Beato Petrus Jo Yong-sam

Beato Petrus Jo Yong-sam (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Beato Petrus Jo Yong-sam (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Profil Singkat

  • Tahun Lahir: Tidak diketahui
  • Tempat Lahir: Yanggeun, Gyeonggi-do
  • Gender: Pria
  • Posisi/Status: Bujangan
  • Usia: Tidak diketahui
  • Tanggal Kemartiran: 27 Maret 1801
  • Tempat Kemartiran: Kantor Gubernur Gyeonggi-do
  • Cara Kemartiran: Meninggal selama tahanan

Petrus Jo Yong-sam lahir di Yanggeun, Gyeonggi-do. Ibunya meninggal ketika dia masih kecil dan dia dibesarkan oleh ayahnya. Ayahnya seorang yang miskin, dan Petrus Jo seorang yang rentan, baik secara fisik maupun emosionalnya. Tampangnya lusuh, sehingga orang-orang mentertawakannya. Dia belum juga menikah ketika menginjak usia 30 tahun.

Petrus Jo tinggal bersama ayahnya di rumah Im Hui-young di Yeoju. Disana dia mendengar tentang ajaran Katolik untuk pertama kalinya. Dia belajar Katekismus dari Agustinus Jeong Yak-jong. Walaupun dia dicemooh oleh orang-orang, gurunya Agustinus Jeong membimbingnya kepada Tuhan secara bertahap. Dia mendorongnya dan memujinya.

Pada 15 April 1800, ketika Petrus Jo seorang katekumen, dia pergi bersana ayahnya ke rumah Jeong Jong-ho di Yeoju untuk merayakan Hari Minggu Paskah. Disana dia ditangkap oleh polisi bersama dengan Martinus Yi Jung-bae dan Yohanes Won Gyeong-do.

Meskipun dia masih seorang katekumen, ketika Petrus Jo ditangkap, dia menunjukkan imannya yang kuat kepada Tuhan. Walaupun hukuman berat dijatuhkan padanya, dia mengakui imannya kepada Tuhan. Penganiaya menjadi sangat marah padanya, dan memukulinya lebih keras lagi, namun usahanya sia-sia. Akhirnya mereka membawa ayahnya dari penjara, dan mengancam dia dengan berkata, “Jika kamu tidak meninggalkan agama Katolik, ayahmu akan dibunuh sekarang juga.” Mereka memukuli ayahnya di depan dia.

Petrus Jo akhirnya menyerah, dan dia dibebaskan. Ketika dia keluar dari kantor pemerintahan, dia tidak sengaja bertemu dengan Martinus Yi yang menyarankan dan mendorong dia agar tetap setia pada imannya akan Tuhan. Dia dengan segera bertobat, dia kembali ke kepala pejabat dan mengakui imannya kepada Tuhan.

Iman Petrus Jo tak pernah tergoyahkan lagi. Penganiaya menyiksanya lebih berat lagi, mereka berpikir bahwa mereka dapat mengubah pikiran dia kembali seperti yang sudah mereka lakukan sebelumnya. Tetapi saat ini berbeda. Dia dibawa ke kantor gubernur di Gyeonggi-do, disana dia diinterogasi dan disiksa lebih sering lagi.

Sementara itu, Penganiayaan Shinyu yang terjadi pada tahun 1801, dimana banyak umat Katolik ditangkapi di seluruh negara. Saat itu, Jo Yong-sam dibaptis dan diberi nama Kristen (nama baptis) yaitu Petrus. Banyak umat Katolik terkesan padanya melalui sikap dan perkataannya yang baik.

Petrus Jo dibawa kembali kepada gubernur pada Februari 1801. Gubernur menyiksanya dengan berat dan memaksa dia untuk meninggalkan agama Katolik. Tubuhnya yang rentan tak dapat lagi menahan siksaan. Akhirnya dia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan beberapa hari setelah dia dipenjarakan. Pada saat itu 27 Maret 1801 (14 Februari pada penanggalan Lunar). Pada saat dia disiksa untuk terakhir kalinya, dia mengakui imannya kepada Tuhan dengan berkata:

“Tidak ada dua Tuhan di surga, dan tidak ada dua hati dalam satu pribadi manusia. Apa yang saya inginkan adalah mati satu kali untuk Tuhan. Tak ada lagi yang saya akan katakan”

Sumber: koreanmartyrs.or.kr

Advertisement

Posted on 30 October 2014, in Orang Kudus and tagged , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: