Imamat dan Salib

Oleh Dr. John Bergsma

Chemin de croix, église Saint-Symphorien de Pfettisheim, Bas-Rhin, France foto oleh Pethrus (Sumber: wikimedia.org)

Jauh dalam narasi kisah sengsara, dalam Yohanes 19:23 kita akan melihat betapa uniknya antara imamat dan salib. Perhatikan bahwa jubah-Nya itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. Mengapa Yohanes menjelaskan hal ini? Hal ini seringkali dianggap sepele. Yesus mengenakan pakaian yang tidak dijahit dan rapi yang lebih nyaman daripada pakaian lainnya. Nah, hanya ada satu referensi mengenai jubah yang tidak dijahit dalam literatur Yahudi kuno, dan Josephus sedang membicarakan pakaian seorang imam agung:

Memang imam agung itu dihiasi dengan pakaian yang sama … berwarna biru. Pakaian ini juga merupakan jubah panjang sampai ke kaki. … Sekarang jubah ini tidak dibuat dengan dua potong, juga tidak dijahit sepanjang bahu dan sampingnya, namun sebagai satu jubah panjang yang ditenun yang memiliki lubang untuk leher. (Flavius Josephus, Antiquities of the Jews, 3.15)

Pakaian ini merupakan pakaian satu potongan. Jadi ketika merujuk jubah Yesus, inilah jubah yang tidak dijahit yang menjadi gambaran imam agung. Kemudian disebutkan bahwa para prajurit tidak merobek jubah itu, namun mereka membuang undi atas jubah itu. Mereka membagi barang-barang-Nya yang lain namun tidak merobek jubah-Nya. Hal ini sangat menarik karena dalam kitab Imamat 21:10, salah satu hal yang dibahas adalah penetapan imam besar (imam yang menjadi kepada atas saudara-saudaranya) tidak boleh mengoyakkan pakaiannya. Maka jubahnya tidak dirobek.

Kemudian setelah Yesus wafat , dalam Yohanes 19:39, Anda bisa melihat Nikodemus menghampiri-Nya dan membawakan campuran minyak mur dengan minyak gaharu untuk mengurapi tubuh-Nya. Maka tubuh Kristus diminyaki dengan minyak wangi. Siapa dalam Perjanjian lama yang tubuhnya diurapi dengan minyak? Ada lebih dari satu orang, namun jika kita kembali ke Keluaran 30, maka kita bisa menemukan Harun sebagai imam besar beserta dengan purta-putranya, mereka diperintahkan Tuhan melalui Musa untuk mengambil rempah-rempah terbaik, temasuk mur cair, dan mengurapi Harun dan putra-putranya dengan minyak itu. Maka tubuh imam itu diurapi ketika mereka mamasuki tempat kudus untuk melayani di hadirat Allah.

Kemudian pada ayat berikutnya (Yohanes 19:40), mereka membungkus Yesus dengan kain lenan dengan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat penguburan orang Yahudi. Jika kita kembali ke Imamat 16, kita bisa menemukan apa yang dikenakan oleh imam besar:

Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan; itulah pakaian kudus yang harus dikenakannya.

Lenan, apa yang Anda tidak pahami tentang lenan? 100% lenan, tanpa kapas, tanpa polyester. Di surga tidak ada serat akrilik (serat sintetis –red.) yang akan membuat Anda berkeringat. Maka Ia dibungkus dengan kain lenan, sekali lagi menggambarkan sang imam agung. Kemudian Ia dibaringkan dekat tempat di mana Ia disalibkan, ada suatu taman dan “dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.” Mengapa Yohanes menyebutkan hal itu? Inilah kubur baru, kuburan yang belum pernah digunakan orang lain. Mungkin Anda berkata, “Ah, perkataan Dr. Bergsma jadi sangat dibuat-buat.” Namun saya akan menunjukkan sesuatu, pertama-tama mari kita lihat Imamat 21. Jika imam besar itu menikah:

Ia harus mengambil seorang perempuan yang masih perawan. Seorang janda atau perempuan yang telah diceraikan atau yang dirusak kesuciannya atau perempuan sundal, janganlah diambil, melainkan harus seorang perawan dari antara orang-orang sebangsanya (Imamat 21:13-14)

Seorang wanita yang belum pernah dikawini seorang pria manapun. Kemudian mungkin kita berkata, “Apa hubungannya kubur dengan seorang wanita?” Ya, sebenarnya dalam Perjanjian Baru ada kombinasi konseptual yang menarik dan terjadi berulang kali bahkan lebih dari sekali, dan itulah hubungan antara bumi dan rahim. Ada ayat klasik dalam Mazmur 139, dalam perikop itu ada satu ayat yang pasti diketahui aktivis pro-life yaitu ayat 14. Tapi kita lihat ayat 13 yang tertulis demikian:

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku (Mazmur 139:13)

Jadi di mana kita diciptakan? Kita diciptakan dalam rahim ibu kita, kan? Dan Allah membentuk kita di sana. Mari kita lanjutkan ke ayat 15:

Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah (Mazmur 139:15)

Tunggu dulu, saya pikir kita di diciptakan dalam rahim ibu kita kan? Namun puisi itu berlanjut dan mengatakan tidak demikian, kita dibentuk di dalam bumi. Dan apakah makam itu selain dari liang ke kedalaman bumi? Sekarang, saya tidak akan membahasnya, namun itulah konsep puisi Yahudi. Entah bagaimana rahim ibu mewakili rahim bumi, dan ada hubungan rahasia antara dua hal itu. Jadi ketika saya mengatakan kubur baru, hal ini tidak dibuat-buat karena ketika Anda memahami latar belakang bahasa Ibrani atau budaya Yahudi yang dihadapi oleh Yohanes ketika ia menulis tentang kisah sengsara Kristus.

Sumber: “The Priesthood and the Cross”

Advertisement

Posted on 8 April 2020, in Kenali Imanmu, Kitab Suci and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: