[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
4 Langkah Mengampuni dari Seorang Eksorsis
Oleh Bret Thoman, OFS.

Ilustrasi Mengampuni (Sumber: shutterstock.com dan aleteia.org)
Mengampuni bukanlah langkah yang mudah, tetapi akan membawa menuju kebebasan
Menurut Romo Jim Blount, kadang-kadang ada realitas spiritual di pekerjaan kita yang menghambat kita. Romo Blount adalah seorang eksorsis, yang mengabdikan dirinya dalam pelayanan penyembuhan dan pembebasan. Kadang-kadang keinginan untuk mengampuni itu tidak lengkap. Kadang-kadang ada roh untuk tidak mengampuni dalam keluarga. Dalam kasus-kasus seperti itu, kita perlu memohon rahmat Allah untuk mau mengampuni, memohon kekuatan dan kasih supaya kita mau mengampuni.
Tapi kita bisa bekerja sama dengan kasih karunia Allah dalam proses mengampuni. Oleh karena itu, Romo Jim merekomendasikan 4 langkah mengampuni ini supaya kita bisa mengampuni seutuhnya, sepenuhnya dengan cara yang kudus:
1. Bertindak dalam niat
Langkah pertama memerlukan niat. Pengampunan dimulai dengan tindakan niat. Artinya, kita memilih dengan bebas untuk mengampuni.
Pengampunan bukan berdasarkan pada perasaan atau emosi, melainkan keputusan. Kita punya berbagai macam perasaan atau pikiran, tetapi niat kita yang menentukan pengampunan. Ini merupakan keputusan untuk melakukan sesuatu, berkomitmen untuk melepaskan masa lalu. Pikiran dan emosi membantu kita sampai pada keputusan yang tepat, tetapi pada akhirnya keputusan kitalah yang menentukan hidup kita.
Kita membuat keputusan untuk mengampuni melalui kasih karunia Yesus Kristus. Kita melakukan seperti yang Ia katakan dalam doa Bapa Kami, “Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.” Jika kita tidak memiliki belas kasih kepada orang lain, sama saja kita menghambat belas kasih yang Ia janjikan bagi kita.
Sama seperti Kristus mengampuni para penyesah di kayu salib, kita mengampuni mereka yang sudah menyakiti kita. Kita mampu mengampuni siapa pun: orang tua dan anggota keluarga lainnya, para presbiter, para guru, atau siapa pun juga yang pernah melukai kita, tapi hanya melalui kasih karunia yang ditawarkan Yesus dan juga dengan komitmen niat yang teguh.
Memutuskan untuk mengampuni, buatlah tindakan niat dengan doa ini: “Aku mengampunimu, [Nama], dalam Nama Yesus Kristus, sekarang dan selama-lamanya.”
2. Mengucap berkat untuk mereka yang menganiaya Anda
Langkah kedua, kita memberkati mereka yang menyakiti kita. Di sini kita membalas berkat atas kutukan yang kita terima sebelumnya. Orang Kristen tidak pernah membalas kutukan dengan kutukan lagi, sebaliknya kita membalasnya dengan berkat.
Mungkin saya orang yang melukai saya mengucapkan kutukan kepada saya, ini dikenal sebagai “sumpah serapah.” Sumpah serapah bisa sangat kuat. Setiap kali seseorang yang punya kuasa mengucapkan sumpah serapah, maka itu berbahaya: ibu, ayah, suami, atau kakak. Ini juga bisa berlaku untuk penguasa atau guru. Mereka yang punya kuasa harus menggunakan bibirnya untuk mengucapkan berkat, tetapi jika mereka malah mengutuk, maka itu perbuatan keji. Kita harus membalikkannya. Dan kita melakukannya dengan mengucap berkat bagi mereka.
Hal ini merupakan Langkah terpenting untuk mengampuni. Amarah dan kebencian dari luka batin kita bisa hilang karena tindakan berkat kita. Berkat bisa mencairkan hati yang beku. Berkat bisa melepaskan racun. Berkat bisa menyembuhkan hati.
Berkat yang kita berikan hendaknya kaya dan melimpah. Dengan memberkati seseorang, kita menyatakan bahwa kita ingin supaya mereka semua sebagaimana Allah menginginkan mereka. Berkat adalah ungkapan bahwa jiwa lain harus mengetahui kasih Allah yang tak terbatas dan harus menerima belas kasih Allah. Lagipula, St. Paulus mengajar, “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu” (Roma 12:14).
Sekalipun dosa yang dilakukan terhadap kita iitu sangat buruk, kita ingin dosa itu diampuni dan orang itu bisa beroleh berkat. Kita ingin orang yang melukai kita bisa disembuhkan dan dipulihkan. Jadi orang Kristen berdoa bagi mereka yang sudah menyinggung perasaan kita dan kita mengungkapkan keinginan kita supaya mereka beroleh sukacita dalam kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang. Kita memohon kepada Allah supaya membuat mereka benar-benar Bahagia dan memberikan apa pun yang mereka perlukan supaya bisa bahagia dan dipenuhi.
Mungkin orang yang menyakiti kita punya penderitaannya sendiri. Jika demikian, kita meminta mereka untuk disembuhkan. Mungkin juga kalau mereka menderita karena berbagai hal seperti alkoholisme atau kecanduan lainnya. Mungkin mereka juga disakiti dan diri mereka perlu penyembuhan. Maka kita mendoakan mereka supaya mereka dibebaskan dari sakit penyakit.
Pada langkah ini, pengampunan sejati mulai mengalir. Sekarang sesudah saya memaafkan orang yang menyakiti saya, saya mulai melihat segala sesuatu dengan cara yang baru.
Untuk memberkati seseorang, buatlah tindakan niat dengan doa ini: “Aku memberkatimu, [Nama] dengan berkelimpahan, dalam nama Yesus Kristus, sekarang dan selama-lamanya.”
3. Bersyukurlah senantiasa
Langkah selanjutnya ini sulit. Maka diperlukan kedewasaan, suatu panggilan menuju kekudusan. Ini merupakan langkah suci karena mengharuskan kita untuk melihat segala sesuatu sebagai sahabat Allah yaitu para kudus, memandang sesuatu.
Pada langkah ketiga, saya mulai menemukan Kristus meskipun Ia menderita luka-luka. Kita mulai dengan mengingat bahwa kehendak Allah yang kudus bersifat kausatif dan permisif. Allah adalah penyebab segala sesuatu yang baik dalam hidup saya ketika Ia membawakan berkat ke dalam hidup saya. Di lain waktu, Ia juga permisif, membiarkan hal-hal buruk terjadi. Mungkin Allah mengizinkan saya terluka.
Allah menggunakan luka-luka saya dan rasa sakit saya untuk mengajarkan saya tentang kerendahan hati dan hanya bergantung pada-Nya saja. Melalui mereka, saya berpaling kepada-Nya dan Ia menyembuhkan saya. Dengan demikian, meskipun luka saya bukan disebabkan oleh Allah, tapi Allah bisa mengubahnya menjadi obat bagi saya. Kita bisa bersyukur karena orang yang menganiaya kita karena penganiaya sudah menyadarkan kita akan kebaikan Allah. Melalui penderitaan saya, saya sudah belajar banyak tentang amal kasih, kodrat sejati dari jenis kasih yang terdalam. Dengan perspektif ini, kita bisa meulai bersyukur kepada Allah atas luka-luka kita. Dengan anugerah kesembuhan Allah, kita bisa mengenali dengan baik justru melalui luka-luka kita, kita bisa menemukan keselamatan. Untuk alasan ini, kita bisa memahami kekayaan dari apa yang St. Paulus ajarkan ketika ia berkata, “Mengucap syukurlah dalam segala hal” (1 Tesalonika 5:18).
