Beato Petrus Choe Pil-je

Beato Petrus Choe Pil-je (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Beato Petrus Choe Pil-je (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Profil Singkat

  • Tahun dan tempat Lahir: 1770, Seoul
  • Gender: Pria
  • Posisi/Status: Pemimpin awam, apoteker dari keluarga kelas menengah
  • Usia: 31 tahun
  • Tanggal Kemartiran: 14 Mei 1801
  • Tempat Kemartiran: Pintu Gerbang Kecil Barat, Seoul
  • Cara Kemartiran: Dipenggal

Petrus Choe Pil-je lahir pada tahun 1770 di keluarga yang mempraktikkan pengobatan Tiongkok di Seoul dan menjalankan sebuah apotek. Dia adalah sepupu dari Thomas Choe Pil-gong yang menjadi martir pada tahun 1801. Dia mempelajari Katekismus pada tahun 1790 bersama sepupunya Thomas Choe, dan kemudian menjadi Katolik.

Dia memiliki sifat yang tulus dan baik hati. Petrus Choe dikenal sebagai orang yang baik. Konon pengobatan Tiongkok yang dilakukannya terkenal dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Banyak orang percaya kepadanya. Dia juga seorang penasihat yang baik. Sepupunya Thomas Choe selalu meminta nasihatnya setiap kali dia akan melakukan sesuatu. Ketika dia menjadi seorang Katolik, Petrus Choe menjalankan agamanya dengan sungguh-sungguh. Bahkan salah seorang dari sepupunya yang lebih muda yang suka berbicara tentang keburukan umat Katolik, memuji Petrus dengan berkata, “Choe Pil-je adalah seseorang yang dapat kita tiru.”

Petrus Choe ditangkap ketika Penganiayaan Sinhae pada tahun 1791 bersama dengan sepupunya Thomas Choe, namun dia tidak sereligius sepupunya. Dia menyerah pada penganiaya dan dibebaskan. Setelah dia dibebaskan, dia bahkan menulis pernyataan palsu tentang pengakuan Thomas Choe, dan menyerahkannya ke kantor pemerintah.

Namun, Petrus Choe kembali ke Gereja dan menjadi lebih tulus dan religius daripada sebelumnya. Dia melibatkan diri dalam kegiatan gereja dan mengabarkan Injil kepada mereka yang bukan orang beriman. Dia membimbing umat beriman baru yang ia temui, di rumahnya. Ketika Pastor Yakobus Zhou Wen-mo memasuki Korea, dia mengunjungi dia dan sering menerima sakramen dan mengikuti Misa. Petrus Choe ditangkap lagi oleh polisi pada tanggal 19 Desember 1800 (pada penanggalan Lunar), ketika umat beriman baru berkumpul di rumahnya. Dia dibawa ke Depertemen Hukum dan dipenjarakan.

Ayahnya yang sudah tua sangat terkejut bahwa putranya ditangkap, sehingga dia menjadi sakit dan kemudian dia meninggal. Namun sebelum ayahnya meninggal, dia menerima doktrin Katolik dan dibaptis.

 Di dalam penjara, Petrus Choe mendengar berita bahwa ayahnya meninggal, dia meminta izin kepada Departemen Hukum  untuk menghadiri upacara pemakaman ayahnya. Ketika pemakaman selesai dia segera kembali ke penjara. Dikatakan bahwa petugas dari Departemen Hukum secara rahasia menyarankan dia agar melarikan diri. Namun, sebelum dia kembali ke penjara, dia mengungkapkan keinginannya untuk mati sebagai martir kepada temannya dengan berkata:

“Saya ingin membalas si Iblis dan menyesali dosa kemurtadan saya. Kebahagiaan terbesar saya adalah memberikan kepala saya untuk mengakui iman saya akan Yesus Kristus.”

Petrus Choe diinterogasi dan disiksa baik di Pusat Kepolisian dan juga di Departemen Hukum, tapi dia tidak pernah menyerah. Dia dijatuhi hukuman mati dan dibawa keluar Pintu Gerbang Kecil Barat di Seoul, disana dia dipenggal dan meninggal sebagai martir pada tanggal 14 Mei 1801 (2 April, pada penanggalan Lunar), dan saat itu dia berusia 31 tahun.

Sumber: koreanmartyrs.or.kr

Advertisement

Posted on 15 November 2014, in Orang Kudus and tagged , , . Bookmark the permalink. 7 Comments.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: