Ajaran Gereja mengenai Hantu

Oleh Romo Mike Schmitz

Ilustrasi (Sumber: bulldogcatholic.org)

Pertanyaan: Apa yang diajarkan Gereja mengenai hantu? Apakah mereka itu nyata? Apa yang perlu kita lakukan terhadap mereka?

Jawaban: Pertanyaan bagus, belakangan ini saya memikirkan hal ini. Seperti yang kita ketahui oleh siapapun yang menggunakan televisi, ada banyak film mengenai “paranormal” dan juga acara TV mengenai mereka yang mengaku bisa berkomunikasi dengan orang yang sudah meninggal. Terlebih lagi, pada bulan November, Gereja mendedikasikan doa bagi mereka yang sudah meninggal, pada bulan itu menjadi saat yang tepat untuk mengingat kembali tentang Gereja yang berada di bumi (Gereja Pejuang), Gereja yang berada di Surga (Gereja Jaya) dan Gereja yang berada di Api Penyucian (Gereja Menderita).

Maka dari itu sangatlah penting bagi kita untuk membuat beberapa hal itu menjadi jelas.

Pertama, Gereja Katolik tidak memiliki doktrin yang secara khusus mengenai hantu, jadi ingatlah itu ketika Anda membaca artikel ini. Ada orang kudus yang “penting” yang menyangkal adanya interaksi dengan hantu … ada juga orang kudus “penting” yang mengalami interaksi dengan hantu; tampaknya hal itu menjadi pertentangan.

Namun, teologi mengenai kemungkinan adanya hantu masih menjadi gagasan. Sebagai seorang Kristen, kita tahu bahwa pribadi manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Kita tahu bahwa hidup ini bukan sekadar kehidupan yang biasa ini (natural), ada sesuatu yang supernatural. Lebih jauh lagi, kita percaya bahwa jiwa itu kekal. Pada saat kematian, tubuh dan jiwa itu terpisah. Pada saat itu, seseorang akan mengalami sebuah pengalaman pribadi yang Gereja sebut “pengadilan khusus”; kita akan menuju ke Neraka, Surga atau Api Penyucian. Nah, mungkinkah Allah dalam kebijaksanaan-Nya mengizinkan jiwa-jiwa tertentu memanifestaskan kehadiran mereka kepada mereka yang masih hidup?

Baik kehidupan Gereja dan Kitab Suci tampaknya membuktikan kemungkinan ini. Pertama, Gereja memiliki banyak dokumentasi mengenai penampakan para kudus yang menampakkan diri kepada banyak orang dengan membawa pesan dari Allah. Banyak penampakan Bunda Maria menjadi contoh tentang hal ini (Perlu diperhatikan juga bahwa Maria dapat dianggap sebagai pengecualian karena dia secara fisik tinggal di Surga. Bunda Maria sangat berbeda dengan hantu karena dia manusia yang “utuh” di Surga dengan jiwa dan raganya). Selain itu, ada kisah Raja Saul yang meminta penyihir En-dor untuk memanggil arwah Nabi Samuel dalam 1 Samuel 28. Kitab Suci seolah-olah membicarakan hal ini sebagai sesuatu yang nyata, yang akan mengarahkan kita ke pembahasan berikutnya yang sangat penting.

Kedua, Gereja sangat jelas dan tegas mengajarkan bahwa segala usaha pemanggilan arwah atau berkomunikasi dengan yang sudah meninggal sangat dilarang. Salah satu konsekuensi pribadi dari hal ini adalah bahwa kita tidak boleh mencari atau ikut serta dalam pemanggilan arwah atau tindakan lainnya yang berupaya untuk menghubungi mereka yang sudah meninggal. Konsekuensi lainnya adalah kita tidak boleh mencari tahu atau menaruh kepercayaan kepada siapapun yang mengaku bisa berkomunikasi dengan orang yang sudah meninggal. Saya bisa mendengar pendapat demikian, “Tapi kan Theresa Caputo1 seorang Katolik! Dan dia tahu banyak hal tentang para klien dengan orang yang mereka cintai yang sudah meninggal! Dia juga kemungkinan besar adalah penipu. Hanya karena Gereja tahu bahwa ada dunia di luar yang bisa kita lihat dan pahami bukan berarti kita bisa mengaitkan segala sesuatu yang tidak kita pahami sebagai hal yang supernatural. Orang bisa saja berbohong. Orang bisa saja salah. Seringkali ada penjelasan yang alamiah, dan pemikiran umat Katolik perlu melakukan pembedaan antara apa yang bisa menjadi penjelasan alamiah daripada penjelasan supernatural.

