[…] Catholic Answers Staff, Terang Iman: Allah Mengubah Nama Saulus Menjadi Paulus? […]
Sudah Selesai = Dibayar Lunas?
oleh Trent Horn

Jesus Christ Carrying Cross up Calvary on Good Friday (Sumber: catholic.com)
Apakah perkataan terakhir Yesus di atas kayu salib menyanggah ajaran Katolik? Beberapa saudara-saudari Protestan berpikir demikian, tetapi mereka keliru.
Injil Yohanes mengatakan bahwa perkataan terakhir yang diucapkan Yesus Kristus di atas kayu salib sebelum Ia wafat adalah “sudah selesai,” yang dalam bahasa Yunani adalah satu kata: tetelestai.
Beberapa apologis Protestan mengklaim bahwa pernyataan Yesus seharusnya diterjemahkan, “Sudah lunas.” Menurut mereka, dengan mengatakan “sudah selesai,” Yesus mengatakan bahwa tidak ada lagi yang harus dibayar atau dilakukan karena dosa. Seorang apologis Protestan, Ron Rhodes, menulis dalam bukunya Reasoning from the Scriptures with Catholics, “Sangatlah penting bahwa frasa ‘sudah selesai’ juga dapat diterjemahkan ‘sudah lunas’ … Karya penebusan diselesaikan di kayu salib. Tidak ada lagi yang perlu dilakukan. Ia telah membayar lunas harga penebusan kita” (187-188).
Para apologis Protestan seperti Rhodes menyatakan bahwa hal ini berarti tidak ada yang harus dilakukan seseorang setelah melakukan tindakan iman kepada Yesus supaya diselamatkan, karena “tidak ada lagi yang perlu dilakukan” untuk membayar dosa-dosa kita. Selain itu, tidak ada orang beriman yang harus menjalani pemurnian setelah kematian melalui api penyucian karena tidak ada pembayaran yang harus kita lakukan sehubungan dengan dosa-dosa kita, termasuk segala jenis hukuman sementara. Dalam konteks terkait api penyucian ini, Dave Hunt mengatakan, “Tidak ada lagi yang perlu dibayar oleh orang berdosa untuk menerima pengampunan yang ditawarkan oleh kasih karunia Allah. Hutang sudah dibayar lunas. ‘Sudah selesai!’ seperti yang diserukan oleh Kristus sesaat sebelum Ia wafat di kayu salib (Yohanes 19:30). Mengatakan hal yang sebaliknya adalah kesesatan yang paling serius” (A Woman Rides the Beast, 182).
Jadi, bagaimana seharusnya umat Katolik memahami apa yang Yesus katakan dalam Yohanes 19:30?
Kami setuju dengan saudara-saudari Protestan bahwa manusia tidak akan pernah bisa menebus dosa-dosa mereka. Hanya Kristus yang sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, yang dapat memenuhi keadilan Allah dan menebus hukuman dosa yang kekal. Kenyataannya, Yesus tidak hanya menebus dosa-dosa kita, tetapi juga dosa-dosa mereka yang percaya kepada-Nya. Kristus membayar dosa-dosa mereka yang tidak percaya kepada-Nya, dan bahkan dosa-dosa orang-orang yang tidak akan pernah percaya kepada-Nya. Itulah mengapa Anda dapat mengatakan kepada siapa pun yang Anda temui bahwa “Kristus telah mati bagimu.” 1 Yohanes 2:2 mengatakan tentang Kristus, “Dialah pendamaian untuk segala dosa kita dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia (TB2).”
Bahwa kematian Kristus telah “membayar” atau menebus dosa-dosa kita, tidak berarti bahwa segala sesuatunya telah selesai dalam hal keselamatan kita.
Tuhan sendiri “melakukan sesuatu” untuk keselamatan kita bahkan setelah penyaliban, karena Alkitab mengatakan bahwa kita dibenarkan oleh kebangkitan Kristus. Roma 4:24-25 berbicara tentang “Sebab, kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran kita dan dibangkitkan untuk pembenaran kita (TB2).” St. Paulus berkata, “Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu (1 Korintus 15:17 TB2).” Hal ini menunjukkan bahwa pembenaran kita (justifikasi), dan bahkan tindakan pengampunan dosa-dosa kita, belum selesai ketika Yesus berkata, “Sudah selesai” di kayu salib.
