Ekaristi dan Penggenapan Kerajaan Allah

Oleh Scott Hahn

The Last Supper dari Biara Kremikovtsi Bulgaria (Sumber: stpaulcenter.com)

Yesus berulang kali berjanji bahwa Kerajaan Allah akan segera datang. Di tengah-tengah “apokalips kecil[1]” dari Injil Matius, Yesus bersabda: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi” (Matius 24:34).

Jemaat Kristen perdana mengharapkan penggenapan nubuat-nubuat Yesus tak lama setelah Ia bersabda. Mereka mengharapkan suatu parousia (yang berarti kedatangan dalam hal ini berarti kedatangan Yesus yang kedua kali –red.) yang akan segera terjadi. Para sejarawan modern telah menemukan bukti tentang pengharapan ini sepanjang Perjanjian Baru dan tulisan-tulisan Kristen perdana. Doa Ekaristi yang paling kuno masih dan masih ada, dalam Didakhe diakhiri kata berbahasa Aram yaitu “Maranatha” yang artinya “Datanglah, Tuhan!” Dalam kitab Wahyu dimulai dengan sebuah janji untuk menunjukkan “apa yang harus segera terjadi” (Wahyu 1:1) dan diakhiri dengan kata yang sama sebagaimana liturgi dalam Didakhe : “Datanglah, Tuhan Yesus!” Seorang ahli Alkitab, Margaret Barker telah melakukan identifikasi terhadap kata ini (Maranatha) sebagai doa Ekaristi utama Gereja: “Hal ini ada kaitannya dengan kembalinya Tuhan dalam Ekaristi. Dalam kalimat lain dari doa (Didakhe) bersifat ambigu, contohnya: ‘Biarkan dunia ini berlalu’ yang dapat menyiratkan baik suatu pemahaman literal tentang kembalinya Tuhan atau juga dampak transformasi dari Ekaristi. Namun demikian, Maranatha dalam Ekaristi harus menjadi epiklesis yang asli, yaitu berdoa untuk kedatangan Tuhan.”

Sejarawan modern sudah benar dengan menunjukkan pengharapan zaman apostolik. Namun di sisi lain, mereka salah karena mereka menyimpulkan bahwa jemaat Kristen perdana pasti merasa kecewa seiring dengan berlalunya waktu. Seorang ahli yang murtad yang bernama Alfred Loisy mengamati bahwa Yesus datang dengan menjanjikan kerajaan-Nya, namun yang Ia tinggalkan hanyalah Gereja. Loisy merasa kecewa dengan perubahan kejadian ini, namun jemaat Kristen perdana tidak demikian.

Jemaat Kristen perdana tahu bahwa memang akan ada parousia pada akhir zaman, namun setidaknya terjadi parousia saat ini setiap kali mereka merayakan Misa. Ketika Kristus datang pada akhir zaman, Dia akan memiliki kemuliaan yang sama seperti Dia setiap kali datang kepada Gereja-Nya dalam Misa. Satu-satunya yang membedakannya ialah apa yang kita lihat.

Dihadapkan dengan bukti dari liturgi kuno, para ahli yang skeptis terkadang menyimpulkan parousia sebagai psikoanalisis (analisa jiwa) orang-orang zaman dahulu. Para ahli yang skeptis itu juga mengatakan bahwa gagasan “parousia liturgi” merupakan perkembangan yang ada belakangan dan dicocok-cocokan untuk Gereja yang kecewa. Namun gagasan itu tidak datang belakangan. Gregory Dix memerhatikan bahwa gagasan itu ada dalam dokumen yang paling awal, walaupun memang beberapa ahli memperkirakan bahwa liturgi dalam Didakhe dituliskan paling lambat tahun 48 M. Setelah meninjau ulang semua teks Ekaristi kuno, Jaroslav Pelikan menyimpulkan bahwa: “Liturgi Ekaristi bukan kompensasi atas penundaan parousia, tetapi suatu cara merayakan kehadiran Dia yang telah berjanji untuk kembali.”

Lagipula, Yesus sendiri yang telah menetapkan pengharapan yang tinggi dalam Gereja, dan Yesus sendiri juga yang merujuk bahwa penggenapannya yang akan segera terjadi. Memang, Yesuslah yang menetapkan Ekaristi sebagai peristiwa eskatologis (yakni parousia) kedatangan Sang Raja dan Kerajaan-Nya. Kita tidak boleh melewatkan detail kecil tapi sangat penting dalam kisah Kitab Suci tentang Perjamuan Malam Terakhir. Ketika Yesus mengambil roti dan anggur, Dia berkata kepada murid-Nya: “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita.  Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah. … Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang” (Lukas 22:15-16, 18). Ketika Dia mendirikan sakramen, Dia mendirikan kerajaan. Sesaat kemudian, Dia berbicara tentang kerajaan dalam istilah “meja (table) dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah duduk makan” (Lukas 22:27) dan “makan dan minum atau perjamuan (banquet)” (Lukas 22:30) – istilah yang akan muncul kembali dalam bab-bab terakhir Kitab Wahyu. Jika kita mencari bahasa apokaliptik (tulisan tentang nubuat apa yang akan terdai pada akhir zaman –red.) yang biasa kita dengar, maka kita akan menemukan banyak sekali dalam kisah Perjamuan Malam Terakhir dalam Injil Lukas – namun yang akan kita temukan selalu dinyatakan dalam istilah Ekaristi. Kemudian Yesus melanjutkan perbincangannya tentang pencobaan apokaliptik, di mana umat beriman akan “ditampi seperti gandum” (Lukas 22:31).

Sama juga dengan yang dikemukakan seorang otoritas yaitu Joseph Ratzinger (Paus Emeritus Benediktus XVI) telah menekankan bahwa gambaran apokaliptik Perjanjian Baru sangat liturgis sekali, dan bahasa liturgis Gereja sangat apokaliptik. Beliau menulis, “Parousia adalah intensifikasi dan pemenuhan tertinggi dari liturgi.” Dan liturgi adalah parousia. … Setiap Ekaristi adalah parousia, kedatangan Tuhan, namun juga Ekaristi bahkan menjadi suatu kerinduan besar bahwa Dia akan mengungkapkan Kemuliaan-Nya yang terselubung.

Catatan kaki:

[1] dalam bahasa Inggrisnya adalah “Little Apocalypse” yang merupakan istilah lain dari Khotbah di Bukit Zaitun. Dalam khotbah itu, Yesus berkata dengan bahasa nubuat akhir zaman tentang peringatan kepada para murid yang akan mengalami penderitaan dan penganiayaan sebelum akhirnya Kerajaan Allah menang (bdk. Matius 24-25, Markus 13, dan Lukas 21).

Sumber: “Come Again?: The Eucharist and the Fulfillment of the Kingdom”

Advertisement

Posted on 17 January 2019, in Ekaristi and tagged , , . Bookmark the permalink. 5 Comments.

  1. Dh mohon pencerahan mengenai kiamat kecil …..

    Like

    • Terima kasih Pak Iwan Koneng,

      Istilah “kiamat kecil” ini memang agak rancu, dan setelah ditinjau ulang. Maka kami mengubah istilah itu dengan memberi catatan kaki mengenai maksud istilah itu. Terima kasih atas komentar dan koreksinya.

      Admin Terang Iman

      Like

  2. Terima kasih tulisannya.

    Like

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: