Santa Barbara Yi

Barbara Yi (Sumber: cbck.or.kr)
Barbara Yi (1825-1839) lahir di Chongpa di Seoul. Dia berusia 15 tahun ketika menjadi martir. Dia ditinggal mati kedua orang tuanya sejak kecil, dan dia tinggal bersama dengan bibinya yaitu martir Magdalena Yi Yong-hui dan Barbara Yi Chong-hui. Bisa dikatakan bahwa Barbara tinggal di dunia ini hanya untuk mengasihi Allah dan mati bagi-Nya.
Berdasarkan catatan Tahta Suci, Barbara dibawa ke kantor polisi dan disiksa dengan kejam.
Barbara dibawa ke pengadilan yang lebih tinggi lagi, dan dipaksa oleh hakim untuk menyangkal Allah dan disiksa. Hakim berpikir bahwa dia terlalu muda untuk dihukum dan mengirimkannya kembali ke kantor polisi.
Di sana ada tiga anak laki-laki bersama dengan Barbara di sel penjara yang sama. Mereka saling menguatkan satu sama lain. Sementara itu, Barbara mengidap penyakit demam tifoid. Penyakit ini menyebabkan kesakitan luar biasa yang diderita oleh umat Katolik di penjara. Penyakit ini sangat mudah menular di penjara karena lingkungan yang tidak sehat di sel penjara yang sesak dan sempit. Barbara menderita selama satu minggu, dan meninggal di penjara di Seoul pada tanggal 27 Mei 1839, pada usia 15 tahun.
Sumber: CBCK Newsletter No. 53 (Musim Dingin 2005) dan cbck.or.kr
Versi lainnya bisa dilihat di bawah ini:

Santa Barbara Yi (Sumber: cbck.or.kr)
Barbara Yi (m. 27 Mei 1839) berasal dari keluarga yang sama dengan Magdalena Yi, dia menjadi yatim piatu sejak bayi. Dia harus menanggung penderitaan karena kemiskinan, dan dia dapat dibedakan dari kebajikannya di antara anak-anak seusianya. Dia ditangkap pada bulan Maret dan kemudian dibawa ke Potseng, di mana dia menanggung semua penderitaan dengan keteguhan yang luar biasa. Hakim tidak dapat membuat dia murtad, kemudian memindahkan dia ke Kientso. Hakim dari pengadilan berikutnya beberapa kali berusaha untuk membujuknya dengan berbagai cara, namun hakim tidak mampu memengaruhinya. Hakim merasa heran akan keteguhan seorang anak perempuan berusia empat belas tahun, dan merasa kasihan karena usianya yang sangat muda, maka ia mengambalikannya ke Potseng, di sana dia menjalani lagi siksaan, kelaparan, kedinginan, ditelanjangi dan penyakit. Akhirnya dia dicekik di dalam penjara.
Sumber: The New Glories of the Catholic Church. London: Richardson and Son. 1859. pp. 48
Posted on 12 December 2015, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 1 Comment.
Pingback: Santa Barbara Yi Chong-hui | Terang Iman