Sebenarnya, kita harus melakukan sesuatu supaya diselamatkan karena jika Kristus telah membayar semua dosa manusia, maka perbedaan antara siapa yang diselamatkan dan siapa yang dihukum hanya dapat ditemukan pada sesuatu yang dilakukan oleh umat beriman, seperti menerima kasih karunia melalui baptisan dan tetap berada dalam persekutuan dengan Kristus hingga kematian. Injil Yohanes mencatat kebenaran-kebenaran ini ketika Yesus berkata, “Jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh [yaitu baptisan], ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Yohanes 3:5 TB2), dan “Siapa yang tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar” (Yohanes 15:6 TB2).
Kurban Kristus menebus semua dosa, tetapi Alkitab mengatakan bahwa kurban ini tidak akan berpengaruh jika kita menolak Allah melalui ketidaktaatan. Itulah inti dari perumpamaan tentang hamba yang tidak mengampuni dalam Matius 18.
Dalam perumpamaan itu, seorang raja dengan murah hati mengampuni utang seorang hamba, yang berarti sang raja harus menanggung biayanya sendiri. Meskipun raja pada dasarnya menyatakan, “Sudah lunas!” dengan menghapuskan utangnya, hamba yang tidak mau mengampuni itu mengancam akan memenjarakan hamba lain yang tidak mampu melunasi utangnya yang jauh lebih kecil. Sebagai tanggapan, raja mencabut pelunasannya dan memenjarakan hamba yang tidak mau mengampuni itu sampai ia membayar hutangnya (yang menurut para ahli Alkitab sangat besar sehingga tidak akan pernah bisa dilunasi).
Ajarannya jelas: Allah telah menebus atau “membayar” semua dosa-dosa kita. Tetapi jika kita menolak untuk bekerja sama dengan kasih karunia Allah, maka hutang itu dapat dibebankan kembali. Itulah sebabnya Ibrani 10:26-27 mengatakan, “Sebab, jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban untuk menghapuskan dosa itu. Sebaliknya, yang ada ialah penantian akan penghakiman yang mengerikan dan kobaran api yang dahsyat yang akan menghanguskan para pembangkang (TB2).”
Mengenai kitab Ibrani, penulisnya mengingatkan para pendengarnya bahwa “Memang tiap-tiap didikan pada waktu diberikan tampaknya tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Namun, kemudian didikan itu menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya” (12:11 TB2). Didikan yang menyakitkan (mendatangkan dukacita) adalah kata lain dari hukuman, dan penulis menjelaskan bahwa anak-anak Allah yang dikasihi dapat menerima didikan, dan didikan ini akan menghasilkan buah-buah kebenaran. Karena anak-anak Allah tidak menerima hukuman kekal yang berkaitan dengan dosa, maka ini hanya dapat merujuk pada hukuman dosa yang bersifat sementara, yang berakar pada kecenderungan yang tak teratur yang kita miliki untuk berbuat dosa karena dosa kedagingan mencederai hubungan kita dengan Allah.
Jadi, kita telah melihat bahwa kita sepakat dengan teman-teman Protestan bahwa Kristus telah membayar lunas semua dosa kita, bahkan semua dosa manusia, tetapi bukan berarti “tidak ada lagi” yang harus kita lakukan untuk bekerja sama dengan anugerah keselamatan Allah. Ini juga tidak berarti bahwa kita tidak membayar hukuman sementara atas dosa-dosa kita melalui Allah yang mendidik kita hanya karena Kristus telah membebaskan hukuman kekal atas dosa-dosa kita.
Jadi, apa makna dari perkataan Yesus ketika Ia berkata “Sudah selesai”?
Pertama, ia tidak secara harfiah mengartikannya dengan “dibayar lunas.” Itu bisa menjadi kebenaran yang kita petik dari ayat ini, tetapi Rhodes salah ketika dia mengatakan bahwa kita dapat menerjemahkan tetelestai sebagai “dibayar lunas.”
Kata ini merupakan bentuk dari kata Yunani teleō, yang berarti “mengakhiri” atau “menyelesaikan”. Gagasan bahwa itu berarti “dibayar lunas” adalah semacam mitos dalam eksegesis Alkitab yang berasal dari para cendekiawan yang mencatat bahwa bukti pembayaran dari sekitar masa Perjanjian Baru memiliki stempel kata Yunani tetel di atasnya, yang mengindikasikan bahwa nota tersebut telah dibayar. Tetapi ini adalah sebuah singkatan, dan ada lima kata Yunani yang berbeda yang dimulai dengan huruf ini. Salah satunya adalah tetelōnētai, yang merupakan kata yang berbeda dengan tetelestai. Secara harfiah berarti “pajak” atau “dibayar sebagai pajak,” dan kata ini dapat ditemukan di banyak bukti pembayaran yang merujuk pada pajak yang telah dibayarkan.
Di sisi lain, kata tetelestai digunakan dalam sumber-sumber Yunani kuno untuk menggambarkan penyelesaian karya seni atau manufaktur, bukan untuk membayar utang. Dalam Perjanjian Baru, akar kata teleō digunakan untuk pembayaran hanya dalam Matius 17:24 dan Roma 13:6, bukan untuk “membayar lunas” tetapi untuk membayar pajak.
Jadi, jika Yesus tidak bermaksud menyatakan “dibayar lunas,” lalu apa yang Dia maksudkan ketika Dia berkata, “Sudah selesai”?
Salah satu penafsiran yang menonjol adalah bahwa yang Yesus maksudkan adalah bahwa nubuat-nubuat Perjanjian Lama tentang Mesias kini telah digenapi dalam kematian-Nya sebagai kurban. Bacalah ayat-ayat sebelumnya, yang menjelaskan apa yang terjadi setelah Yesus mempercayakan ibu-Nya kepada Rasul Yohanes:
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai [tetelestai], berkatalah Ia – supaya digenapi [teleiōthē] yang tertulis dalam Kitab Suci – “Aku haus!” Di situ ada suatu bejana penuh anggur asam. Lalu mereka melilitkan suatu bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengulurkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya (Yohanes 19:28-30 TB2)
Yohanes 19:28 adalah satu-satunya tempat di mana kata tetelestai digunakan dalam Alkitab. Ketika digabungkan dengan kata terkait teleiōthē, kita melihat bahwa konteksnya terkait dengan menyelesaikan, menyempurnakan, atau menggenapi nubuat mesianis Perjanjian Lama.
Ada kemungkinan Yesus juga mengacu pada “penyelesaian” dari Perjamuan Terakhir. Scott Hahn mengajukan hipotesis ini dalam bukunya The Lamb’s Supper (dan secara lebih rinci dalam bukunya yang terbit tahun 2018, The Fourth Cup). Hahn mencatat bahwa Yesus dengan jelas tidak minum dari cawan keempat pada perjamuan Paskah. Sebaliknya, Yesus menolak untuk minum anggur sampai ia memasuki kerajaan-Nya, dan kemudian, sebelum wafat, ia meminum anggur asam di kayu salib. Hahn berkata, “Itulah Paskah Yahudi [Passover] yang sekarang telah selesai. Lebih tepatnya, peristiwa itu adalah transformasi Yesus dari kurban Paskah Perjanjian Lama menjadi kurban Ekaristi Perjanjian Baru.”
Perkataan Kristus yang terakhir ini dapat mencakup semua makna tersebut dan makna-makna lain yang belum dieksplorasi. Namun, kita tahu bahwa Yesus tidak bermaksud bahwa dosa-dosa kita sudah dibayar lunas dengan cara menghilangkan kewajiban untuk bekerja sama dengan kasih karunia Allah untuk tetap berada dalam persekutuan dengan Kristus. Yohanes 3:36 menjelaskannya dengan baik: “Siapa saja yang percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi siapa saja yang tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap tinggal di atasnya (TB2).”
Posted on 16 April 2025, in Apologetika and tagged Dosa, Jumat Agung, Salib, Yesus Kristus. Bookmark the permalink. Leave a comment.


Leave a comment
Comments 0