Apakah Alkitab pada Zaman Dahulu Sudah Seperti Sekarang?
Posted by Terang Iman
Oleh Mark Haas

Kitab Mazmur, foto oleh Josh Applegate (Sumber: aleteia.org dan unsplash.com)
Menelusuri Alkitab dengan membuka cara pandang modern kita
Perlu diketahui apa yang kita miliki sebagai Alkitab adalah salinan dari Alkitab itu sendiri, dan orang-orang Kristen mempunyai salinan Alkitab di rak-rak buku mereka di rumahnya. Ada yang bentuknya sampul tipis, sampul tebal, dan juga sampul kulit. Mungkin Alkitab mereka dipenuhi catatan-catatan pribadi, ayat-ayat yang ditandai dengan warna, bab-bab yang ditandai dengan pembatas buku, dan berbagai macam hal lainnya. Namun, apakah leluhur kita mengalami berbagai kemudahan seperti kita sekarang ini? Apakah fasih dengan semua ayat Alkitab? Apakah Alkitab mereka seperti Alkitab kita sekarang ini?
Kenyataannya, Alkitab membutuhkan lebih dari satu milenium untuk dituliskan. Ada rentang waktu penulisan sekitar 1.500 tahun dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu. Setelah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus yang terjadi sekitar tahun 33 M, belum ada seorangpun yang memulai menuliskan sepenggal dari Kitab Perjanjian Baru sampai mulai dituliskan sekitar tahun 45 M. Dan pada rentang waktu itu yang kurang lebih selama 12 tahun, umat Kristen tidak memiliki otoritas tertulis.
Alkitab yang lengkap seperti sekarang belum resmi disusun dan dikanonkan sampai tahun 397, ketika Gereja Katolik melakukan sidang dalam Konsili Kartago.
Penomoran bab belum ada sampai dengan tahun 1080, sampai suatu ketika diprakarsai oleh Uskup Agung Canterbury yang bernama Stephen Langton (menjabat pada 1207-1228). Alkitab yang dicetak belum ada sampai 1.400 tahun setelah zaman Kristus. Dan penomoran ayat belum ada sampai Alkitab Jenewa dicetak pada tahun 1560.
Jadi apa yang umat Kristen lakukan?
Yesus berjanji bahwa Ia tidak akan meninggalkan para murid-Nya sebagai yatim piatu (Yohanes 14:18). Sebenarnya, Yesus sendiri tidak pernah menuliskan apapun, dan Yesus juga tidak pernah mengajarkan para murid-Nya untuk membaca Kitab Suci sebagai satu-satunya otoritas. Dengan mendirikan satu Gereja yang kelihatan di atas batu Karang St. Petrus (Matius 16:18), Yesus mengutus para rasul-Nya ke segala bangsa untuk “mengajar mereka segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28:20).
Selain itu, mengenai firman Allah dalam Kitab Suci, dikatakan bahwa, semoga kita semua berpegang teguh kepada “Gereja, sang tiang penopang dan dasar kebenaran” (1 Timotius 3:15).
Sumber: “Did Bibles always look like Bibles?”
Share this:
- Click to share on Twitter (Opens in new window)
- Click to share on Facebook (Opens in new window)
- Click to share on Pinterest (Opens in new window)
- Click to share on WhatsApp (Opens in new window)
- More
- Click to email a link to a friend (Opens in new window)
- Click to print (Opens in new window)
- Click to share on LinkedIn (Opens in new window)
- Click to share on Tumblr (Opens in new window)
- Click to share on Reddit (Opens in new window)
- Click to share on Pocket (Opens in new window)
- Click to share on Telegram (Opens in new window)
- Click to share on Skype (Opens in new window)
Related
Posted on 24 January 2020, in Kenali Imanmu, Kitab Suci and tagged Alkitab, Gereja, Kitab Suci, Perjanjian Baru, Perjanjian Lama, Vulgata. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
Leave a comment
Comments 0