[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Hubungan Tulisan Paulus dengan Naskah Laut Mati – Tentang Melakukan Hukum Taurat
Oleh Dr. John Bergsma

Saint Paul Writing His Epistles karya Valentin de Boulogne (Sumber: wikipedia.org)
Apakah ada hubungan antara Paulus dengan Naskah Laut Mati? Paulus itu seorang Farisi, apa yang dilakukan seorang Farisi terhadap Naskah kaum Eseni? Naskah Laut Mati menjelaskan banyak aspek dari tulisan Paulus, di sini setidaknya saya akan membicarakan dua aspek saja. Dua aspek itu adalah Siteriologi Paulus (doktrin tentang Keselamatan) dan juga Eklesiologi (doktrin tentang Gereja). Apa yang Paulus katakan mengenai bagaimana kita diselamatkan dan apa yang ia katakan mengenai Gereja, keduanya semakin diperkaya ketika kita membandingkan apa yang ia katakan dengan apa yang kita lihat di Naskah Laut Mati.
Pertama-tama, mari kita bicara mengenai Siteriologi Paulus. Dalam Galatia 2:16 tertulis:
Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat (works of the law), tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: “tidak ada seorangpun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum Taurat.
Tiga kali kita menemukan frasa “melakukan hukum Taurat/works of the law.” Apa itu “melakukan hukum Taurat” atau dalam kata benda kita sebut “perbuatan menurut hukum Taurat”? Ini menjadi masalah besar perdebatan antara Katolik dan Protestan, dan hal ini menjadi salah satu topik dalam Reformasi. Posisi Protestan, atau setidaknya pandangan Martin Luther, frasa Paulus “melakukan hukum Taurat” mengacu pada “perbuatan baik.” Memang, setiap usaha manusia untuk mematuhi Allah, itulah semua sebagai “perbuatan menurut hukum Taurat.” Membantu orang tua menyebrang jalan, merawat anak-anak yang sakit, itu semua adalah “perbuatan menurut hukum Taurat.” Secara tradisional apa yang dikatakan orang Katolik akan kembali mengacu pada para Bapa Gereja, terutama seperti yang dirangkum oleh Thomas Aquinas dalam komentarnya pada surat kepada jemaat di Roma dan Galatia dalam Summa Theologiae, “melakukan hukum Taurat” berarti ketaatan pada Perjanjian Lama, Perjanjian Lama Musa, secara khusus ritualnya.
Seperti yang kita ketahui, Thomas Aquinas membagi Hukum Musa menjadi tiga kategori, yakni hukum moral (yang mengikat selamanya), hukum sipil (untuk pemerintah bangsa Israel, bagi masyarakat sipil mereka, dan hukum nasional mereka), dan yang terakhir adalah hukum seremonial. Ketika Aquinas merujuk “perbuatan menurut hukum Taurat” yang dibicarakan oleh Paulus, maka hal itu merujuk pada hukum seremonial. Anda tidak dibenarkan Allah dengan ritual mencuci tangan, kurban binatang dan memercikkan darah, yang semua itu adalah bagian dari Perjanjian Lama. Sekarang di dalam Kristus, Kristus menguduskan Anda melalui pembaptisan. Kristus akan membenarkan Anda dengan baptisan dan iman, dan itulah sakramen-sakramen dalam Perjanjian Baru. Itulah perdebatan yang terjadi antara Protestan dan Katolik mengenai “perbuatan menurut hukum Taurat” yang berlangsung sejak zaman Reformasi.
Maju ke tahun 1947 atau sekitar 400 tahun setelah reformasi. Kita menemukan adanya Naskah Laut Mati. Dalam Naskah Laut Mati itu ada sebuah dokumen yang kita sebut 4QMMT, “4Q” adalah gua keempat di Qumran, dan “MMT” adalah akromin frasa yang indah yang disebut Miqsat Ma’ase ha-Torah yang pada dasarnya berarti “mengenai melakukan hukum Taurat” (sekali lagi ini adalah judul yang kami berikan, tidak harus nama dokumen yang pernah digunakan oleh orang Qumran). Kadang-kadang frasa bahasa Ibrani itu diterjemahkan menjadi “ajaran dari melakukan hukum Taurat.”
