Beato Andreas Kim Jong-han

Beato Andreas Kim Jong-­han (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Beato Andreas Kim Jong-­han (Sumber: koreanmartyrs.or.kr)

Profil Singkat

  • Tahun lahir: Tidak diketahui
  • Tempat Lahir: Myeoncheon, Chungcheong-do
  • Gender: Pria
  • Posisi/Status: Pemimpin awam dari keluarga kelas bangsawan
  • Usia: Tidak diketahui
  • Tanggal Kemartiran: 19 Desember 1816
  • Tempat Kemartiran: Daegu, Gyeongsang-do
  • Cara Kemartiran: Dipenggal

Andreas Kim Jong-han di antara umat Katolik dia lebih dikenal dengan nama ‘Gye-won’ , dia lahir di Solmoe, Myeoncheon, Chungcheong-do (sekarang, Songsan-ri, Ugang-myeon, Dangjin-gun, Chungnam). Di kartu keluarganya namanya dicatat dengan nama ‘Hanhyeon.’ Dia adalah putra dari Pius Kim Jin-hu yang menjadi martir pada tahun 1814, dia juga ayah dari Santa Teresia Kim, dan juga kakek paman dari Santo Andreas Kim Dae-geon imam Korea pertama yang menjadi martir pada tahun 1846.

Beberapa tahun setelah Gereja Katolik diperkenalkan ke Korea, Andreas Kim Jong-han mempelajari Katekismus dari kakaknya dan dia menjadi seorang Katolik. Sebelumnya, kakaknya menjadi seorang Katolik dengan bentuan dari Luis Gonzaga Yi Jon-chang, yang disebut sebagai ‘Rasul dari Naepo’ oleh orang-orang dan dia mewartakan kabar gembira kepada keluarga kakaknya. Ayahnya Pius Kim menolak untuk menjadi Katolik. Namun berkat bujukan yang terus menerus oleh putra-putranya, dia menerima iman Katolik dan dia menjadi seorang Katolik yang saleh dan dia meinggal sebagai martir.

Keluarga Kim dari Solmoe menderita setiap kali terjadi penganiayaan. Ayah Andreas, Pius Kim harus berulang kali ditangkap dan dibebaskan, juga dihukum dan diasingkan. Dia menjadi martir di penjara Haemi pada tahun 1814. Iman Andreas Kim menjadi lebih kuat dan dalam, dia mempersiapkan dirinya untuk menahan penderitaan demi Tuhan dan mati bagi-Nya setiap saat. Ketika ayah mereka dipenjarakan, Andreas Kim dan kakaknya harus hidup terpisah demi alasan keamanan.

Andreas Kim pindah bersama keluarganya ke Uryeonbat di Yeongyang, Gyeongsang-do (sekarang, Galsan-ri, Jaesan-myeon, Bonghwa-gun, Gyeongbuk) melalui Hongju, dan tinggal disana untuk waktu yang lama dalam persembunyian.

Andreas Kim membaktikan dirinya demi kehidupan imannya dan menjalankan ajaran Katolik dengan tekun. Kehidupan sehari-harinya diisi dengan doa, beramal kepada tetangganya, dan penyangkalan diri untuk memilihara kebajikan dan kesalehan. Pada siang haria dia menulis ulang buku-buku Katolik dan menyebarkannya kepada umat beriman. Pada malam hari dia mengundang orang-orang ke rumahnya untuk mengajarkan mereka Katekismus. Dia juga berusaha untuk mewartakan Injil kepada orang bukan beriman dan membawa banyak orang kepada Gereja.

Ketika Penganiayaan Eulhae terjadi pada tahun 1815, Andreas Kim ditangkap di Yeongyang dan kemudian dibawa ke Andong. Dia diinterogasi dan disiksa dan kemudian dia dipindahkan ke Daegu. Ketika dia tiba di Kantor Gubernur Daegu, tak sengaja dia melihat Agatha Magdalena Kim Yun-deok yang akan dibebaskan. Agatha Magdalena Kim menjadi sangat lemah akibat siksaan kejam perlakuan buruk sehingga dia mengkhianati agamanya. Andreas Kim dengan bersungguh-sungguh menguatkan dia walaupun hanya dalam suatu percakapan singkat.Karena sangat tersentuh, dia bertobat dan kembali kepada kepala petugas dan mengakui imannya kepada Tuhan.

Sekarang, giliran Andreas Kim untuk menyatakan imannya kepada Tuhan. Kepala petugas mencoba untuk mengubah pikirannya dan memaksa dia untuk murtad. Imannya tidak tergoyahkan, walaupun hukuman yang berulang-ulang. Andreas Kim menjelaskan dengan tenang dan tegas kepada interogator bahwa ajaran agama Katolik adalah kebenaran. Kemudian, gubernur menyadari bahwa dia tidak dapat mengubah pikirannya, dia melaporkannya ke istana sebagai berikut:

“Kim Jong-han sangat mencintai agama Katolik, bahkan ketika dia sedang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, dia membawa buku-buku Katolik bersamanya dan mempelajari ajaran Gereja.”

Ketika menunggu keputusan istana, Andreas Kim menulis dua surat, yang satu untuk kakaknya dan yang lainnya untuk umat beriman. Berikut ini adalah kutipan surat untuk kakaknya:

“Saya berarak menuju kemartiran, dan saya berani untuk mencari rahmat terakhir ini. Tanpa rahmat yang besar, bagaimana mungkin saya dapat melawan tiga musuh? … Jika saya melewatkan kesempatan ini, saya tidak akan menemukannya lagi, pertama-tama, saya mencari rahmat dari Tuhan, dan yang kedua, saya bergantung pada doa-doa dari sesama umat beriman yang saya kasihi.”

Sekitar satu setengah tahun setelah Andreas Kim dipenjarakan, raja memerintahkan untuk melakukan hukuman mati. Tanpa penundaan, Gubernur Daegu memerintahkan bahwa semua tahanan Katolik akan dikeluarkan dari sel penjara mereka dan dieksekusi. Andreas Kim yang dikenali sebagai pemimpin adalah orang yang pertama kali dipenggal. Pada saat itu tangga 19 Desember 1816 (1 November pada penanggalan Lunar), dia dipenggal dan meninggal sebagai martir.

Setelah kemartirannya, jenazahnya dimakamkan di dekat tempat eksekusi. Pada tanggal 2 Maret tahun berikutnya, beberapa kerabat dan umat beriman memakamkannya kembali di tempat yang layak.

Sumber: koreanmartyrs.or.kr

Advertisement

Posted on 1 April 2015, in Orang Kudus and tagged , , . Bookmark the permalink. 3 Comments.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: