Oleh Philip Kosloski

Palungan (Sumber: aleteia.org)

Kita menyebut Yesus dengan nama alkitabiahnya yaitu “Imanuel” yang artinya “Allah beserta kita” – suatu gelar yang diungkapkan dengan cara yang istimewa dalam Ekaristi

Selama masa Adven dan Natal, umat Kristen sering mengingat kembali banyak nama yang merujuk pada Mesias yang dijanjikan dalam Alkitab, salah satunya adalah “Imanuel.”

Dalam Injil Matius, kita melihat nama ini langsung merujuk pada Yesus.

Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita. (Matius 1:22-23)

Bagi umat Katolik, nama ini punya makna istimewa jika dilihat dari sudut pandang Ekaristi. Dalam Ekaristi ditemukan kehadiran nyata Yesus, yang memberikan kita cara yang mendalam bagi Allah “beserta kita.”

St. Yohanes Paulus II merenungkan realitas ini dalam pesan Natal tahun 2004.

Sang Anak ilahi yang kita puji dalam palungan adalah Sang Imanuel, Allah beserta kita, yang sungguh hadir dalam sakramen di Altar. “Mirabile commercium” atau pertukaran yang luar biasa yang terjadi di Betlehem antara Allah dan umat manusia yang menjadi hadir senantiasa dalam sakramen Ekaristi, oleh karena alasan ini menjadikan sumber kehidupan dan kekudusan Gereja.

Di hadapan pemberian yang luar biasa ini, kita tertegun tanpa kata! Saat Natal, kita akan mengucapkan “Adoro te devote,” yang sudah hadir dalam bayang-bayang gua akan Salib dan kemenangan gemilang Paskah Sang Kristus.

Tentu saja Yesus beserta kita dalam berbagai macam cara, tapi Gereja mengajarkan bahwa Ia hadir secara istimewa dalam Ekaristi.

Imanuel adalah nama yang indah dengan simbolisme yang luar biasa. Maka sudah sepantasnya kita mengingat Allah benar-benar beserta kita dan kita bisa menerima-Nya ketika Misa.

Sumber: “Why ‘Emmanuel’ should remind us of the Eucharist”