[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Apakah Maria Dikandung Tanpa Noda itu Alkitabiah?
Oleh Dr. Edward Sri

The Virgin Mary karya Giovanni Battista Salvi (Sumber: edwardsri.com)
Apakah “Maria Dikandung Tanpa Noda” adalah salah satu contoh kalau umat Katolik itu melebih-lebihkan peran Maria, dan menjadikannya setara dengan Yesus?
Dari luar, beberapa orang mungkin memandang doktrin Katolik tentang Maria dengan cara seperti ini: Yesus adalah raja, jadi orang Katolik menjadikan Maria sebagai ratu. Yesus naik ke surga, jadi orang Katolik mengatakan bahwa Maria diangkat ke surga. Yesus sama seperti kita dalam segala hak kecuali dalam dosa, maka orang Katolik membentuk “Dikandung Tanpa Noda” untuk membuat Maria juga tidak tersentuh oleh dosa.
Tapi “Dikandung Tanpa Noda” itu semuanya tentang Yesus. Faktanya, segala sesuatu yang umat Katolik percaya tentang Maria itu bukan berpusat pada Maria sendiri, namun untuk membantu kita lebih memahami dan mengasihi Yesus.
Dan secara khusus dalam hal “Dikandung Tanpa Noda.” Allah tidak menjadikan Maria “penuh rahmat” bagi Maria sendiri, namun untuk mempersiapkannya bagi Anak yang akan tinggal di dalam rahimnya. Doktrin ini membantu kita untuk memahami misteri Sang Putra dengan lebih baik. Hal itu ditunjukkan dengan bagaimana anak yang dalam kandungannya itu bukanlah anak manusia biasa, tetapi Putra Allah yang Ilahi.
Dan betapa pantasnya bahwa Allah yang Maha Kudus akan berdiam dalam diri seorang wanita yang benar-benar menjadi bejana yang murni, tabernakel yang tak bernoda, bait kudus untuk kehadiran ilahi yang akan dia bawa dalam rahimnya!
Tapi apakah ada dasar Kitab Suci untuk doktrin ini?
Di mana ayatnya dalam Alkitab?
Luangkan waktu sejenak dan bayangkan kehidupan yang sunyi dari seorang wanita muda Yahudi yang dari penampilan luarnya tampak biasa saja. Dia seorang perawan yang bertunangan dengan seorang pria yang bernama Yusuf, dan dia mungkin berada di awal masa remaja. Dia tinggal di desa kecil yang kurang diperhitungkan yang bernama Nazaret. Namanya Maria.
Tiba-tiba, di tengah-tengah rutinitas kehidupannya yang sederhana, seorang malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berkata, “Salam, hai engkau yang dikaruniai (full of grace/penuh rahmat –red.), Tuhan menyertai engkau!” (Lukas 1:28).
Tidak pernah seorang malaikat yang pernah menyapa siapa pun dengan bahasa yang begitu agung. Gabriel memanggil Maria bukan dengan nama pribadinya tetapi dengan gelarnya, “penuh rahmat.” Seperti yang dikatakan St. Yohanes Paulus II yang pernah mengomentari bahwa “’penuh rahmat’ adalah nama yang dimiliki Maria di mata Allah.”
Nama Baru Maria
Dalam bahasa Yunani, kata yang biasa diterjemahkan menjadi “yang dikaruniai/penuh rahmat” (kecharitomene) menunjukkan bahwa Maria sudah dipenuhi anugerah keselamatan Allah. Sungguh, Allah sudah mempersiapkan Maria untuk saat yang menentukan ini. Memilihnya sejak permulaan waktu untuk menjadi ibu Sang Juruselamat, Maria sudah dibentuk Allah menjadi tempat kudus yang murni dan tak bernoda di mana Putra-Nya akan tinggal. Putra Allah yang kudus akan masuk ke dalam dunia melalui rahim seorang wanita yang “penuh rahmat.”
Wahyu Alkitab mengenai rahmat Maria yang unik ini memberikan pencerahan penting tentang doktrin Maria yang Dikandung Tanpa Noda, yang dirayakan pada tanggal 8 Desember. Menurut doktrin ini, Maria dikandung tanpa dosa asal, penuh rahmat, penuh dengan kehidupan Allah yang diam dalam dirinya.
