Keberatan mengenai “Hasil Pokok Anggur”

Oleh Karlo Broussard

Perjamuan Malam Terakhir (Sumber: stpaulcenter,com)

Umat Katolik mempertahankan keyakinannya akan Ekaristi dengan mengacu kepada perkataan Kristus pada Perjamuan Malam Terakhir. Kita berpendapat bahwa Yesus berkata, “Inilah tubuh-Ku” bukan “Inilah yang melambangkan tubuh-Ku,” Ia secara harfiah menyatakan bahwa roti itu menjadi tubuh-Nya (dan anggur adalah darah-Nya).

Namun demikian, seorang Protestan mungkin menjawab: “Ah, tapi Yesus kan tidak bermaksud agar substansi dalam cawan itu menjadi benar-benar darah-Nya karena setelah apa yang umat Katolik sebut sebagai kata-kata konsekrasi, Ia berkata ‘Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku’ (Matius 26:29; Markus 14:22). Mengapa Yesus menyebut substansi dalam cawan itu ‘hasil pokok anggur’ jika itu benar-benar darah-Nya?

Apa yang bisa kita jawab dari pernyataan itu? Apakah penyataan itu bisa membuktikan bantahan yang sedang mereka lakukan? Mari kita lihat!

Tulisan Lukas

Hal pertama yang perlu kita perhatikan bahwa keberatan itu gagal untuk mempertimbangkan bahwa Lukas menempatkan kata-kata ini sebelum konsekrasi. Mungkin saja Lukas melakukan itu untuk mengklarifikasi urutan dalam tulisan Markus dan Matius.

Sudah diketahui pada abad pertama bahwa Markus tidak menuliskan segala sesuatunya dalam urutan kronologis. Seorang uskup Kristen pada abad kedua yang bernama Papias menuliskan bahwa Yohanes sang presbiter, seorang saksi mata dalam pelayanan Yesus, mengatakan, “Markus, setelah dia menjadi seorang penerjemah Petrus, menuliskan dengan tepat meskipun tidak berurutan, apa yang diingatnya mengenai apa yang telah dikatakan dan dilakukan oleh Kristus.”[1]

Lukas memberi tahu kita secara eksplisit dalam prolog Injilnya bahwa dia mengambil keputusan “untuk membukukannya dengan teratur” mengenai hal-hal yang telah disampaikan kepada kita, meskipun banyak orang sebelum dia, seperti Markus, telah berusaha menyusun peristiwa itu (Lukas 1:1-3).

Oleh karena itu, menjadi masuk akal untuk menyimpulkan bahwa Lukas mengalihkan urutan Markus karena Lukas mengklarifikasi penempatan yang dilakukan Markus mengenai pernyataan Markus. Dan jika demikian, maka keberatan Protestan menjadi tidak beralasan.

Fenomena, apa?

Tapi, anggaplah Yesus mengatakan hal itu setelah konsekrasi. Masih belum tentu substansi dalam cawan itu hanyalah anggur belaka.

Para penulis Kitab Suci tidak asing dengan menggambarkan segala sesuatunya berdasarkan tampilannya. Para ahli menyembut hal ini sebagai bahasa fenomenologis.

Kita masih menggunakannya sampai saat ini. Contohnya, ahli cuaca mengatakan bahwa matahari akan “terbit” pukul 6 pagi dan “tenggelam” pada pukul 6 petang. Haruskah kita menyimpulkan bahwa ahli cuaca itu pendukung geosentrisme? Tentu saja tidak! Dia hanya menggambarkan fenomena seperti yang biasa kita lihat.

Hal serupa, dalam Alkitab sering menyebut kematian dengan istilah “tidur.” Contohnya, Nabi Daniel menulis, “Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal” (Daniel 12:2). Daniel tahu perbedaan antara tidur dan mati; dia hanya menggambarkan kematian sebagaimana kelihatannya.

Bahkan para malaikat dan Allah digambarkan sesuai dengan bagaimana mereka hadir dalam indra manusia. Kitab Kejadian menggambarkan Tuhan dan malaikat-Nya sebagai manusia, karena itulah bentuk ketika mereka berbicara dengan Abraham (Kejadian 18:2; lih. 18:10, 19:1). Tobit melakukan hal yang sama mengenai malaikat dalam Tobit 5:2-4.

Penafsiran serupa bisa diterapkan pada tulisan Markus mengenai perkataan Yesus pada Perjamuan Malam Terakhir. Sangat masuk akal bagi Yesus untuk menggunakan bahasa fenomenologis “anggur” ketika merujuk pada darah-Nya, karena begitulah tampaknya dalam indra manusia. Rujukan yang mengacu kepada “anggur” tidak membuktikan bahwa substansi dalam cawan itu adalah anggur.

 Sebelum dan sesudah

Penjelasan lain yang memungkinkan adalah penulis Kitab Suci biasanya menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan sebelumnya. Contohnya, Hawa disebut tulang Adam (Kejadian 2:23). Tongkat Harun dikatakan menelan “tongkat-tongkat” para ahli sihir, bahkan tongkat-tongkat itu semua adalah ular (Keluaran 7:12).  Anggur mukjizat di Kana disebut “air yang telah menjadi anggur” (Yohanes 2:9).

Prinsip ini menggambarkan sesuati berdasarkan keadaan sebelumnya dan dapat berfungsi sebagai alasan yang masuk akal mengapa Yesus menggambarkan darah-Nya sebagai anggur. Yesus hanya merujuk anggur berdasarkan keadaan yang sebelumnya. St. Paulus melakukan hal yang sama ketika dia menyebut Ekaristi sebagai “roti” (1 Korintus 11:26).

Kita dapat mengakui bahwa ada suatu misteri tentang apa yang sebenarnya Yesus maksud ketika Ia berbicara tidak minum dari hasil pokok anggur sampai waktu yang akan datang. Apakah Ia merujuk kepada perjamuan eskatologis (Yesaya 25:6-8; Wahyu 14:36)? Apakah Ia merujuk pada cawan penderitaan yang akan Ia minum di kayu salib (Markus 10:38-39, 14:36)? Mungkin Ia merujuk keduanya, karena dua hal itu berkaitan.

Terlepas dari misteri itu, satu hal yang kita tahu bahwa kata-kata itu tidak menyangkal kepercayaan Katolik tentang Ekaristi. Orang Protestan yang keberatan dengan Ekaristi seolah-olah mengembalikan anak panah ini ke dalam kantungnya.

 

Catatan kaki:

[1] Eusebius, Church History 3:39:14-15; dengan penekanan

 

Sumber: “The ‘Fruit-of-the-Vine’ Objection”

Advertisement

Posted on 18 March 2020, in Apologetika, Ekaristi and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: