Lahir: 1763, Seoul
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Pemimpin awam dan apoteker dari keluarga kelas menengah
- Usia: 38 tahun
- Tanggal Kemartiran: 10 Desember 1801
- Tempat Kemartiran: Pintu Gerbang Kecil Barat, Seoul
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Florus Hyeon Gye-heum dipanggil juga dengan nama ‘Sa-su’ atau ‘Gye-on’, dia lahir di keluarga kelas menengah di Seoul. Keluarganya menghasilkan banyak penerjemah bahasa selama beberapa generasi. Florus Hyeon tidak mengikuti karier itu, namun dia menjalankan toko obat. Santo Karolus Hyeon Seok-mun yang menjadi martir pada tahun 1846 adalah putranya, dan Santa Benedikta Hyeon Gyeong-ryeon yang menjadi martir pada tahun 1839 adalah putrinya.
Florus Hyeon menerima iman Katolik ketika dia masih muda dan kemudian dia menjalankannya dengan setia. Dia ditangkap pada tahun 1791 ketika Penganiayaan Sinhae terjadi, namun kemudian dia dibebaskan. Namun, tak lama kemudian, dia kembali ke Gereja dan dia membaktikan dirinya untuk menjalankan agamanya dengan lebih bersemangat daripada sebelumnya.
Ketika Pastor Yakobus Zhou Wen-mo memasuki Korea pada tahun 1794, Florus Hyeon mengikuti dalam kegiatan Gereja bersama umat Katolik lainnya. Dia sering mengadakan pertemuan umat beriman bersama Gervasius Son Gyeong-yun, Barnabas Kim I-u, dan Tadeus Jeong In-hyeok, dan mereka berusaha untuk mengarahkan para katekumen dan mewartakan Kabar Baik. Ketika Pastor Yakobus Zhou menghindari penganiayaan, Florus Hyeon menawarkan dia sebuah rumah sebagai tempat berlindung. Pada saat itu, rumah dia dipilih menjadi sebuat tempat pertemuan untuk ‘Enam Persekutuan’, sebuah anak organisasi dari Myeongdohoe, suatu organisasi umat awam yang didirikan oleh Pastor Yakobus Zhou.
Pada tahun 1797, Florus Hyeon pergi untuk mengunjungi Dongnae, suatu wilayah di bagian selatan Gyeongsang-do, dimana kakaknya tinggal. Selama dia disana, dia tak sengaja melihat sebuah kapal kepunyaan Inggris. Dalam kepulangannya ke Seoul, dia bertemu Alexius Hwang Sa-yeong dan memberitahukan kisah itu kepadanya.
Ketika Penganiayaan Shinyu terjadi pada tahun 1801, banyak umat Katolik ditangkap. Florus Hyeon melarikan diri, namun saat dia mendengar bahwa keluarga dan kerabatnya menderita oleh karena dia, dia menyerahkan diri ke Pusat Kepolisian sekitar bulan April. Dia menjalani interogasi dan siksaan yang berat berkali-kali, namun dia tidak memberitahukan keberadaan umat beriman lainnya, dan tidak berkata apapun yang membahayakan Gereja.
Florus Hyeon dipenjarakan di Pusat Kepolisian sampai awal bulan Oktober 1801. Kemudian, dia dipindahkan ke Mahkamah Agung karena namanya terungkap ketika dilakukan interogasi terhadap Alexius Hwang. Dia menjalani hukuman yang kejam, namun dia tidak pernah menyerah dari agamanya. Pada tanggal 10 Desember 1801 (5 November pada penanggalan Lunar), dia dibawa keluar Pintu Gerbang Kecil Barat di Seoul, disana dia dipenggal dan meninggal sebagai martir. Pada saat itu Florus Hyeon berusia 38 tahun.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 28 December 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0