Lebih jauh lagi, dalam acara TV “Long Island Medium” yang berupaya untuk melakukan kontak dengan orang yang sudah meninggal, mereka bukan hanya melanggar Firman Allah dan ajaran Gereja, mereka juga berada dalam posisi di mana mereka tidak dapat membedakan dengan baik. Pembedaan itu bukan hanya antara yang alami dan yang supernatural, tapi juga antara yang berpotensi hantu dan sesuatu yang berhubungan dengan roh jahat. Setan adalah malaikat yang jatuh yang pada mulanya diciptakan Allah dengan kondisi yang baik, namun karena kehendak bebasnya, mereka memilih untuk memisahkan diri dari Allah. Mereka bukan makhluk yang ramah, tapi mereka adalah musuh umat manusia. Seseorang yang berusaha menghubungi makhluk di dunia roh mungkin sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk membedakan antara jiwa manusia atau setan.

Ketiga, jika Allah mengizinkan suatu jiwa memanifestasikan dirinya sesudah kematian, apa yang harus kita lakukan? Ingat, dengan catatan bahwa hal ini harus sesuai izin Allah. Mengapa? Allah sering mengungkapkan banyak hal kepada kita karena Ia ingin kita bertindak berdasarkan apa yang kita ketahui. Banyak kasus (yang tampaknya) dapat dipercaya mengenai perjumpaan dengan hantu yang telah saya temui, tampaknya ada satu motif yang berulang yaitu doa. Sebagaimana yang dikatakan seorang Profesor Filosofi di Boston College, Dr. Peter Kreeft, “Hantu yang muncul di bumi, tapi sebenarnya mereka tidak hidup di bumi lagi. Mereka kemungkinan bisa berada di surga, neraka, atau api penyucian.” Jika ada roh orang yang sudah meninggal memanifestasikan diri, respon yang tepat adalah berdoa. Tapi bukan doa karena merasa takut. Namun, kita mempersembahkan doa silih.

Kita percaya akan Persekutuan Para Kudus. Bahwa Gereja ada dalam tiga “taraf”: Bumi, Surga, dan Api Penyucian. Baru-baru ini saya mendengar hal berikut ini, “manifestasi hantu terjadi ketika Gereja Menderita memohon doa silih kepada Gereja Pejuang.” Banyak dari kita sebagai umat Katolik lupa bahwa kita mempersembahkan doa bagi mereka yang sudah meninggal karena kita percaya bahwa doa-doa itu berdaya guna. Kita yang hidup di dunia ini dipanggil untuk mendoakan mereka yang sudah meninggal. Kita dipanggil untuk merayakan Misa Kudus dalam nama mereka. Hantu mengingatkan kita bahwa saudara-saudari kita membutuhkan doa-doa kita.

 

Catatan kaki:

[1] Theresa Caputo adalah seorang cenayang yang membawakan acara aneka ragam yang berjudul “Long Island Medium” yang mengaku dapat berkomunikasi dengan dunia orang mati.

Romo Mike Schmitz adalah seorang imam untuk Newman Catholic Campus Ministries di University of Minnesota Duluth. Dia juga menjabat sebagai Direktur Pelayanan Orang Muda Katolik di Keuskupan Duluth.

 

Sumber: “Church Teaching About Ghost”

Advertisement

Posted on 1 October 2019, in Kenali Imanmu and tagged , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: