Allah Mengeraskan Hati Firaun?

Musa di hadapan Firaun (Film ‘The Ten Commandments’ [1956])
Dalam Keluaran 4:21, Allah mengeraskan hati Firaun sehingga tidak membiarkan bangsa Israel pergi dari Mesir. Dan seperti ditanyakan oleh David Woon dari Singapura, dalam peristiwa Allah mengeraskan hati tokoh-tokoh dalam Alkitab juga ditemukan dalam Yosua 11:20 ketika Allah mengeraskan hati raja-raja kafir yang tidak mau mengadakan ikatan persahabatan dengan Israel dan juga dalam Injil Yohanes 12:37-40, mengenai alasan mengapa banyak orang Yahudi tidak percaya akan Yesus.
Jawaban dari Romo Charles Grodin:
Kita harus selalu ingat bahwa Kitab Suci tidak ditulis dengan pola pikir manusia di abad 21, dan wahyu ilahi belum lengkap sampai Yesus Kristus. Kitab Suci kuno membicarakan sesuatu hal yang umum didengar oleh orang-orang pada zamannya, dan yang dituliskan itu mempertimbangkan apa yang sudah diungkapkan sampai dengan saat itu.
Dunia kuno penuh dengan konsep adanya dewa-dewi yang baik dan dewa-dewi yang jahat. Perjanjian Lama lebih sering menekankan monoteisme orang-orang Yahudi, dan dengan demikian Allah digambarkan sebagai sumber dari segala sesuatu (lihat Yesaya 45:7). Ketika penulis mengatakan Allah mengeraskan hati Firaun sebenarnya penulis itu sedang mengatakan bahwa tidak ada kuasa-kuasa rohani lainnya (yakni, dewa-dewi lain) yang sedang terjadi.
Dalam bahasa teologis modern, dan dengan kepenuhan wahyu yang diterima melalui Yesus Kristus, kita akan membahasakannya bahwa Allah mengizinkan Firaun berkeras hati. Kejahatan dan dosa tidak lebih berkuasa atau setara dengan Allah. Oleh karena itu, jika dosa dan kejahatan itu ada, karena Allah mengizinkan keduanya ada. Hal ini tidak berarti bahwa Allah menghendaki demikian, tapi Allah mengizinkan untuk suatu tujuan yang lebih besar. Secara umum, kebaikan yang lebih besar itu adalah kehendak bebas kita.
Seperti yang dikatakan dalam Kitab Suci, Allah mengizinkan hujan turun bagi orang benar dan orang yang tidak benar (Matius 5:45). Jika Allah langsung menghukum orang yang tidak benar dan memberikan upah bagi orang yang benar, maka tidak ada kehendak bebas. Kita semua dipaksa untuk melalukan perbuatan yang benar daripada dengan bebas memilih yang benar. Dalam kasus ini, Firaun melihat kebaikan Allah sedang bekerja, dan alih-alih Firaun menerima kebaikan Allah, Firaun memilih untuk menolak dan menyerang. Dosalah yang mengeraskan hati dan membuat kemungkinan kita semakin kecil untuk bertobat, dan Allah memang mengizinkan kita untuk memilih.
Jawaban Romo Luke Fong:
Ketika kita menghadapi Kitab Suci dengan maksud mempelajari dan memahaminya, maka selalu bermanfaat bahkan mungkin juga tepat untuk mengetahui perbedaan atau hubungan antara hermeneutika dan eksegesis.
Garis besarnya, hermeneutika berkaitan dengan filsafat dan ilmu menafsirkan naskah kitab suci yang akan mencakup hal-hal seperti peran terang Ilahi atau wawasan yang berperan dalam penafsiran naskah. Dalam hal ini, apa yang sebenarnya hendak disampaikan kepada kita oleh penulis.
Eksegesis itu menarik makna dari naskah, dan mencakup hal-hal seperti tata bahasa, terminologi, bahkan kritik sastra.
Maka, hermeneutika merupakan bidang mengenai cara kita menafsirkan Alkitab, dan eksegesis adalah penafsiran aktual naskah dengan menarik makna dari naskah itu.
Setelah kita membahas kedua perbedaan itu, setidaknya bisa membantu dalam memahami apa yang hendak saya tawarkan kepada Anda yang lebih mengarah ke penjelasan hermeneutis daripada penjelasan eksegetis. Maka untuk menjawab pertanyaan Anda, meskipun sebagian besar kedua hal akan kelihatan tidak sama bobotnya dan saling tumpang tindih.
Memang benar bahwa salah satu karunia terbesar yang Allah berikan kepada kita adalah kehendak bebas, namun karunia yang sama ini pula yang membuat kita bergumul setiap kali kita menemukan bagian-bagian dalam Kitab Suci, seolah-olah tersirat bahwa pribadi manusia itu dipaksakan oleh Allah sendiri.
Tampaknya Allah mendorong diri-Nya sendiri kepada manusia dan bersikap tidak adil. Ini yang dirasa tidak sesuai dengan keyakinan kita bahwa Allah itu adil dan penuh kasih.
Jika kita melihat Keluaran 9:12 di luar konteksnya, memang kelihatannya Allah secara sepihak membuat Firaun berkeras hati yang mengakibatkan tulah-tulah terjadi (eksegese murni yang menyebabkannya). Jika kita membuka beberapa halaman ke belakang di kitab yang sama, kita akan melihat bahwa sebelum peristiwa ini Firaun sendiri yang mengeraskan hatinya sendiri (Keluaran 7:13, 22; 8:15, 28 dan 9:7).
Ketika kita sampai di Keluaran 9:12, kita menyadari bahwa Allah tidak perlu mengeraskan hati Firaun yang memang sudah mengeras sejak semula dan tidak berperasaan.
Apa yang saya singgung di sini adalah kehendak bebas kita merupakan sesuatu yang tidak pernah Allah kompromikan bahkan dalam melaksanakan kehendak kedaulatan-Nya. Hasil yang mengerikan merupakan hasil dari sikap keras kepala dan ketegaran hati kita yang tidak mau menyerah, dan selalu dimulai dari pihak kita. Bagaikan batu yang berguling di lereng yang curam, semakin tidak mau berhenti dan mengeras hingga sampai penolakan total terhadap Allah dan karya kasih-Nya yang menyelamatkan bagi kita.
Kemudian, keadilan Allah ditampilkan ketika Firaun menanggapi dengan sikap jahat terhadap umat-Nya dan diperkuat oleh tekad bangsa Israel untuk melawan Firaun. Dalam kasus Firaun, inilah tindakan penghakiman sebagai tanggapan atas keputusan yang sudah dibuatnya sendiri.
Belas kasih Allah masih berlaku karena Ia mengizinkan hati yang keras untuk kembali kepada-Nya, bahkan tidak pernah dipaksakan secara sepihak. Bacaan-bacaan Kitab Suci mengenai contoh-contoh tersebut memilili satu maksud dan tujuan, yaitu untuk mengingatkan kita sebagai pengikut Kristus supaya hati kita perlu terus menerus dipersiapkan untuk dibentuk dan dilunakkan supaya berserah pada kehendak Allah, dan menjadi perhatian bagi kita bahwa ada kalanya kita keras hati, juga siap bekerja sama dengan kehendak Allah yang Mahakuasa.
Sumber: “Did God Negate Pharaoh’s Free Will?” dan “Why did God harden Pharaoh’s Heart?”
Posted on 25 May 2021, in Kenali Imanmu, Kitab Suci and tagged Kitab Suci, Musa. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0