[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beata Susan Kang Gyeong-bok
Profil Singkat
- Tahun Lahir: 1762
- Tempat Lahir: Tidak diketahui
- Gender: Wanita
- Posisi/Status: Pewarta, Perawan, dan Wanita Istana
- Usia: 39 tahun
- Tanggal Kemartiran: 2 Juli 1801
- Tempat Kemartiran: Pintu Gerbang Kecil Barat, Seoul
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Susan Kang Gyeong-bok lahir pada tahun 1762 di keluarga kelas biasa dan dia menjadi seorang wanita istana. Dia tetap perawan sampai dia meninggal sebagai martir pada tahun 1801. Dia tinggal di ‘Yangjegung’, juga disebut dengan ‘Pyegung’, yang berarti suatu tempat tinggal bagi anggota keluarga kerajaan yang diusir dari istana. Pemilik ‘Yangjegung’ adalah Maria Song dan menantu perempuannya Maria Sin. Mereka sudah percaya akan agama Katolik selama beberapa tahun. Sejak tahun 1795 mereka sering berhubungan dengan Pastor Yakobus Zhou Wen-mo dan seorang katekis bernama Kolumba Kang Wan-suk.
Sekitar tahun 1798, samh pemilik tanah, Maria Song memanggil Susan Kang ke rumahnya kemudian menjelaskan mengenai doktrin Gereja Katolik dan mengajaknya percaya kepada Tuhan. Sejak saat itu, Susan Kang mempelajari Katekismus bersama dengan wanita istana lainnya dan kemudian menjalankan agama mereka dengan semangat. Dia sering bepergian ke rumah Kolumba Kang bersama dengan wanita istana lainnya, untuk mengikuti Misa yang dirayakan oleh Pastor Yakobus Zhou dan juga mendengarkan pengajarannya mengenai Katekismus. Dia dibaptis dan diberi nama Kristen, yaitu Susan. Dia menjalankan iman Katolik dengan penuh kesalehan.
Setelah mendengar berita bahwa Penganiayaan Shinyu terjadi pada bulan Februari 1801, Pastor Yakobus Zhou melarikan diri ke Yangjegung dengan bantuan seorang hamba yang bernama Nam Gu-wol. Susan Kang yang sedang mengunjungi ibunya, kebetulan mendengar bahwa polisi sedang mencari umat Katolik. Dia segera menuju Yangjegung dan melaporkan beritanya. Berkat dia, Pastor Yakobus Zhou berhasil melarikan diri ke tempat lain. Setelah Pastor Yakobus Zhou melarikan diri dengan selamat, Susan Kang meninggalkan rumah itu juga dan melarikan diri ke tempat lain.
Namun, tak lama kemudian dia ditangkap oleh polisi dan dibawa ke Pusat Kepolisian di Seoul. Susan Kang segera diinterogasi dan disiksa, namun dia tidak menyerah, tetapi dia mengakuinya dengan berkata, “Saya sangat dalam menjiwai agama Katolik sehingga saya tidak dapat mengubah pikiran saya bahkan jika harus mati sekalipun.” Kemudian polisi memindahkan dia ke Mahkamah Agung, dimana dia diinterogasi lagi dan disiksa dengan kejam. Dia tak sadarkan diri sesaat dan menjadi kebingungan dan berkata, “Saya tidak akan percaya lagi kepada agama Katolik.”
Oleh karena pernyataan itu, Mahkamah Agung mengirimkan dia ke Departemen Hukum. Disana, dia dengan tulus hati bertobat dari kelemahan sesaatnya dan bertekad untuk mengakui imannya kepada Tuhan kembali. Penganiaya mencoba memaksa dia untuk mengungkapkan keberadaan Pastor Yakobus Zhou dan juga menyangkal agamanya, namun semuanya sia-sia. Dia sudah siap untuk menerima hukuman dan mati bagi Tuhan. Setelah diinterogasi, dia membuat pernyataan berikut:
“Saya sangat dalam menjiwai agama Katolik, dan saya pikir doktrinnya otentik. Ketika saya tinggal di Yangjegung, saya mengunjungi Pastor Yakobus Zhou dan menerima Sakramen Baptis. Sejak saat itu, iman saya akan ajaran Katolik bertambah kuat. Oleh karena itu, saya tidak ada niat sedikitpun untuk menyangkal iman saya bahkan jika saya harus mati untuk itu.”
Susan Kang dijatuhi hukuman mati bersama delapan teman Katoliknya termasuk Kolumba Kang. Pada 2 Juli 1801 (22 Mei pada penanggalan Lunar), dia dibawa ke bagian luar Pintu Gerbang Kecil Barat di Seoul, dia dipenggal dan meninggal sebagai martir. Susan Kang saat itu berusia 39 tahun.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 2 December 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 1 Comment.
Pingback: Beata Yuliana Kim Yeon-i | Terang Iman