Beato Yakobus Zhou Wen-mo
Profil Singkat
- Tahun dan Tempat Lahir: 1752, Su-Tcheou, Tiongkok
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Imam
- Usia: 49 Tahun
- Tanggal Kemartiran: 31 Mei 1801
- Tempat Kemartiran: Saenamteo, Seoul
- Cara Kemartiran: Dipenggal kemudian kepalanya dipertontonkan
Pastor Yakobus Zhou Wen-mo lahir pada tahun 1752 di Su-Tcheou, Provinsi Jiang-nan, Tiongkok. Kedua orang tuanya meninggal ketika dia masih anak-anak. Dia dibesarkan oleh bibinya. Dia sendiri percaya bahwa iman Katolik adalah kebenaran dan kemudian dia memutuskan untuk menganutnya. Dia masuk seminari keuskupan di Beijing, dimana dia ditahbiskan menjadi imam sebagai lulusan pertama seminari.
Pada waktu itu, Uskup A. Gouvea dari Beijing berpikir bahwa dia harus mengirimkan seorang misionaris ke Korea. Pastor Yakobus Zhou, seorang yang imannya mendalam dan menyerupai orang Korea adalah misionaris Katolik pertama yang dikirimkan oleh Uskup ke Korea. Bapa Uskup menunjuknya berdasarkan kemampuan yang diperlukan dalam menjalankan pelayanannya.
Pastor Yakobus Zhou meninggalkan Beijing pada Februari 1794. Dia bertemu dengan dua orang utusan rahasia dari Gereja Katolik di Korea, yaitu Sabas Ji-Hwang dan Yohanes Pak, di tempat yang sudah disepakati. Tetapi mereka harus menunggu sampai Sungai Amnok membeku, sebelum mereka dapat menyebranginya. Sementara itu, Pastor Zhou mengunjungi umat Katolik di wilayah Liao-dong. Dia bertemu lagi dengan para utusan rahasia pada tanggal yang sudah ditetapkan di perbatasan desa. Dia memasuki Korea dengan menyabar sebagai orang Korea pada tanggal 24 Desember 1794 (3 Desember berdasarkan penanggalan Lunar).
Pastor Yakobus Zhou tiba di Seoul dan menetap di rumah Matias Choe In-gil, yang berada di daerah Gyedong (Sekarang Gye-dong, Jongno-gu, Seoul). Disana dia belajar bahasa Korea. Dia merayakan Misa perdananya bersama umat Katolik Korea pada Minggu Paskah tahun 1795. Tetapi setelah beberapa waktu, kedatangannya ke Korea akhirnya diketahui sehingga dia harus bersembunyi di rumah Kolumba Kang Wan-suk. Namun, utusan rahasianya Paulus Yun Yu-il, pemilik rumah Matias Choe In-gil, dan Sabas Ji ditangkap dan dijatuhi hukuman berat. Semuanya meninggal sebagai martir.
Pastor Yakobus Zhou merayakan Kurban Kudus (Ekaristi) secara rahasia, namun dengan penuh semangat. Dia berkeliling untuk memberikan Sakramen dan membentuk Myeongdohoe, sebuah perkumpulan kaum awam untuk belajar doktrin dan Kitab Suci. Dia juga melakukan aktivitas lainnya. Bahkan dia juga menulis sebuah Katekismus.
Dalam waktu enam tahun dedikasinya sebagai misionaris, jumlah umat Katolik di Korea bertumbuh dari empat ribu orang ke sepuluh ribu orang. Namun, semuanya berubah ketika Penganiayaan Shinyu terjadi pada tahun 1801. Ketika Penganiayaan Shinyu terjadi, umat Katolik ditangkapi satu per satu. Para penganiaya menginterogasi dan menyiksa umat Katolik untuk membuat mereka mengaku tentang keberadaan imam. Pastor Yakobus Zhou berpikir bahwa umat Katolik Korea dibunuh gara-gara dia, dia pun memutuskan untuk pulang ke negaranya. Namun, dia berubah pikiran. Sebaliknya, dia malah menyerahkan diri sambil berkata, “Aku harus berbagi nasib dengan umatku dan meringankan penganiayaan dan kemartiran mereka.”
Pada tanggal 11 Maret, dia tampil di hadapan para penganiaya. Dengan segera interogasi dimulai. Meskipun dihukum berat, dia tetap tenang dan menjawab pertanyaan dengan bijak dan hati-hati.
“Satu-satunya alasan saya datang ke Korea, didampingi bersama Sabas Ji, walaupun marabahaya yang akan saya hadapi di perbatasan, oleh karena saya mencintai orang Korea. Ajaran Yesus tidak jahat. Melakukan perbuatan yang merugikan orang lain ataupun negara, itu dilarang oleh Sepuluh Perintah Allah, namun demikian, saya tidak dapat melaporkan mengenai urusan Gereja.”
Para penganiaya tidak dapat membuat dia mengaku apapun seperti yang ingin mereka dengar. Sehingga mereka menjatuhkan hukuman mati berdasarkan hukum militer dan kepalanya akan digantung di gerbang perkemahan. Pastor Yakobus Zhou dieksekusi di Saenamteo, di dekat sungai Han. Pada tanggal 31 Mei 1801 (19 April berdasarkan penanggalan Lunar), dia dipenggal dan meninggal sebagai martir. Pada saat itu, Pastor Yakobus Zhou berusia 49 tahun. Dikatakan bahwa terjadi tanda yang luar biasa ketika pemenggalannya:
“Langit yang cerah tiba-tiba menjadi gelap. Sebuah badai yang hebat menerbangkan bebatuan di sekitarnya. Jarak pandang hanya satu inchi karena hujan yang lebat. Begitu eksekusi selesai, awan-awan menghilang. Sebuah pelangi yang terang muncul di langit. Kemudian menghilang ke langit sebelah timur laut.”
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 6 October 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus, Tiongkok. Bookmark the permalink. 55 Comments.
Pingback: Beato Fransiskus Bae Gwan-gyeom | Terang Iman
Pingback: Beato Petrus Jeong San-pil | Terang Iman
Pingback: Beato Fransiskus Yun Ji-heon | Terang Iman
Pingback: Beato Sabas Ji Hwang | Terang Iman
Pingback: Beato Matias Choe In-gil | Terang Iman
Pingback: Beato Paulus Yun Yu-il | Terang Iman
Pingback: Beato Yakobus Yun Yu-o | Terang Iman
Pingback: Beato Yakobus Won Si-bo | Terang Iman
Pingback: Beato Martinus In Eon-min | Terang Iman
Pingback: Beato Fransiskus Yi Bo-hyeon | Terang Iman
Pingback: Beato Yohanes Choe Chang-hyeon | Terang Iman
Pingback: Beato Agustinus Jeong Yak-jong | Terang Iman
Pingback: Beato Fransiskus Xaverius Hong Gyo-man | Terang Iman
Pingback: Beato Thomas Choe Pil-gong | Terang Iman
Pingback: Beato Petrus Sin Tae-bo | Terang Iman
Pingback: Beato Ambrosius Kim Se-bak | Terang Iman
Pingback: Beato Paulus Pak Gyeong-hwa | Terang Iman
Pingback: Beato Simon Kim Gang-i | Terang Iman
Pingback: Beato Fransiskus Choe Bong-han | Terang Iman
Pingback: Beata Lutgardis Yi Sun-i | Terang Iman
Pingback: Beato Sebastianus Kwon Sang-mun | Terang Iman
Pingback: Beato Leo Hong In | Terang Iman
Pingback: Beato Simon Hwang Il-gwang | Terang Iman
Pingback: Beato Thomas Han Deok-un | Terang Iman
Pingback: Beato Antonius Hong Ik-man | Terang Iman
Pingback: Beato Barnabas Jeong Gwang-su | Terang Iman
Pingback: Beato Simon Kim Gye-wan | Terang Iman
Pingback: Beato Gervasius Son Gyeong-yun | Terang Iman
Pingback: Beato Florus Hyeon Gye-heum | Terang Iman
Pingback: Beato Yohanes Yu Mun-seok | Terang Iman
Pingback: Beato Yohanes Yu Jung-cheol | Terang Iman
Pingback: Beato Agustinus Yu Hang-geum | Terang Iman
Pingback: Beato Filipus Hong Pil-ju | Terang Iman
Pingback: Beato Fransiskus Kim Jong-gyo | Terang Iman
Pingback: Beato Stanislaus Han Jeong-heum | Terang Iman
Pingback: Beato Paulus Yi Guk-seung | Terang Iman
Pingback: Beato Barnabas Kim I-u | Terang Iman
Pingback: Beata Barbara Jeong Sun-mae | Terang Iman
Pingback: Beata Agatha Yun Jeom-hye | Terang Iman
Pingback: Beata Agatha Han Sin-ae | Terang Iman
Pingback: Beato Ignasius Choe In-cheol | Terang Iman
Pingback: Beata Yuliana Kim Yeon-i | Terang Iman
Pingback: Beata Bibiana Mun Yeong-in | Terang Iman
Pingback: Beato Matius Kim Hyeon-u | Terang Iman
Pingback: Beata Susan Kang Gyeong-bok | Terang Iman
Pingback: Beata Kolumba Kang Wan-suk | Terang Iman
Pingback: Beato Karolus Jeong Cheol-sang | Terang Iman
Pingback: Beato Tadeus Jeong In-hyeok | Terang Iman
Pingback: Beata Lusia Yun Un-hye | Terang Iman
Pingback: Beato Petrus Choe Pil-je | Terang Iman
Pingback: Beato Antonius Yi Hyeon | Terang Iman
Pingback: Beato Lukas Hong Nak-min | Terang Iman
Pingback: Santo Paulus Chong Ha-sang | Terang Iman
Pingback: Santo Damianus Nam Myong-hyok | Terang Iman
Pingback: Santo Agustinus Yu Chin-gil | Terang Iman