[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Beato Martinus Yang Jae-hyeon
Profil Singkat
- Tahun lahir: 1827
- Tempat Lahir: Gyeongsang-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Pejabat Rendah
- Usia: 41 tahun
- Tanggal Kemartiran: September 1868
- Tempat Kemartiran: Pusan
- Cara Kemartiran: Dipenggal
Martinus Yang Jae-hyeon lahir pada tahun 1827. Dia tinggal untuk beberapa waktu di luar Gerbang Utara di Dongnae, Gyeongsang-do. Di Dongnae dia menjabat jabatan petugas rendah. Dia bertemu dengan Yohanes Yi Jeong-sik dan dia mendengar tentang agama Katolik. Dia mempelajari Katekismus dari Yohanes Yi dan dia menjadi seorang Katolik.
Ketika masa penganiayaan tahun 1868, polisi mendapat informasi bahwa Martinus Yang adalah seorang Katolik. Ketika polisi menyerbu rumahnya, dia menerima mereka dengan tenang dan kemudian dia dibawa ke kantor pemerintahan.
Ketika dia diinterogasi oleh kepala petugas, dia mengakui bahwa dia adalah seorang Katolik dan dia menerima seluruh hukuman dengan rela. Ketika kepala petugas berusaha untuk membujuk dia supaya dia menyangkal agamanya, dia menjawab dengan tekadnya yang bulat; “Saya tidak akan menyerah dari agama Katolik.”
Martinus Yang ditahan di penjara untuk waktu yang lama dan diinterogasi berkali-kali sebelum dia dipindahkan ke pangkalan angkatan laut. Dia kembali menjalani interogasi dan siksaan, namun dia dengan tegas menolak untuk mengkhianati Tuhan. Dia dimasukkan lagi ke dalam penjara. Dia digoda oleh seorang sipir penjara. Martinus Yang menjanjikan dia dengan uang dan dia meninggalkan penjara dengan diam-diam dan dia pulang ke rumahnya.
Sipir penjara membuat laporan palsu kepada kepala petugas, bahwa tahanan itu melarikan diri. Polisi menyerbu ke rumah Martinus Yang lagi dan menangkap dia kembali. Sejak saat itu, iman Martinus Yang menjadi lebih kuat. Dia menyatakan imannya kepada Tuhan, meskipun dia dihukum dengan berat dengan berkata, “Saya tidak dapat mengkhianati Tuhan, Bapa kami yang Agung pemilik surga dan bumi.”
Martinus Yang dipindahkan ke pangkalan angkatan laut di Tongyeong. Dia harus menjalani interogasi dan siksaan berkali-kali. Dia dibawa kembali ke Dongnae dan dipenjarakan di sana. Di penjara, dia bertemu dengan bapak baptisnya yaitu Yohanes Yi, katekis dan umat Katolik lainnya. Mereka saling mengibur dan menguatkan satu sama lain, dan berjanji untuk setia kepada iman mereka akan Tuhan dalam keadaan apapun.
Kepala petugas Dongnae memutuskan untuk mengumumkan hukuman mati untuk Martinus Yang dan umat Katolik lainnya di penjara. Dia memanggil mereka dan memindahkan mereka ke ‘Jangdae’ di mana Pusat Komando Militer berada. Martinus Yang menyatakan imannya kepada Tuhan sampai saat-saat terakhir hidupnya. Dia membuat tanda salib sebelum dia dipenggal dan meninggal sebagai martir. Pada saat itu, musim panas tahun 1868. Martinus Yang berusia 41 tahun. Keluarganya mengambil jenazahnya dan memakamkannya di dekat tempat eksekusi.
Sumber: koreanmartyrs.or.kr
Posted on 9 June 2015, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0