[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Petrus Ko Seong-dae
Profil Singkat
- Tahun lahir: Tidak diketahui
- Tempat Lahir: Deoksan, Chungcheong-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Selibat
- Usia: Tidak diketahui
- Tanggal Kemartiran: 19 Desember 1816
- Tempat Kemartiran: Daegu, Gyeongsang-do
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Petrus Ko Seong-dae juga dipanggil dengan nama ‘Yeobin’, lahir di Byeolam, Deoksan, Chungcheong-do (sekarang, Sangjang-ri, Godeok-myeon, Yesan-gun, Chungnam). Dia mempelajari Katekismus dari orang tuanya ketika dia masih anak-anak dan kemudian dia menjadi Katolik. Dia memiliki watak yang kasar sehingga orang-orang menghindari dia. Namun, setelah dia menjalankan agamanya dengan semangat, temperamennya berangsur-angsur berubah.
Dia adalah seorang yang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Ketika ayahnya terbaring sakit di tempat tidurnya selama delapan bulan, dia berdoa dengan sungguh-sungguh demi kesembuhan ayahnya, bersama dengan adiknya, Yosef Ko Seong-un. Dua bersaudara ini membaca Alkitab bersama-sama dan merenungkannya, dan dengan sungguh-sungguh mendorong orang-orang agar percaya kepada Tuhan. Dengan cara ini mereka menjadi teladan bagi umat beriman lainnya.
Petrus Ko pindah ke Jeokuri, Gosan (sekarang, Jeoko-ri, Unju-myeon, Wanju-gun, Jeonbuk). Dia ditangkap oleh polisi dari Jeonju ketika Penganiayaan Shinyu pada tahun 1801. Pada awalnya, dia mengakui imannya dengan berani. Siksaan berat menggoda dia untuk menyelamatkan hidupnya sendiri. Dia menyangkal agamanya, dan kemudian dibebaskan.
Namun ketika dia kembali ke rumah, Petrus Ko segera bertobat dari kesalahannya. Dia sering berkata kepada dirinya sendiri; “Saya sangat pantas untuk dipenggal untuk menebus dosa besar saya.” Kemudian, dia pindah ke Noraesan, Cheongsong (sekarang, Norae 2-dong, Andeok-myeon, Cheongsong-gun, Gyeongbuk) bersama dengan adiknya. Dia menjalani kehidupan yang cukup damai bersama dengan umat beriman di desa itu.
Pada Minggu Paskah tahun 1815, ketika mereka merayakan Hari Raya Kebangkitan Kristus, dia dan adiknya Yosef dan semua umat Katolik di desa itu ditangkap oleh polisi yang menggerebek tempat ibadah mereka bersama dengan seorang informan, kemudian mereka dibawa ke Gyeongju. Pada saat itu sekitar tanggal 22 Februari.
Selama interogasi dan siksaan kejam, Petrus Ko tetap teguh akan imannya. Kemudian kepala petugas di Gyeongju mengirimkan dua bersaudara ini dan umat Katolik lainnya yang menolak untuk murtad ke Daegu, yang dipimpin oleh Gubernur. Di Daegu mereka menjalani interogasi dan siksaan berat. Mereka dipenjarakan selama lebih dari tujuh belas bulan.
Petrus Ko menahan seluruh kesulitan dan tetap setia dalam menyatakan imannya. Dia dan adiknya Yosef Ko dijatuhi hukuman mati. Pada tanggal 19 Desember 1816 (1 November pada penanggalan Lunar) mereka dipenggal dan meninggal sebagai martir. Dia belum menikah dan selibat.
Sebelum kemartiran mereka, Gubernur Daegu yang melihat dua bersaudara ini tetap teguh akan imannya walaupun dihukum dengan berat, melaporkan mereka ke istana dengan tuduhan berikut:
“Dua bersaudara, Ko Seong-dae dan Ko Seong-un, mendalami agama Katolik, mereka sangat bodoh dan tidak tahu sehingga mereka tidak pernah menyadari bahwa perbuatan mereka salah. Saya mencoba menolong mereka agar mereka mengerti perbuatan salah mereka dengan mempercayai agama Katolik, namun mereka tidak pernah mengubah pikiran mereka. Saya tidak dapat memaafkan dosa mereka karena mereka keras kepala untuk menjaga ketetapan mereka untuk mati bagi iman mereka.”
Setelah mereka menjadi martir, jenazah Petrus Ko dan Yosef Ko dimakamkan di dekat tempat eksekusi. Kemudian pada tanggal 2 Maret pada tahun berikutnya, beberapa kerabat dan umat beriman memakamkan mereka kembali di tempat yang layak.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 30 March 2015, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 2 Comments.
Pingback: Beato Yakobus Kim Hwa-chun | Terang Iman
Pingback: Beato Yosef Ko Seong-un | Terang Iman