[…] atau diakon kadang-kadang akan mengatakan, atau paduan suara menyanyikan, “Kyrie eleison” (“Tuhan, kasihanilah kami”): Kata-kata dalam bahasa Yunani ini…
Batu Penjuru: Tidak Ada Keselamatan Dalam yang Lain
Oleh Dr. Brant Pitre

Christ Before Caiaphas by Matthias Stom (Sumber: wikipedia.org)
Saya akan menjelaskan konteks awal dari Kisah Para Rasul 4 yang mengisahkan ketika para murid ditangkap di Yerusalem karena melakukan mukjizat dan memberitakan Injil. Peristiwa ini berada dalam konteks penganiayaan awal terhadap Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Penganiayaan ini bukan dilakukan oleh orang pagan yakni Kekaisaran Romawi, melainkan oleh para pemimpin Yahudi di Yerusalem: Kayafas dan Hanas, orang yang sama yang sudah menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus sehingga Ia disalibkan di Kalvari. Jadi apa yang terjadi, orang-orang mulai mendengar kabar baik dari Petrus, Yakobus, dan Yohanes, dan para rasul lainnya, dan pertobatan mulai terjadi. Faktanya, dalam Kisah Para Rasul 4:4 dikatakan bahwa 5.000 orang laki-laki menjadi percaya setelah mendengarkan perkataan para rasul yang berkhotbah di kota itu. Jadi saya ingin Anda untuk memikirkan bahwa itu juga menjadi konteksnya. Alasan lain bahwa Petrus dan para murid ditangkap karena hal ini semakin tidak terkendali.
Salah satu gagasan umum mengenai sejarah Kristen yang sering dibawa oleh siswa saya di kelas adalah bangsa bukan Yahudi mendengarkan Injil, tapi orang Yahudi tidak mau bertobat. Saya selalu meminta siswa-siswa untuk bertanya, Dr. Pitre kenapa orang Yahudi tidak percaya Yesus? Dan saya selalu harus memberi tahu mereka dengan baik bahwa sebenarnya pertanyaan pengandaian itu tidak benar. Jika Anda membaca Kitab Kisah Para Rasul, Anda akan menemukan bahwa bukan hanya segelintir orang Yahudi yang bertobat, melainkan dalam jumlah yang banyak. Faktanya, Kisah Para Rasul 4 menggambarkan hanya orang Yahudi saja, mereka adalah penduduk kota Yerusalem. Maka kita punya 5.000 orang Yahudi, atau setidaknya 5.000 orang Yahudi menjadi murid Yesus, menjadi umat beriman, dibaptis pada tahun-tahun awal Kekristenan. Dengan kata lain, Kekristenan menyebar bagaikan api melalui agama Yahudi di ibu kotanya yaitu Yerusalem, dan itulah mengapa para pemimpin umat Yahudi mulai waspada. Jadi, apa yang terjadi? Imam besar, Hanas dan Kayafas dan juga beberapa anggota imam besar lainnya, memanggil Petrus dan Yohanes. Para imam besar membawa para murid, mereka menangkapnya, dan membawa ke hadapan mereka dan menanyakan satu pertanyaan penting. Inilah pertanyaan penting yang ditanyakan kepada Petrus dan Yohanes, “Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu?” Dengan kata lain, dengan kuasa apa mereka [para rasul] melakukan mukjizat, dan atas nama siapa mereka [para rasul] mengerjakan hal itu.
Pertanyaan itu penting untuk memahami jawaban Petrus, karena sama dengan pertanyaan yang diajukan kepada Yesus selama pelayanan publik-Nya. Ketika Yesus berkeliling untuk memberitakan kabar baik dan melakukan banyak mukjizat, ada beberapa pemimpin agama Yahudi menuduh Yesus melakukannya dengan kuasa Iblis. Jadi pada dasarnya para imam besar bertanya kepada Petrus mengenai otoritas atau dengan kuasa apa mereka [para rasul] melakukannya. Sama seperti ketika mereka [imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi] bertanya tentang Yohanes Pembaptis (Matius 21:23-27), dengan kuasa apa Yohanes membaptis, itulah permasalahannya. Dan dengan konteks itu, mari kita lihat bagaimana Petrus menjawab:
Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: “Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit dan harus menerangkan dengan kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel, bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati–bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di depan kamu. Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan–yaitu kamu sendiri–,namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
Ada hal petama yang saya harap bisa memberi Anda sedikit konteksnya. Saya ingin Anda memikirkan hal ini sebentar, Petrus sedang menyampaikan pidatonya kepada Hanas dan Kayafas, dan para anggota Imam Besar, mereka orang-orang yang menyerahkan Yesus kepada orang Romawi supaya disalibkan. Jadi ketika Petrus mengatakakan ‘siapa yang kamu salibkan’ maka ada sedikit konteks historis, sebenarnya Petrus berbicara kepada orang-orang yang menyerahkan Yesus untuk dihukum mati. Dan perhatikan juga, Petrus tidak lagi takut dengan orang-orang ini. Inilah Petrus yang sama ketika ia berada di halaman Kayafas, bahkan waktu itu Petrus menyangkal tiga kali kalau dirinya mengenal Yesus karena ia takut dan lemah. Nah, setelah Pentakosta, rasa takut itu hilang, sekarang Petrus dipenuhi Roh Kudus. Apa anugerah Pantekosta? Yaitu memberikan keberanian untuk bersaksi tentang Injil, meskipun mengakibatkan dirinya untuk mengorbankan nyawanya, yang bisa saja terjadi pada waktu itu. Artinya, Petrus tidak tahu apa yang akan terjadi akibat pernyataannya ini. Ia bisa juga diseret, diserahkan kepada orang Romawi dan disalibkan, tapi Petrus tidak takut dan merasa khawatir lagi, karena ia dipenuhi Roh Kudus dan juga dengan pewartaan kabar baik.
Elemen lainnya yang ditegaskan Petrus ini, ia menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan bahwa melalui Yesus Kristus dari Nazaret kami melakukan mukjizat ini, dan dengan kuasa-Nya dan dalam nama-Nya kami mewartakan kabar gembira bagi kalian. Ia yang telah kamu bunuh itu sudah dibangkitkan dari kematian, dan Allah telah membangkitkan-Nya. Kemudian elemen ketiga, dengan melakukan hal itu maka Ia sudah menggenapi satu nubuat. Sekarang mungkin Anda belum jelas melihatnya, tapi ketika Petrus berkata, “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan,namun ia telah menjadi batu penjuru,” Petrus menyinggung Mazmur 118. Apa itu Mazmur 118 di abad pertama Masehi? Inilah yang ditafsirkan sebagai Mazmur tentang Mesias. Itulah Mazmur Daud yang dianggap sebagai yang diurapi, namun hal ini dipandang sebagai nubuat yang digenapi dalam diri Sang Mesias. Petrus mengatakan Mazmur ini sudah digenapi hingga mereka menolak dan membunuh Yesus. Analogi yang Petrus gunakan di sini adalah batu, batu penjuru, dan para tukang bangunan yang merupakan analogi Bait Suci. Dengan kata lain, para pemimpin Yerusalem, para imam besar yang seharusnya menjadi penjaga dan pembangun Bait Suci. Kemudian Yesus datang sebagai yang diurapi, sebagai Sang Mesias, dan salah satu hal yang seharusnya dilakukan oleh Mesias adalah membangun Bait Suci yang baru. Alih-alih menerima Sang Mesias dan bukannya mereka menerima Bait Suci yang baru yang dibawa oleh Sang Mesias, seperti yang dikatakan Kitab Suci, para imam besar dan pemimpin Yerusalem malahan menolak-Nya. Mereka menolak batu penjuru dari Bait Suci yang baru,dengan pengertian itu maka mereka menempatkan diri mereka sendiri di luar Bait Suci yang baru. Jadi Petrus mengutip Mazmur itu dan menunjukkan bahwa Kristus telah menggenapi nubuat ini.
Kemudian elemen keempat sekaligus terakhir, yaitu mengenai sesuatu yang sangat penting bagi kita terutama pada zaman sekarang, meri perhatikan apa yang Petrus katakan. Petrus bukan saja mengenali Yesus sebagai Sang Mesias, ia lebih jauh lagi dan mengatakan bahwa mulai sekarang keselamatan hanya akan terjadi melalui Kristus. Ia berkata, “tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Zaman sekarang ini, bukan hanya multi-denominasi, tapi pluralisme agama, pertumbuhan pesat agama-agama dunia yang oleh karena itu ada banyak agama di seluruh dunia. Dengan begitu, banyak paparan relaitas global kehidupan manusia dan agama dan juga keanekaragaman bangsa dan budaya. Salah satu hal yang umat perjuangkan adalah Kekristenan adalah satu-satunya jalan. Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan atau semua agama di dunia hanyalah jalan yang berbeda menuju Allah? Apakah semua jalan yang berbeda-beda itu akan mencapai akhir yang sama? Pada zaman sekarang ini, hal ini sangat menggoda bahkan menjadi populer bahwa dalam artian tertentu semua agama diciptakan sama maka diartikan bahwa agama hanyalah cara yang berbeda menuju satu Allah yang sama. Pandangan seperti itu bukanlah pandangan Alkitabiah dan tentu saja bukan yang dikatakan Petrus. Dalam Kisah Para Rasul 4, Petrus sangat jelas tidak ada nama lain di kolong langit ini yang bisa menyelamatkan. Maka hanya Kristus saja adalah sumber segala keselamatan, hal ini menjadi dimensi pertentangan dalam kabar baik Kristen. Mungkin bagi saya, salah satu perkataan Yesus yang paling radikal dalam Injil Yohanes adalah “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Dan pada dasarnya Petrus membuat pernyataan yang sama kepada para pemimpin Bait Suci di kota Yerusalem.
Sumber: “The Cornerstone: There is Salvation in No One Else”
Posted on 21 September 2021, in Apologetika and tagged Brant Pitre, St. Petrus, Yesus Kristus. Bookmark the permalink. Leave a comment.
Leave a comment
Comments 0