Bertobat dan Dibaptis
Oleh Dr. Brant Pitre

Baptism of the Neophytes karya Masaccio (1425-1426) di Brancacci Chapel, Florence (Sumber: wikipedia.org)
Jika kita melihat kembali Kisah Para Rasul 2, yang mengisahkan homili Petrus pada hari raya Pentakosta. Dikatakan demikian:
Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara? (Kisah Para Rasul 2:14, 36-37)
Kita berhenti sejenak di sini. Jika kita menanyakan hal ini dalam konteks orang Amerika kontemporer, seperti konteks orang Kristen di Amerika. Ketika ada banyak orang yang sedang memberitakan Injil dan Anda berkata, “Apa yang harus kita perbuat selanjutnya?” Maka banyak orang Protestan Amerika akan berkata, “Kamu tinggal menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi dalam hatimu supaya kamu diselamatkan.” Tapi perhatikan apa yang dilakukan Petrus. Ia melakukan sesuatu yang berbeda. Memang Petrus menyerukan mereka supaya bertobat, tetapi ia bukan hanya memanggil mereka untuk bertobat, melainkan juga bertobat pada sakramen. Mari kita dengarkan apa yang dikatakan Petrus:
Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.” Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.” Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kisah Para Rasul 2:38-41)
Luar biasa! Jadi apa yang penting dari perikop ini? Setidaknya ada tiga hal. Pertama, ketika orang banyak mendengarkan homili Petrus dan hati mereka tersentuh, tanggapan Petrus adalah bertobat dan memberikan diri untuk dibaptis. Dengan kata lain, Petrus mengarahkan mereka pada sakramen. Kedua, perhatikan di sini Petrus menganggap baptisan bukan sekadar simbol, tetapi menjadi sesuatu yang kita sebut sebagai sakramen. Baptisan memiliki kekuatan untuk mengampuni dosa. Itulah mengapa dikatakan, “dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu.” Itulah yang terjadi dalam Baptisan yaitu mampu menghapuskan dosa-dosa kita. Ketiga, kita perhatikan sesuatu yang lain. Petrus berkata bahwa baptisan itu bagi mereka dan anak-anak mereka. Ini hal yang sangat penting. Perhatikan, Petrus tidak berkata, “Baptisan ini bagi kamu dan anak-anakmu jika mereka sudah mencapai usia mampu menalar dan mereka sendiri menghendakinya,” seperti yang dikatakan saudara-saudara kita yang bukan Katolik tentang Baptisan. Anda harus melayani Baptisan untuk anak-anak yang cukup umur untuk memilihnya sendiri. Petrus tidak membuat pernyataan seperti itu, tapi ia berkata Baptisan untuk semua orang. Baptisan bagi kamu dan anak-anakmu, dan bahkan juga untuk bangsa bukan Yahudi, dalam hal ini disebut sebagai orang yang masih jauh. Karena perjanjian kasih Allah dalam Perjanjian Baru tidak lebih istimewa dari Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, Anda dibawa ke dalam perjanjian sebagai seorang bayi melalui hak penyunatan.
Bahkan, Martin Luther mengatakan hal ini. Dalam Perjanjian Baru, apakah masuk akal bagi Allah untuk mengecualikan bayi dari kasih karunia keselamatan karena mereka belum bisa memilih sendiri? Bukan demikian, karena itulah yang membuat Perjanjian Lama lebih inklusif daripada Perjanjian Baru. Maka poin utama Petrus adalah Baptisan bagi semua orang. Bagimu dan anak-anakmu. Kita akan melihatnya kemudian dalam Kisah Para Rasul 13 dan 16, kedua perikop itu menggambarkan seluruh isi rumah menerima Sakramen Baptis. Begitu seorang ayah percaya kepada Kristus, seluruh isi rumah dibaptis, yaitu istrinya, anak-anaknya, dan bahkan juga hamba atau orang lain yang mungkin tinggal bersama mereka di rumah itu dalam satu rumah itu. Setiap orang menerima Sakramen Baptis, setiap orang menerima anugerah pengampunan. Jadi saya mengemukakan ini karena ini salah satu persoalan yang sering ditanyakan oleh umat Katolik. “Kenapa Katolik melakukan pembaptisan bayi? Mengapa bayi dibaptis?” Sederhananya itulah apa yang dilakukan Gereja apostolik. Itulah yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul bahwa Kristus adalah gembala yang baik yang memanggil kita semua untuk menjadi domba-domba-Nya, memanggil kita untuk kehidupan kekal. Maka, Sakramen Baptis atau karunia baptisan adalah sesuatu bagi kita dan bagi anak-anak kita.
Dan yang poin keempat dan terakhir, perhatikan dampak dari homili Petrus. Setelah Petrus menerima karunia Roh Kudus pada hari Pentakosta, ia berdiri dan berkhotbah, memberikan kabar gembira bagi mereka, mengajar dasar-dasar kehidupan, wafat, kebangkitan, dan kenaikan Yesus, kemudian memanggil mereka untuk bertobat dari dosa dan untuk memberi diri dibaptis, maka pada hari itu ada 3.000 orang dibaptis. Ada 3.000 orang pindah keyakinan. Dan seperti yang saya sebutkan sebelumnya, saya mengajar di seminari dan karena itu saya suka memberi tahu para pria yang hendak menerima tahbisan. Maka “inilah homili perdana Petrus dan terjadi 3.000 orang pindah keyakinan.” Maka homili perdana Petrus menjadi homili yang sangat bagus. Maka saya suka memberi tahu para seminaris, jangan merasa kecewa jika tidak memperoleh 3.000 orang yang pindah keyakinan pada homili perdana, karena ini merupakan peristiwa luar biasa. Ini merupakan homili perdana dari rasul pertama, kepada para rasul, pada hari Pentakosta. Ini menunjukkan bahwa yang terjadi bukan oleh kekuatan alami Petrus. Bukan karena Petrus seorang pembicara yang hebat sehingga 3.000 orang berpindah keyakinan. Itu karena Petrus dipenuhi api Roh Kudus. Inilah rahmat adikodrati yang diberikan kepadanya melalui Pentakosta dalam khotbahnya.
Sumber: “Repent and be Baptized”
Posted on 8 February 2021, in Apologetika, Kitab Suci and tagged Baptis, Brant Pitre, Pentakosta, Sakramen, St. Petrus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0