Meskipun kita tidak pernah meminta penganiayaan dan luka, melalui itu bisa menjadi saluran rahmat bagi kita yang baik dan berlimpah. Kitab Suci berkata, “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:24).
St. Teresa dari Avila berkata, “Satu-satunya hal yang akan kita syukuri ketika kita masuk ke Surga adalah salib-salib kita.” St. Rosa dari Lima mengatakan hal serupa, “Selain salib, tidak ada tangga lain yang bisa digunakan untuk mencapai Surga.”
Tuhan kita mengajarkan untuk memberikan pipi yang lainnya. Meskipun luka-luka kita sangat mengerikan, tapi bisa dimuliakan oleh Kristus. Bagaimanapun, di surga luka-luka penyaliban Kristus tidak dihapuskan. Tapi digunakan sebagai menifestasi kemuliaan Allah, karena luka menjadi sarana para rasul untuk dapat mengenali Tuhan dan percaya.
Oleh karena itu, kita harus meminta rahmat untuk bersyukur atas luka-luka kibat penderitaan hidup karena melalui itu bisa memampukan kita menuju penyembuhan kita. Dan kita bisa berterima kasih atas mereka yang sudah menyinggung kita dalam doa, karena sudah menjadi alat Allah yang bekerja untuk pengudusan kita.
Bersyukur kepada Allah, lakukanlah tindakan atas niat ini dalam doa: “Aku bersyukur kepada Tuhan, dan aku bersyukur atas [Nama] untuk luka-luka yang disembuhkan.”
4. Memuji Tuhan
Pada langkah keempat dan terakhir dari pengampunan, kita bisa langsung memuji Allah. Di sini kita mengalihkan pikiran kita ke kuasa yang mulia dari kerajaan surgawi Allah, sujud di hadirat Allah untuk memuliakan-Nya atas semua yang telah Ia berikan kepada kita.
Kita mengakui Tuhan kita sebagai sumber seluruh hidup kita. Allah adalah Tabib Ilahi yang penuh kasih, yang demi kebaikan dan keselamatan kekal kita, bersedia datang untuk membantu kita di tengah dosa dan penderitaan.
Kenyataannya, seperti yang dikatakan dalam Kitab Suci, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Bapa begitu merindukan penebusan dunia yang telah Ia ciptakan, maka Ia mengutus putra-Nya untuk menderita dan wafat sehingga kita bisa beroleh kebaikan dan kasih Allah yang paling dalam. Terhubung dengan penderitaan Kristus, luka-luka kita bisa menjadi anugerah besar yang membuka kita terhadap hidup, kasih, dan keselamatan dari Allah.
Oleh karena itu, kita memuji dan bersyukur kepada Allah Yang Mahakuasa atas semua luka dan penderitaan kita. Dalam kebijaksanaan-Nya yang sempurna, Ia sudah merancang segala sesuatu untuk kebaikan saya, sekarang dan selama-lamanya.
Dengan memuji-Nya, kita mengembalikan segala diri kita dan semua penderitaan yang kita alami kepada Allah, Sang Sumber segala yang baik dalam hidup kita. Maka, Langkah ini menyempurnakan pengampunan kita dan membawa pada penerimaan yang sempurna atas kehendak Allah yang kudus.
Semuanya ada dalam tangan-Nya, yang diatur dan dirancang oleh Penyelengaraan Ilahi-Nya, semuanya baik dalam jiwa saya.
Memuji Allah, buatlah tindakan niat dengan doa ini: “Aku memuji Tuhan dan Bunda-Mu yang Kudus dan aku memuliakan-Mu atas rencana surgawi yang menyelamatkanku dan membawaku ke sukacita yang sempurna.”
Posted on 14 January 2021, in Keluarga and tagged Luka Batin, Pengampunan, Spiritualitas. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0