[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Fransiskus Kim Sa-jip
Profil Singkat
- Tahun dan tempat Lahir: 1744, Deoksan, Chungcheong-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Keluarga kelas biasa
- Usia: 58 tahun
- Tanggal Kemartiran: 25 Januari 1802
- Tempat Kemartiran: Cheongju, Chungcheong-do
- Cara Kemartiran: Dipukuli
Fransiskus Kim Sa-jip juga dipanggil dengan nama ‘Seong-ok’, dia lahir di Bibanggoji, Deoksan, Chungcheong-do (sekarang, Changmal, Hapdeok-ri, Hapdeok-eup, Dangjin-gun, Chungnam) di keluarga kelas biasa. Tak lama setelah dia belajar untuk ujian pemerintah untuk menjadi petugas publik, dia menjadi tahu tentang agama Katolik. Setelah itu, dia meninggalkan studi sekulernya dan membaktikan dirinya untuk mempelajari dan menjalankan ajaran Gereja Katolik. Dia menghabiskan waktunya setiap hari untuk berdoa kepada Tuhan dan membaca buku rohani.
Kebijaksanaan dan bakat yang melekat pada Fransiskus Kim sebaik pengorbanan dan cintanya untuk orang miskin dan kesepian, mereka dilayani sebagai cara bagi dia untuk mewartakan Injil. Dengan pengetahuannya yang luar biasa, dia menulis ulang buku-buku Katolik dengan semangat yang besar untuk menyebarluaskannya kepada umat Katolik. Sebagai anak yang berbakti, dia melakukan ritual Katolik bagi yang meninggal ketika orang tuanya meninggal. Dia juga berpuasa dari daging selama dua tahun.
Ketika Penganiayaan Shinyu terjadi pada tahun 1801, seluruh buku yang disebarluaskan oleh Fransiskus Kim kepada umat Katolik, disita satu per satu oleh polisi. Namanya dilaporkan kepada kantor pemerintahan dan dua orang yang murtad diperintahkan untuk memastikan kebenarannya. Tak lama setelah kedua orang ini mengunjungi rumah Fransiskus Kim, polisi memasuki rumahnya dengan paksa dan menangkap dia. Dia dibawa ke kantor pemerintahan di Deoksan, dimana dia menjalani interogasi yang berat.
Hakim mencoba menggoda dia untuk menyangkal agamanya, namun semuanya sia-sia karena dia bertekad untuk menjaga imannya. Hakim memerintahkan agar Fransiskus Kim memainkan peran jahat untuk memukuli teman sesama tahanan, namun kemudian dia tidak mengubah pikirannya. Di dalam penjara, dia menulis surat kepada anaknya, dengan berkata “Cobalah menghidupi sebagai orang Katolik yang sejati, percaya akan rahmat Tuhan dan Bunda Suci Maria. Janganlah berharap akan bertemu lagi dengan saya di dunia ini.”
Pada bulan Oktober di tahun yang sama, Fransiskus Kim dibawa ke Haemi dan disana dia dipukuli di bagian bokongnya sebanyak sembilan puluh kali. Dua bulan kemudian, dia dipindahkan ke Pusat Militer Cheongju dengan sekujur tubuh yang dipenuhi luka. Perjalanan ini menghabiskan waktu selama tiga hari di musim dingin yang keras. Perjalanan ke Cheongju sangat panjang dan menyakitkan bagi Fransiskus Kim. Namun dia tidak kehilangan keberanian dan menjaga semuanya tetap tenang. Tak lama setelah dia dipindahkan ke Cheongju, Fransiskus Kim dijatuhi hukuman mati. Dia dibawa ke pasar (sekarang, Namju-dong, Cheongju-si, Chungbuk) dan dia dipukuli lagi di bagian bokongnya sebanyak delapan puluh kali. Dia meninggal di tempat sebagai seorang martir. Pada saat itu tanggal 25 Januari 1802 (22 Desember 1801 pada penanggalan Lunar), dan dia berusia 58 tahun.
Berdasarkan saksi mata, dia berharap untuk bertekun dalam tiga kebajikan yaitu iman, harapan dan kasih sampai pada akhir hidupnya. Dia adalah seorang yang memiliki kehendak yang kuat.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 31 December 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0