[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Membongkar Paham New Age tentang Yesus
Oleh Trent Horn

Jesus and beautiful angel being with dove and sprig, spiritual concept. Jesus face in cosmic space (Sumber: catholic.com)
Deepak Chopra seorang dokter pengobatan alternatif dan konsultan kemandirian hidup yang nasihatnya terdengar mendalam namun setelah penelitian lebih lanjut ternyata ucapannya hanya omong kosong belaka. Misalnya dalam dua kutipan ini:
- “Perhatian dan niat adalah mekanisme dalam perwujudan.”
- “Kesadaran Anda menenangkan ekspresi akan pengetahuan.”
Yang pertama adalah kutipan asli dari Chopra, dan yang kedua adalah kombinasi acak dari rangkaian kata-kata yang dirangkai oleh “Deepak Chopra quote generator” secara daring. Sulit membedakan kata-kata itu karena “kebijaksanaan” Chopra terdiri dari pernyataan yang tidak jelas tentang pikiran dan menciptakan realitas yang dikombinasikan dengan jargon ilmiah. Dalam satu artikel, ia mengklaim, “Teori kuantum menyiratkan bahwa kesadaran itu harus ada, dan isi pikiran adalah realitas tertinggi. Jika kita tidak melihatnya, maka apa yang kita harapkan (the moon) hilang.”
Agar tidak berpikir kalau Chopra hanya bermaksud puitis, ia benar-benar percaya bahwa elemen yang paling mendasar dari realitas adalah kesadaran dan itulah yang menciptakan dunia di sekitar kita (termasuk apa yang kita harapkan dalam istilah ‘the moon’). Ia berkata ketika kita mencapai tingkat kesadaran yang tinggi, kita bisa memanipulasi kenyataan dan mencapai prestasi yang luar biasa, seperti menyembuhkan diri dari kanker. Ketika berbicara tentang Yesus, Chopra mempromosikan pandangan umum dunia Timur tentang Yesus sebagai seorang “guru,” atau seseorang yang mencapai tingkat pengetahuan mawas diri yang memungkinkan pemenuhan diri manusia.
Dalam bukunya yang berjudul The Third Christ dikatakan bahwa, “Yesus tidak secara fisik turun dari hadirat Allah di atas awan gemawan, atau pun tidak kembali untuk duduk di sebelah kanan tahta secara harfiah. Apa yang membuat Yesus Sang Putra Allah adalah suatu kenyataan bahwa Ia mencapai kesadaran Allah.” Maka Yesus adalah Allah dalam artian bahwa kita semua adalah “Allah,” atau bahwa kita semua semua memiliki sepercik “kesadaran Allah” dalam diri kita, menunggu untuk diaktualisasikan. Itulah sebabnya mengapa Chopra berbicara, “Yesus bermaksud untuk menyelamatkan dunia” bukan dengan mati untuk dosa-dosa kita melainkan dengan “menunjukkan jalan menuju kesadaran Allah kepada orang banyak.”
Bagaimana mungkin hal itu benar kalau … “Guru Yesus” itu tidak historis.
Dalam bukunya yang berjudul Jesus: A Story of Enlightenment yang diterbitkan pada tahun 2008, Chopra mengarang kisah fantasi untuk menjelaskan bahwa Yesus menjadi sangat “mengalami pencerahan.” Chopra mengambil keuntungan dari 30 tahun kehidupan Kristus antara kelahiran dan permulaan pelayanan publik-Nya yang tidak diceritakan dalam Kitab Suci (kecuali ketika kedua orang tua Yesus menemukan-Nya di Bait Allah pada usia 12 tahun) dan mengklaim bahwa selama masa remaja dan usia 20-an Yesus melakukan perjalanan ke India, di mana Ia mempelajari rahasia pencerahan dari orang bijak lainnya sebelum kembali ke Galilea.
Kisah Chopra hanyalah salah satu dari deretan panjang cerita spekulatif tentang “tahun-tahun tersembunyi” dari Kristus. Semuanya kembali ke penulis abad pertengahan, yang membayangkan seseorang yang membayangkan Yesus muda mengunjungi Inggris bersama dengan ayah-Nya yang seorang pedagang timah keliling yang bernama Yusuf dari Arimatea (suatu gagasan yang kemudian populer dalam puisi Wlliam Blake pada tahun 1808 yang berjudul “And did those feet in ancient time”). Klaim tentang Yesus pergi ke India berasal dari karya Nicolas Notovitch tahun 1894 yang berjudul The Life of Saint Issa, di mana ia mengklaim sudah melihat dokumen kuno dari kuil di Himalaya yang menggambarkan Yesus mempelajari agama Buddha di wilayah itu. Namun ketika para jurnalis lain pergi dan mengunjungi kuil tersebut, mereka tahu bahwa Notovitch tidak pernah ke kuil itu. Hal ini menjadi tipuan yang menguntungkan bagi Notovich.
Dalam buku Robert Van Voorts yang berjudul Jesus Outside the New Testament mengatakan bahwa ketika ada dugaan bahwa Yesus melakukan perjalanan ke India dan Tibet, maka kesaksian itu tidak berharga seperti kesaksian ‘kitab suci lain’ mengenai Yesus. Chopra mengakui langsung bahwa tidak ada teori yang ia kemukakan dalam Alkitab. Setelah mengklaim bahwa ada seorang sarjana Jerman yang tidak dikenal membuat klaim ini pada tahun 1940-an (yang mungkin dikira Chopra sebagai Notovitch), ia menyimpulkan, “Saya melakukan inkubasi, meditasi, dan saya membiarkan kisah ini terungkap. Dan hal ini cocok dengan kategori ‘fiksi religius.’”
Chopra juga melakukan pembelaan dengan Injil apokrif, yang memiliki tema gnostik yang mirip dengan pemikiran New Age, sebagai saksi dari “Yesus yang mistis.” Contohnya, dalam Injil Thomas, Yesus berkata, “Akulah terang yang ada di atas segalanya. Akulah segalanya: dari Aku segala sesuatu berasal, dan kepadaku segalanya kembali. Belahlah sebatang kayu, maka Aku ada di situ. Angkatlah batu, maka engkau akan menemukan Aku di situ” (77).
Beberapa ahli menyatakan bahwa Injil Thomas adalah karya pada abad pertama dan oleh karena itu menjadi karya yang sangat bisa diandalkan oleh kelompok New Age. Namun, para ahli lainnya, termasuk yang kritis seperti Bart Ehrman, percaya bahwa alusi-alusi dalam Injil Thomas terhadap kitab-kitab Perjanjian Baru, adanya ketergantungan Injil Thomas pada terjemahan bahasa Syria dan tidak adanya tema apokaliptik menempatkan penyusunan Injil Thomas berasal dari abad kedua. Hal ini saja membuat Injil Thomas kurang bisa diandalkan daripada Injil kanonik abad pertama. Dan hal ini membuat teori Guru Yesus tidak memiliki dasar sejarah.
Posted on 1 September 2020, in Apologetika and tagged New Age Movement, Trent Horn, Yesus Kristus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0