[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Santa Magdalena Pak Pong-son

Magdalena Pak Pong-son (Sumber: cbck.or.kr)
Magdalena Pak Pong-son (1796-1839) lahir di keluarga pagan, dia menikah dengan seorang pria pagan pada usia 15 tahun dan memiliki dua orang anak perempuan. Ketika suaminya meninggal, dia pulang ke rumahnya di Seoul. Pada tahun 1834, ibu tirinya yaitu Cecilia Kim menunggunya dan membujuk Magdalena supaya menjadi seorang Katolik. Magdalena tinggal di rumah saudara laki-laki ibu tirinya, di luar Pintu Gerbang Selatan di Seoul. Dua belas orang miskin tinggal bersama mereka dan Magdalena sangat baik dan bermurah hati kepada mereka, intinya dia lupa akan dirinya sendiri. Seorang saksi mata berkata tentang dirinya, bahwa semua orang yang melihat dia akan mengagumi dedikasinya untuk mengasihi Allah dan mencintai sesama. Magdalena menunggu penangkapan dirinya di rumah itu dengan tenang.
Setelah dia ditangkap, setiap kali disiksa dan diminta supaya menyangkal Allah dan juga dipaksa supaya melaporkan tentang keberadaan umat Katolik, dia berkali-kali menolak. Kakinya dipelintir dan tulang keringnya dipukul dengan keras, namun dia hanya berkata bahwa dia ingin mati bagi Allah.
Magdalena dijatuhi hukuman mati dan dipenggal di luar Pintu Gerbang Kecil Barat pada tanggal 26 September 1839 bersama dengan delapan umat Katolik lainnya. Dia menjadi martir yang jaya ketika berusia 44 tahun.
Sumber: cbck.or.kr
Posted on 26 June 2016, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0