[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Apakah Kelahiran dari Perawan Berasal dari Kepercayaan Lain?
Oleh Jon Sorensen

Virgin Mary and Jesus by elizaraxi (Sumber: flickr.com)
Salah satu argumen yang seringkali digunakan oleh para pendukung teori mitos Yesus (mythicist) adalah menyatakan bahwa dewa-dewa dari kepercayaan lain juga dilahirkan secara ajaib dari para perawan, maka kelahiran Yesus bukan sesuatu yang baru dalam sejarah agama-agama di dunia. Seperti argumen bahwa Horus, Osiris, Mithras, Dionisos, Kresna, dan figur lain yang sesuai dengan deskripsi ini. Bahkan, pahlawan dan tokoh sejarah juga sering mereka nyatakan, sebut saja Ion, Romulus, Asklepios, dan Alexander Agung juga dipercaya sebagai keturunan dari pada dewa dan para wanita perawan.
Untuk melakukan evaluasi perbandingan ini, maka ada baiknya kita terlebih dahulu memahami dengan tepat apa yang Gereja Katolik imani tentang keperawanan Maria dan kelahiran Yesus.
Menurut penuturan Injil, Maria sudah bertunangan dengan Yusuf, suaminya, namun mereka tidak pernah berhubungan intim, sementara itu Yesus dikandung dari Roh Kudus, dan tidak ada campur tangan hubungan seksual (lihat Matius 1:23-25, Lukas 1:26-38). Katekismus Gereja Katolik menjelaskan demikian:
Pengertian imannya yang lebih dalam tentang keibuan Maria yang perawan, menghantar Gereja kepada pengakuan bahwa Maria dengan sesungguhnya tetap perawan, juga pada waktu kelahiran Putera Allah yang menjadi manusia. Oleh kelahiran-Nya “Puteranya tidak mengurangi keutuhan keperawanannya, melainkan justru menyucikannya” (LG 57). Liturgi Gereja menghormati Maria sebagai “yang selalu perawan” [Aeiparthenos]. (499)
Dan hal ini tidak berlaku untuk dewa-dewa ataupun tokoh sejarah yang disebutkan di atas. Masing-masing dapat diklasifikasikan seperti berikut ini:
- Dewa-dewa tidak lahir dari seorang ibu yang perawan.
Beberapa klaim tentang “kelahiran dari perawan” sama sekali bukan peristiwa kelahiran, setidaknya bukan dengan cara normal seorang wanita melahirkan anak. Suatu penyelidikan lebih dekat mengenai mitologi mengenai kelahiran dewa-dewa akan mengungkapkan beberapa ciptaan ajaib lainnya yang tidak melibatkan seorang wanita perawan atau seorang dewi (Maka dengan itu saja sudah cukup untuk mendiskualifikasi pandangan itu sebagai paralel dengan kelahiran Yesus). Dalam kasus lain, mungkin tidak ada hubungan seksual, tetapi wanita atau dewi itu sudah tidak perawan sebelum mengandung.
Salah satu contohnya adalah dewa Romawi yang bernama Mithras. Klaim mengenai “kelahiran dari perawan” seringkali dijumpai dalam hal ini, banyak yang merasa cemas karena orang yang menyatakan kalim itu sudah pernah mempelajarinya dalam pendidikan modern mengenai hal ini. Namun Mithras masuk klasifikasi ini karena berdasarkan mitos, ia sama sekali tidak dilahirkan oleh seorang wanita.
Manfres Clauss seorang profesor sejarah dunia kuno di Free University of Berlin, menjelaskan demikian, “Urutan penggambaran dari kisah mitos kehidupan Mithras dan permulaan karya besarnya, sejauh yang bisa kita ketahui mengenai kelahiran dewa ini. Sumber-sumber sastra mengenai hal ini hanya sedikit namun tidak perlu diragukan lagi, Mithras dikenal sebagai dewa yang dilahirkan dari batu (lihat “The Roman Cult of Mithras,” hal. 62). Kelahiran Mithras tidak seperti kelahiran Yesus, namun klaim tersebut terus diulang-ulang di banyak situs web dan forum diskusi.
Dewa lain yang cocok dengan kategori ini adalah dewa Hindu yaitu Kresna. Berdasarkan teks agama Hindu yang berjudul Wisnupurana, Krisna ditransmisikan secara mental dari pikiran dewa Basudewa (suatu inkarnasi Kresna sendiri) ke dalam rahim putri Dewaki. Sekilas tampak mirip, namun hal itu tidak bisa diklasifikasikan sebagai kelahiran dari seorang perawan, karena Dewaki dan Basudewa sebelumnya sudah memiliki tujuh anak.
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah penanggalan Purana. Menurut seorang profesor agama-agama timur di Oxford yang bernama R.C. Zaehner, teks-teks belum mulai terbentuk sampai suatu waktu di abad ke-4 (lihat “Hinduism,” hal 126). Kepercayaan Kristen mengenai kelahiran Yesus dari seorang perawan sudah ada beberapa abad lebih awal. Sekalipun ada paralel yang sahih, tidak mungkin orang Kristen meminjam pemahaman ini dari agama Hindu.
- Kelahiran sang dewa adalah hasil hubungan seksual.
Dalam banyak kasus, kelahiran para dewa adalah hasil hubungan seksual antara dewa pria dan wanita manusia. Dalam kasus lainnya, konsepsi dewa adalah hasil hubungan dewa dan dewi. Dua paralel tentang “kelahiran dari perawan” yang sering dinyatakan oleh para mythicist adala Horus dan Dionisos.
Dugaan kisah “kelahiran dari perawan” dari dewa Mesir Horus adalah yang paling sering dijumpai, namun rincian mitosnya sama sekali tidak menyerupai kisah Yesus. Menurut mitologi, dewa yang berkepala elang ini merupakan keturunan dewi Isis. Suami dari Isis yaitu dewa Osiris yang dibunuh oleh musuhnya yaitu Set, sang dewa gurun pasir, yang kemudian memotong-motong tubuh Osiris. Isis berhasil mengumpulkan semua bagian tubuh Osiris kecuali kemaluannya yang dibuang ke sungai Nil dan dimakan oleh ikan lele. Isis menggunakan kekuatan dewinya untuk membangkitkan Osiris untuk sementara waktu dan membuat kemaluan dari emas. Kemudian Isis dihamili, dan begitulah Horus dikandung.
Menurut legenda, Romulus dan Remus yang merupakan saudara kembar dan tokoh sentral mitos pendirian kota Roma, mereka dilahirkan oleh Rhea Silvia, seorang perawan Vesta. Dalam satu variasi mitosnya dikisahkan bahwa Dewa Mars menggoda dan menghamilinya. Maka jelas sekali bahwa kisah ini juga bukanlah kelahiran dari perawan.
Para dewa dan pahlawan Yunani-Romawi dan Helenistik dilahirkan oleh ibu dari kaum manusia yang kisahnya mirip dengan kisah Romulus dan Remus, hampir semuanya dikandung melalui hubungan seksual. Contohnya, Dionisos yang merupakan hasil perselingkuhan antara Zeus sang raja pada dewa dengan seorang wanita manusia yang bernama Semele.
Berdasarkan mitos Dionisos, istri Zeus yang bernama Hera belajar dari perselingkuhan terhadap dirinya, dan dia menyamar sebagai wanita tua yang berteman dengan Semele. Tujuannya adalah untuk menanamkan benih keraguan dalam pikiran wanita manusia ini, bahwa ayah dari bayi yang belum dilahirkannya itu bukanlah Zeus. Semele meminta Zeus untuk menampakkan dirinya, namun seorang manusia biasa tidak dapat melihat para dewa yang tidak disamarkan tanpa mengalami kematian, maka Semele binasa dalam nyala api. Zeus menyelamatkan janinnya dan menanamkannya ke dalam kakinya. Beberapa bulan kemudian, Dionisos lahir.
- Paralel itu ada, namun tradisi Kristen mendahului mitologi kepercayaan lain.
Sejauh ini dari apa yang telah kita diskusikan, tidak ada satupun dewa yang pernah dipercaya sebagai tokoh sejarah seperti Yesus. Namun, hal ini tidak berlaku dengan kisah Alexander Agung. Alexander lahir di Pella sekitar tahun 356 SM dari Phillip II, raja dari Mekedonia dan istrinya yang bernama Olypias. Alexander kemudian menjadi murid Aristoteles, dan akhirnya menjadi raja Makedonia, salah satu kerajaan terbesar di dunia kuno.
Berdasarkan Plutarch, seorang penulis biografi Yunani pada akhir abad pertama, menyatakan bahwa Alexander mungkin adalah putra Zeus. Hal ini didasarkan pada interpretasinya tentang dugaan mimpi yang dialami kedua orang tua Alexander. Plutarch juga memberi tahu kita bahwa tidak ada consensus pada zamannya. Dan tampaknya tidak ada narasi yang konsisten, dan satu0satunya bukti hanya ditemukan dalam interpretasi Plutarch, yang bahkan tidak ditulis sampai akhir abad pertama, hampir 70 tahun setelah kisah Yesus beredar.
Seperti yang kita lihat, tidak ada satupun mitos kuno yang memiliki kemiripan yang signifikan dengan kelahiran Yesus. Sebagian besar adalah hasil dari hubungan fisik atau beberapa peristiwa ajaib lainnya. Hal ini sangat jauh sekali dengan Perawan Maria yang oleh kuasa Roh Kudus mengandung tanpa adanya hubungan seksual, dan melahirkan Allah yang menjadi manusia.
Sumber: “Was the Virgin Birth of Jesus Grounded in Paganism?”
Posted on 23 December 2019, in Apologetika and tagged Maria, Natal, Yesus Kristus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0