[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Barnabas Jeong Gwang-su
Profil Singkat
- Tahun lahir: Tidak diketahui
- Tempat Lahir: Yeoju, Gyeonggi-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Pemimpin awam dari keluarga kelas bangsawan
- Usia: Tidak diketahui
- Tanggal Kemartiran: 29 Januari 1802
- Tempat Kemartiran: Yeoju, Gyeonggi-do
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Barnabas Jeong Gwang-su lahir di Bugok, Yeoju, Gyeonggi-do (sekarang, Dogok-ri, Geumsa-myeon, Yeoju-gun) di keluarga bangsawan. Dia mendengar tentang agama Katolik sejak usia muda dan saat itu dia tertarik pada agama Katolik. Dia mempelajari Katekismus dari Fransiskus Xaverius Kwon Il-sin dan kemudian dia menjadi seorang Katolik. Lusia Yun Un-hye yang menjadi martir pada tahun 1801 adalah istrinya dan Barbara Jeong Sun-mae adalah adik perempuannya.
Barnabas Jeong, yang merupakan seorang Katolik yang saleh, menikah dengan Lusia Yun yang tinggal di Yanggeun. Mereka tidak bisa mendapatkan surat pernikahan mereka karena orang tuanya yang bukan umat beriman, melarang pernikahan mereka. Selanjutnya, mereka tidak diperbolehkan untuk menjalankan agama mereka di dalam keluarganya.
Ketika Pastor Yakobus Zhou Wen-mo datang ke Korea, Barnabas Jeong pergi ke Seoul untuk bertemu, belajar Katekismus, dan menerima Sakramen dari dia. Oleh karena permintaan dari Pastor Yakobus Zhou, dia membawa sepucuk surat kepada Yosafat Kim Geon-sun. Dia mengabdikan dirinya untuk mewartakan ajaran Katolik kepada orang-orang di sekitarnya dan membimbing mereka kepada Gereja.
Orang tuanya mencoba membujuk dia untuk meninggalkan Gereja dan untuk melakukan ritual leluhur. Pada tahun 1799, dia pindah ke Seoul bersama istrinya dan adiknya Barbara Jeong. Dia membangun sebuah tempat pertemuan untuk umat Katolik di sudut halamannya dan mengundang Pastor Yakobus Zhou untuk merayakan Misa.
Barnabas Jeong yang merupakan orang yang suka belajar, dia bertanggung jawab untuk menyalin buku-buku rohani dan menyebarluaskannya kepada umat beriman. Dia dan istrinya membuat benda rohani seperti Rosario, gambar Yesus, Maria, dan Para Kudus, kemudian menyabarluaskan atau menjualnya kepada umat beriman. Dia juga mengadakan pertemuan doa dan kelas Katekismus. Dia dan istrinya mengajarkan Katekismus kepada anak mereka dan membimbing mereka dalan jalan iman.
Ketika Agatha Yun Jeom-hye, kakak perempuan dari istrinya ditangkap ketika Penganiayaan Shinyu pada tahun 1801, Barnabas Jeong memperkirakan bahwa dirinya dan istrinya akan segera ditangkap. Bahkan, sejak awal penganiayaan dia dikenal sebagai seorang pemimpin Katolik. Pada bulan Februari, istrinya ditangkap oleh polisi yang melakukan pemeriksaan mendadak ke rumah mereka.
Pada saat Barnabas Jeong bersembunyi, dia bepergian antara Seoul dan wilayah pedesaan. Ketika dia tahu bahwa rencana polisi diperketat, dia keluar dari persembunyiannya dan menyerahkan diri kepada polisi dan mengaku sebagai seorang Katolik. Pada saat itu bulan September 1801.
Dia dibawa ke Pusat Kepolisian dan dihukum dengan berat. Polisi mencoba untuk membujuk dia berkali-kali agar dia menyangkal iman Katolik, namun dia tidak menyerah dari tekanan mereka. Dia menolak untuk memberitahukan keberadaan umat beriman. Dia dipindahkan ke Departemen Hukum dimana dia dijatuhi hukuman mati, kemudian dia dipindahkan ke Yeoju. Dia dipenggal dan meninggal sebagai martir pada tanggal 29 Januari 1802 (26 Desember pada penanggalan Lunar).
Berikut ini kutipan dari pernyataan terakhir yang dibuat oleh Barnabas Jeong kepada Departemen Hukum:
“Saya, seorang keturunan bangsawan, sangat dalam menjiwai iman Katolik dan tidak menaati larangan dari hukum negara. Dalam hubungan dekat bersama rekan-rekan umat Katolik, saya menganggap Pastor Yakobus Zhou sebagai ayah saya sendiri. Saya membuat benda-benda rohani dan menyebarluaskannya kepada umat beriman, dan saya bersama dengan umat beriman, berusaha untuk mewartakan agama Katolik kepada banyak orang. Oleh karena itu, saya pantas mati sepuluh ribu kali.”
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 19 January 2015, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 4 Comments.
Pingback: Beato Gervasius Son Gyeong-yun | Terang Iman
Pingback: Beata Barbara Jeong Sun-mae | Terang Iman
Pingback: Beata Lusia Yun Un-hye | Terang Iman
Pingback: Beato Antonius Yi Hyeon | Terang Iman