[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Santo Yohanes Pak Hu-jae

Ioannes Pak Hu-jae (Sumber: cbck.or.kr)
Yohanes Pak Hu-jae (1799-1839) adalah putra dari martir Laurensius Pak. Yohanes lahir di Youngin sekitar tahun 1798 atau 1799. Kemudian ia pergi ke Seoul bersama dengan keluarganya, dan mencari nafkah dengan membuat sepatu jerami.
Istrinya bersaksi tentang kebajikan suaminya yang luar biasa. Yohanes sangat setia dalam menjalankan agamanya dan juga seorang pekerja keras. Ia pernah berkata: “Saya harus mati sebagai seorang martir demi menyelamatkan jiwa saya.” Sebagai bentuk penyangkalan diri demi kasih kepada Allah, ia memukul tulang keringnya dengan gada yang digunakan untuk membuat sepatu jerami. Yohanes pernah berkata kepada istrinya supaya bertahan dari segala penderitaan demi keselamatan jiwa. Dia juga pernah berkata: “Seorang suci yang sudah tua melihat seekor cacing merayap keluar dari lukanya, lalu dia menempatkannya kembali di lukanya itu dan berkata ‘makananmu di sini’. Kita harus menderita dari kesakitan kita.” Pada bulan Maret 1839, ketika penganiayaan terjadi, ia tidak merasa takut. Tidak ada sepeserpun uang di rumahnya. Yohanes menjual sebuah pot gerabah yang besar dan membagi dua uangnya, sebagian untuk dirinya sendiri dan sebagian lagi diberikan kepada istrinya untuk keperluan mendesak. Ia berkata kepada istrinya untuk bermalam di rumah bibinya. Pada hari berikutnya, istrinya mengetahui bahwa suaminya sudah ditangkap.
Ia diinterogasi oleh hakim, sebagai berikut:
“Apakah orang tuamu masih hidup?”
“Ibu saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Ayah saya dipenggal karena imannya pada tahun 1801. Saya tidak punya kerabat lainnya.”
“Apakah kamu tahu bahwa kamu melanggar hukum raja?”
“Allah adalah Pencipta. Saya berutang kesetiaan yang lebih besar kepada Allah daripada kepada raja.”
“Beritahu keberadaan teman-temanmu.”
“Saya tidak dapat membahayakan orang lain.”
“Sangkal imanmu jika kamu ingin hidup.”
“Agama saya lebih penting daripada hidup saya.”
Yohanes dipukuli dengan gada sebanyak 40 kali. Dagingnya robek dan darahnya memancar. Bunyi gada yang menghancurkan tulang membuat para tahanan lainnya ketakutan. Namun, Yohanes tetap teguh akan imannya.
Akhirnya, Yohanes dipenggal di sebelah luar Pintu Gerbang Kecil Barat pada tanggal 3 September 1839 bersama dengan lima orang Katolik lainnya. Ia dipenggal ketika berusia 40 tahun.
Sumber: cbck.or.kr
Posted on 25 February 2016, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0