[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Apakah Iblis itu Hanya Mitos?
Oleh Romo Vincent Lampert

Temptation of Christ (Sumber: stpaulcenter.com)
Kepercayaan akan eksistensi dan aktivitas para malaikat dan setan adalah fakta religius umum dalam berbagai tradisi budaya. Pada saat yang sama, ada banyak orang yang menolak gagasan tentang makhluk-makhluk rohani dan eksitensi malaikat dan setan. Selain itu bersamaan dengan adanya eksorsisme (pengusiran setan) dan kerasukan setan, hal itu dianggap muncul dari cara pandang dunia primitif dan kuno, juga dianggap sebagai peninggalan dari zaman Kristus, suatu kemunduran ke Abad Pertengahan, atau dipandang sebagai masalah kesehatan mental yang tidak dipahami dengan baik.
Sebagian besar orang pada zaman ini, termasuk juga umat beriman sendiri, membicarakan tentang keberadaan setan adalah suatu hal yang memalukan. Bagi orang-orang ini, kejahatan adalah sesuatu yang dibuat oleh orang itu sendiri. Mereka percaya kalau hal itu tidak lebih dari sikap yang tidak manusiawi terhadap satu sama lain. Ada juga orang yang melihatnya dari sudut pandang ilmiah murni yang mengatakan bahwa “melihat berarti percaya.” Namun bagi orang beriman, kita melihat dari sudut pandang yang berbeda yaitu, “percaya berarti melihat.” Dasar dari apa yang kita percaya ini berasal dari Kitab Suci dan di sepanjang kisah Alkitab ada banyak tulisan mengenai upaya setan untuk menggagalkan kedatangan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, dengan menegaskan keberadaan setan, Gereja tetap setia pada Alkitab.
Setelah Konsili Vatikan II (1962-1965), eksistensi malaikat dan setan benar-benar dipertanyakan. Dengan terjadinya sekularisasi di masyarakat, pemikiran umum bahwa jika seseorang tidak menerima beberapa aspek spiritual, maka hal itu tidak benar atau tidak relevan. Dan menariknya, Konsili Vatikan II memberi petunjuk lebih banyak mengenai setan dalam dokumen-dokumen besar seperti Lumen Gentium, Gaudium et Spes, Ad Gentes, dan Sacrosanctum Concilium.
Memang, dalam Tradisi Katolik, Kitab Suci dan Magisterium Gereja secara konsisten menegaskan kebenaran akan eksistensi malaikat dan setan. Katekismus Gereja Katolik dalam artikel 327 menyatakan “Allah mengadakan pada awal segala waktu sekaligus dua ciptaan dari ketidakadaan, yang rohani dan yang jasmani, yaitu malaikat dan dunia: dan sesudah itu yang manusiawi, yang boleh dikatakan sekaligus terdiri dari roh dan badan [Konsili Lateran IV (1215): DS 800; lih. DS 3002 dan Paulus VI, Solemni Hac Liturgia § 8]). Misteri pribadi manusia terkait dengan para makhluk rohani ini (malaikat). Para malaikat adalah realitas yang trensenden yang membuat kita manusia tahu bahwa kita tidak sendirian di alam semesta ini. Kepercayaan kita akan adanya malaikat dan setan membantu kita untuk bertumbuh dalam pengetahuan akan Allah, keagungan dan kekuasaan-Nya, dan besarnya kasih yang Ia miliki untuk pribadi manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya.
Kitab Suci memberi kita banyak bukti tentang eksistensi setan. Tema utama Perjanjian Baru adalah pertentangan antara Kerajaan Allah dengan Kerajaan Iblis. Nama Yesus bermakna “Allah menyelamatkan.” Juga gelar tradisional Yesus sebagai Sang Juruselamat atau Sang Penebus mengingatkan kita bahwa Yesus menyelamatkan dan menolong kita dari bahaya yang sebenarnya, yaitu dari sesuatu yang jahat. Salah satu alasan utama Yesus menjadi manusia adalah untuk membebaskan kita dari pengaruh setan. Memang, salah satu pelayanan yang Yesus lakukan adalah eksorsisme. Kita bisa membacanya dalam Surat Pertama Yohanes, “Untuk inilah Putera Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan setan itu (1 Yohanes 3:18). St. Paulus dalam tulisannya kepada gereja di Efesus berkata, “Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Efesus 6:12). Dalam Kisah Para Rasul 10:38 kita bisa membaca, “Bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai setan, sebab Allah menyertai Dia.”
Perikop-perikop itu dengan jelas menggambarkan kenyataan bahwa dunia yang Yesus hadapi dipenuhi dengan setan, dan Ia datang untuk mengusir setan. Yesus memberikan kuasa mengusir setan kepada para murid-Nya ketika Ia mengutus mereka, Ia “memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan (Matius 10:1).”
Ada pendapat dari orang banyak yang berkata bahwa Yesus tahu kalau orang-orang yang Ia jumpai itu tidak benar-benar dirasuki dan Ia hanya mengikuti perasaan pada hari itu kalau setan itu nyata. Mengenai hal ini, jika kita membaca Kitab Suci lebih sering. Yesus membuat perbedaan yang jelas antara roh jahat dan sakit penyakit, maka kita juga sudah sepantasnya membuat perbedaan mengenai realitas makhluk spiritual ini.
Sebenarnya, konfrontasi dengan setan adalah tema umum di sepanjang kehidupan Yesus. Jika kita tidak menerima realitas setan, mengapa kita menerima sesuatu dari Injil? Yesus tidak memberi tahu kita kalau setan itu sekadar kiasan untuk menggambarkan kejahatan atau takhayul. Melalui pelayanan-Nya, Ia memberi tahu kita bahwa setan itu nyata. Dan memang demikian, karya Yesus tidak dapat dipahami tanpa realitas setan. Terus terang saja, setan itu nyata, dan eksistensinya adalah masalah iman.
Romo Vincent Lampert adalah Pastor Paroki St. Michael dan Paroki St. Peter di Brookville, Indiana. Pada tahun 2005, ia ditunjuk menjadi seorang eksorsis untuk Keuskupan Agung Indianapolis. Ia menerima pelatihan di Roma dan juga anggota International Association of Exorcists. Ia juga penulis buku yang berjudul “Exorcism: The Battle Against Satan and His Demons.”
Sumber: “Is Satan a Myth?”
Posted on 21 October 2020, in Kenali Imanmu and tagged Dunia Roh. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0