[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Fransiskus Yi Bo-hyeon
Profil Singkat
- Tahun dan tempat Lahir: 1773, Deoksan, Chungcheong-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Keluarga kelas biasa
- Usia: 27 tahun
- Tanggal Kemartiran: 9 Januari 1800
- Tempat Kemartiran: Haemi, Chungcheong-do
- Cara Kemartiran: Dipukuli
Fransiskus Yi Bo-hyeon lahir di Hwangmosil, Deoksan, Chungcheong-do (Sekarang, Hoeum-ri, Godeok-myeon, Yesan-gun, Chungnam) kepada keluarga kelas biasa. Ayahnya meninggal ketika dia masih muda. Dia seorang yang keras kepala dan nekat pada masa muda dan masa remajanya.
Ketika dia berusia 20 tahun, Fransiskus Yi belajar Katekismus dari Thomas Hwang Sim, yang tinggal dekat dengan kampung halamannya, dan kemudian dia menerima agama Katolik. Sesudah itu, Thomas Hwang Sim menjadi utusan rahasia Gereja dan pergi ke Beijing. Thomas Hwang Sim menikahi adik perempuan Fransiskus Yi. Tak lama setelah Fransiskus Yi menemukan kebenaran, dia memperbaiki sikap buruknya. Walaupun dia tidak ingin menikah, namun dia menikah untuk menaati ibunya. Kemudian demi menjalankan agamanya dengan bebas, dia pindah bersama Thomas Hwang ke Yeonsan, Chungcheong-do. Pada tahun 1795, dia mengundang Pastor Yakobus Zhou Wen-mo ke rumahnya dan menerima Sakramen.
Semakin dia memahami dan mendalami ajaran Katolik, iman Fransiskus Yi meningkat dari hari ke hari. Terkadang dia pergi ke gunung untuk berdoa sendirian dan menyesali dosa-dosanya.
Pada tahun 1797, ketika umat Katolik ditangkapi selama Penganiayaan Jeongsa, Fransiskus Yi yang tidak pernah takut akan penganiayaan, mencoba mendorong keluarga dan rekan seimannya untuk setia kepada agamanya. Setiap hari dia mengingatkan mereka melalui Kisah Sengsara Yesus dan mendorong mereka “untuk mengakui imannya kepada Tuhan dengan berani, dan jangan sampai melewatkan kesempatan untuk pergi ke Surga.”
Satu atau dua tahun setelah penganiayaan, Fransiskus Yi mendapatkan firasat tentang adanya bahaya. Dia mengundang semua warga desa dan menawarkan mereka makanan dan anggur, sambil berkata, “Ini adalah pesta terakhir saya.” Dan ternyata dua hari setelah pesta itu, polisi datang ke Yeonsan untuk menangkap dia. Mereka membawa dia kepada hakim.
Hakim dari Yeonsan yang membenarkan bahwa Fransiskus adalah seorang Katolik, mencobai dia untuk mengkhianati Tuhan dan mengakui keberadaan umat Katolik dan juga buku-buku Gereja. Tetapi Fransiskus Yi menolak menjadi seorang yang murtad. Dia menjawab, “Saya tidak dapat memberikan buku-buku mengenai Tuhan, Sang Raja Semesta Alam, kepada tangan kepala pejabat.” Kepala pejabat sangat marah kepadanya dan memerintahkan dia untuk dipukuli dengan berat dan dimasukkan ke dalam penjara.
Sesudah itu, berdasarkan perintah gubernur Chungcheong, Fransiskus Yi dibawa kepada kepala komandan Haemi yang berkuasa di wilayah kampung halamannya, yaitu Deoksan. Disana dia dijatuhi hukuman berkali-kali dan dipaksa untuk mengkhianati agamanya. Tapi semuanya sia-sia. Dia menjawab sebagai berikut kepada interogator:
“Asal muasal manusia adalah Tuhan yang menciptakan mereka ketika awal dunia. Sehingga tidak mungkin bagi saya untuk tidak menyembah-Nya.”
Fransiskus Yi dihukum lebih dari 12 jam sehari, tetapi dia tetap kokoh. Di penjara, dia tetap berdoa dengan tenang dan menguatkan tahanan Katolik lainnya. Kepala komandan Haemi berkonsultasi dengan gubernur mengenai Fransiskus Yi. Gubernur mengeluarkan perintah untuk memukulinya sampai mati jika dia tidak mengakui semuanya. Akibatnya, di harus menjalani interogasi dan siksaan sekali lagi. Setelah itu, kepala komandan memberikan dia penyataan tertulis tentang hukuman mati. Dia menandatanganinya dengan tenang.
Keesokan paginya, Fransiskus dibawa ke pasar dan dipukuli disana. Namun, dia masih hidup. Penganiaya merobohkannya sampai jatuh ke tanah dan memukul kemaluannya sampai mati. Dengan cara ini Fransiskus Yi meninggal sebagai martir. Pada saat itu 9 Januari 1800 (15 Desember 1799 pada penanggalan Lunar), dan Fransiskus Yi berusia 27 tahun.
Beberapa hari kemudian, umat beriman datang untuk mengambil jenazahnya. Mereka mendapati wajah Fransiskus Yi bermandikan suatu kedamaian yang misterius dengan sebuah senyuman, walaupun dia harus menahan berbagai hukuman keji. Dikatakan bahwa beberapa orang yang menyaksikannya menjadi Katolik.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 28 October 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 1 Comment.
Pingback: Beato Martinus In Eon-min | Terang Iman