Apa yang ada dalam dokumen itu? Itulah surat dari orang Eseni kepada orang Farisi mengenai ritual pembersihan. Dan kemungkinan surat itu ditulis oleh pimpinan biara Qumran kepada orang Farisi di Yerusalem. Sikap yang ditunjukkan dalam surat itu kira-kira begini, “Hai kalian orang Farisi, kalian orang baik. Kalian bermaksud baik. Kalian tetap memelihara hukum Taurat. Tapi penafsiran mengenai hukum Taurat itu gila. Tapi, tidak apa-apa. Sekarang dengarkan saja apa yang harus kami katakan, dan jika kalian mendengarkan apa yang harus kami katakan dan membersihkan tindakan kalian, maka kalian juga bisa diselamatkan. Kami orang Eseni, karena kebaikan hati kami ingin membantu kalian, orang Farisi, supaya mengerti bagaimana menaati Hukum Musa, karena kalian memiliki banyak hal yang benar-benar kacau, tapi kami tahu sebenarnya kalian bermaksud baik.”
Dalam 4QMMT, hanya satu-satunya yang menggunakan frasa “melakukan hukum Taurat” dalam literatur kuno di luar tulisan Paulus. Anda mungkin berpikir, “Saya akan mencari dokumen Yunani dan Ibrani kuno, dan mungkin Anda akan menemukan “melakukan hukum Taurat” di dalamnya.” Tidak, “melakukan hukum Taurat” hanya ada di tulisan Paulus dan 4QMMT. Hal ini menjadi sangat menarik, dan ini menjadi satu-satunya penggunaan frasa itu di luar tulisan Paulus. Maka konteks apa yang mereka gunakan? Dan apa artinya ketika mereka menggunakan frasa “melakukan hukum Taurat”?
Inilah penutup surat 4QMMT yang menggunakan frasa itu tertulis demikian:
Sekarang, kami telah menulis kepada kalian mengenai beberapa perbuatan menurut hukum Taurat (works of the Law) yang menurut kami akan bermanfaat bagi kalian dan masyarakat kalian …
Yang dimaksud di atas adalah tulisan orang Eseni kepada orang Farisi.
… karena kami telah melihat kalian memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai hukum Taurat.
Yang artinya adalah kalian tahu dengan baik dan melakukannya dengan baik, kami hanya ingin membantu sedikit.
Pahami semua hal ini dan mohonlah kepada-Nya untuk meluruskan nasihat kalian dan menjauhkan kalian dari pikiran jahat dan anjuran Belial.
Yang merupakan tafsiran buruk dari Hukum Musa.
Maka kalian akan bersukacita di akhir zaman ketika kalian menemukan inti dari pekataan kami adalah benar.
Lakukan apa yang kami katakan dan kalian akan diberikan ganjaran di akhirat dan kalian akan melihat bahwa hal itu benar sepanjang waktu.
Dan hal itu akan dipehitungkan bagimu sebagai kebenaran, dan karena kalian telah melakukan apa yang benar dan baik di hadapan-Nya, demi keuntungan kalian sendiri dan demi Israel.
Apakah Anda mengenali ungkapan itu? Ya, dari tulisan Paulus kan? Lagi-lagi satu-satunya frasa itu tertulis di luar tulisan Paulus, dan kita menemukan frase semacam ini juga. Jadi jika kita melihat surat ini yang berisi tentang “perbuatan menurut hukum Taurat” dan telah diperhitungkan sebagai yang benar di hadapan Allah, dan kadang-kadang diterjemahkan menjadi “dibenarkan di hadapan Allah.”
Apa saja perbuatan menurut hukum Taurat dalam 4QMMT? Berikut ini beberapa hal mengenai itu:
- Kebersihan cairan yang dituangkan dari satu wadah ke wadah lainnya.
- Masalah kenajisan tulang belulang dan kulit binatang.
- Apakah anjing boleh berada di Yerusalem. (Sangat tidak boleh. Anda tidak boleh punya anjing di Yerusalem. Apa yang dimakan anjing dan berada di mana anjing itu? Anjing akan keluar dan memakan binatang mati, dan berjalan-jalan di kota dan menajiskan semua yang disentuh anjing itu, jalan itu menjadi najis, rumah menjadi najis. Maka Anda tidak boleh memiliki anjing di Yerusalem, karena Yerusalem itu kota suci.)
- Penyakit kulit
- Menjauhkan diri dari bangsa bukan Yahudi. (Anda tidak bisa menyentuh orang bukan Yahudi, bahkan gandum yang mereka panen tidak diperbolehkan digunakan di Bait Suci. Jika seorang bukan Yahudi datang dan membawakan gandum bagi kalian, dan jika Anda membeli gandum darinya, maka Anda tidak bisa menggunakan gandum dari bangsa bukan Yahudi di Bait Suci. Apa yang dimaksud di atas? Kebaikan kah, bukan itulah jalan Belial.)
- Buta dan Anda harus mencegah mereka yang buta dan tuli masuk ke Bait Suci. (Apa yang Anda ingat mengenai hal ini? Apa yang Yesus selau lakukan? Ya, menyembuhkan mereka yang buta dan tuli. Anda tahu apa inti dari semua itu? Itulah penyembahan. Bukan hanya mereka yang dapat mendengar dan melihat atau mereka yang sehat saja, tapi ketika mereka disembuhkan mereka bisa bersekutu bersama Tuhan di Bait Suci. Itulah tujuan akhir (dalam bahasa Yunani adalah telos) liturgis yang mana kita itu diciptakan. Kita bukan Homo Sapiens tapi kita adalah Homo Religiosus. Kita diciptakan untuk menyembah-Nya. Dan mukzijat-mukjizat Yesus sebagai telos bagi mereka, untuk memulihkan orang-orang supaya bersekutu kembali dengan Allah, khususnya penyembahan. Jadi, karena Yesus masih berkarya, masih berada di bawah Perjanjian Lama. Ia berkeliling dan berkata, “Kamu sudah sembuh.” Apa yang bisa Anda lakukan sekarang? Anda bukan seorang penderita kusta lagi, Anda sekarang tidak tuli lagi, Anda sekarang bukan seorang buta lagi. Apa yang Anda bisa lakukan? Anda sekarang bisa bersekutu lagi dengan Allah di Bait Suci.)
Orang Eseni itu seperti orang yang tidak diperkenankan masuk ke Bait Suci. Mari kita membicarakan satu hal ini, yaitu kebersihan cairan yang dituangkan dari satu wadah ke wadah lainnya. Semua itu tentang apa? Hukum Musa mempunyai aturan yang sangat ketat tentang kemurnian makanan, dan kemudian masalah itu muncul, “Bagaimana jika Anda punya cangkir yang najis dan Anda punya satu bejana susu atau air, dan Anda menuangkan air itu ke dalam cangkir yang najis. Bejana itu bersih, dan cangkirnya najis, apakah kenajisan itu berpindah dari bawah ke atas melalui kucuran cairan itu menuju ke bejana, atau kenajisannya tetap berada di cangkir?” Orang Farisi berkata, “Tidak bisa kenajisan naik ke atas, maka yang najis itu tetap di cangkirnya.” Dan orang Eseni berkata, “Hai! Kenajisan itu mudah sekali naik ke atas. Hal ini konyol! Itulah jalan si Belial. Itulah jalan menuju kebinasaan. Kalian mengikuti jejak Iblis karena kalian [orang Farisi] suka menuangkan cairan yang bersih ke cangkir yang najis. Dan kalian pikir bejananya tetap bersih, namun sebenarnya itu najis dan seluruh dapur kalian itu menjadi najis karena kalian suka berkeliling dan menuangkannya ke wadah lain dan kemudian bersama-sama mencucinya. Hal itu sangat buruk”
Itulah yang menjadi kekhawatiran orang Eseni. Perhatikan apa yang tidak bisa Anda lihat di daftar “perbuatan menurut hukum Taurat”: berderma kepada mereka yang miskin, membantu sesama yang berkesusahan, merawat janda dan anak yatim piatu. Semua yang kita anggap sebagai karya belas kasih, amal kasih, aspek hukum moral, kenyataannya bukan itu yang mereka pikirkan tentang “perbuatan menurut hukum Taurat.” Semua hal itu tidak abadi karena masalah kultus kebersihan, dan itulah konteks mengenai penggunaan frasa itu.
Apa dampaknya? Dampaknya adalah posisi Katolik tampaknya dibenarkan. “Perbuatan menurut hukum Taurat” hanya ada di satu dokumen lain di luar tulisan Paulus, dan tampaknya menjadi ungkapan mengenai tata cara kultus dan ritual dalam Hukum Musa, bukan merujuk pada perbuatan baik secara umum. Dan “perbuatan baik secara umum” yang dipetik Luther dan para reformator lainnya dari frasa itu. Dan Naskah Laut Mati tampaknya menegaskan intuisi St. Thomas Aquinas mengenai apa yang dibicarakan Paulus dalam ayat-ayat itu.
Sumber: “The Dead Sea Scrolls: Paul and the Works of the Law”
Posted on 16 May 2020, in Kenali Imanmu, Kitab Suci and tagged John Bergsma, Naskah Laut Mati, St. Paulus, Taurat. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0