Sementara itu kata “penuh rahmat” tidak menyatakan bahwa Maria mulai ditetapkan sebagai yang Dikandung Tanpa Noda (kata itu sendiri tidak bermakna, “engkau yang telah dikandung penuh rahmat”), kata itu memberi tahu kita bahwa Maria sudah memiliki anugerah mendalam yang bekerja sebelum Malaikat Gabriel menampakkan diri kepadanya. Kata itu bisa diterjemahkan, “engkau yang telah dan seterusnya dirahmati.”
Maria Sudah Dirahmati
Meskipun dalam beberapa Alkitab kata ini diterjamahkan sebagai “yang dikaruniai,” namun sebenarnya menunjukkan lebih dari cara Allah memandang Maria secara khusus. Dalam satu-satunya contoh lain ketika Perjanjian Baru menggunakan kata yang langka ini, maka hal ini menunjukkan transformasi batin yang mendalam yang telah terjadi dalam jiwa manusia.
Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya (echaritōsen) kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian (Efesus 1:5-8).
Perhatikan dampaknya terhadap orang-orang Kristen di Efesus yang dikaruniai. Mereka digambarkan memiliki “penebusan” dan “pengampunan dosa” (1:6-7). Memang, kata itu dikaitkan dengan kuasa kasih karunia yang menyelamatkan yang menyebabkan orang Kristen diangkat menjadi anak-anak Allah yang telah ditebus dan diampuni dosanya.
Dengan disebut kecharitomene, Maria digambarkan sebagai seseorang yang sudah mengalami anugerah yang sama seperti orang-orang Kristen dalam Efesus 1:6, yaitu seseorang yang telah menerima pengampunan dosa dan penebusan dan sudah menjadi anak Allah. Tidak heran jika dalam bacaan Misa Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda berasal dari perikop dalam Efesus 1!
Tidakkah Maria Perlu Keselamatan?
Namun, beberapa orang mungkin bertanya bagaimana Maria dapat terhindar dari dampak dosa asal. Bukankah dia manusia? Apakah dia tidak perlu keselamatan seperti orang lain?
Maria sepenuhnya tergantung akan karya keselamatan Kristus. Namun ada dua cara seseorang bisa diselamatkan. Seseorang bisa diselamatkan dari bencana besar, baik dengan diselamatkan dari bencana itu atau sejak awal dicegah untuk tidak terkena bencana. Jika putri saya yang tidak bisa berenang dan dia jatuh ke kolam renang, saya bisa melompat dan menyelamatkannya. Namun jika saya melihat dia sedang bersandar di kolam renang dan akan jatuh, saya bisa menangkapnya sebelum dia tercebur ke air. Dalam kedua kasus itu, putri saya diselamatkan oleh ayahnya.
Hal serupa berlaku dengan bagaimana Bapa Surgawi dapat menyelamatkan orang-orang dari dosanya. Ia menyelamatkan. Ia menyelamatkan keluarga manusia setelah kita memasuki dunia ini tanpa kehidupan Allah, yang terluka oleh dosa asal. Namun Ia dapat menyelamatkan seorang individu sebelum terluka oleh dosa asal, dengan memenuhinya dengan hidup-Nya sejak pembuahannya, dengan menciptakannya sebagai “penuh rahmat.” Dan itulah yang sudah Gereja lihat selama berabad-abad dalam diri wanita dari Nazaret ini, bahwa memang dia dikandung “penuh rahmat” untuk mempersiapkan dirinya sebagai tempat kudus bagi Putra Allah.
Artikel ini berdasarkan buku terbaru Edward Sri yang yang membahas setiap referensi dalam Perjanjian Baru tentang Maria, buku itu berjudul “Rethinking Mary in the New Testament: What the Bible Tells Us about the Mother of the Messiah.”
Posted on 19 May 2020, in Apologetika and tagged Edward Sri, Imakulata, Malaikat Agung Gabriel, Maria, St. Yohanes Paulus II, Yesus Kristus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0