Kelahiran Kembali menurut Gereja Perdana

Oleh Joe Heschmeyer

Baptisan (Sumber: catholic.com)

Dalam tulisan St. Yustinus Martir berjudul “Apologia Pertama” sekitar tahun 160. Dalam naskah itu, kita bisa menemukan Yustinus memberikan penjelasan dan pembelaan kepada kaisar pagan. Termasuk gambaran tentang apa yang dipikirkan umat Kristen pada zamannya mengenai baptisan:

Aku hendak menceritakan cara kita membaktikan diri kepada Allah ketika kita sudah dibentuk menjadi baru melalui Kristus; jika kita mengabaikan hal ini, jangan sampai penjelasan yang kita nyatakan menjadi kelihatan tidak wajar. Seperti yang banyak orang sudah yakini dan percayai bahwa apa yang kita ajarkan dan katakan itu benar, dan bertekad untuk hidup sesuai dengan perkataan kami, kami diperintahkan untuk berdoa dan memohon kepada Allah dengan melakukan puasa demi pengampunan dosa-dosa mereka di masa lalu, kami berdoa dan berpuasa dengan mereka. Kemudian, mereka kami bawa ke suatu tempat berair, dan dilahirkan kembali dengan cara yang sama dengan cara kami dilahirkan kembali. Sebab, dalam nama Allah, Bapa dan Tuhan semesta alam, dan Juruselamat kita Yesus Kristus, dan Roh Kudus, kemudian mereka menerima pembasuhan dengan air.

Yustinus menawarkan dua bagian perikop Kitab Suci untuk mendukung praktik ini. Pertama kali, Yustinus menyebutkan perkataan Yesus kepada Nikodemus dalam Yohanes 3:5: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Kemudian, untuk menjelaskan “bagaimana seorang berdosa dan bertobat akan terlepas dari dosa mereka,” Yustinus mengutip perkataan ini dari penglihatan Nabi Yesaya:

Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! Marilah, baiklah kita berperkara! –firman TUHAN–Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang.” Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya (Yesaya 1:16-20).

Yustinus mengutip bukan hanya dari Kitab Suci, tetapi dari Tradisi Apostolik, yaitu “[Ritual] ini sudah kami pelajari dari para rasul.” Ia juga menjelaskan mengapa sejak kita lahir “tanpa memiliki pengetahuan dan pilihan kita sendiri” dan “dibesarkan dalam kebiasaan buruk dan ajaran yang jahat” maka ada ritus pembaptisan supaya kita “dapat memperoleh penghapusan dosa yang kita lakukan sebelumnya melalui air.”

Bahkan Yustinus menyebutkan rincian penting yaitu mengapa umat Kristen di abad ke-2 menyebut baptisan sebagai pencerahan:

Dan pembasuhan ini disebut pencerahan, karena mereka yang mempelajari ini akan diterangi dalam pemahaman mereka. Dan dalam nama Yesus Kristus, yang disalibkan di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, dan dalam nama Roh Kudus, yang melalui para nabi dinubuatkan segala sesuatu tentang Yesus, kemudian ia yang dicerahkan dibasuh.

Jadi, dalam istilah Kristen perdana untuk baptisan yang disebut pencerahan, kita bisa menemukan refleksi gagasan bahwa baptisan itu melaksanakan sesuatu.

 

Sumber: “The Early Church on Baptismal Regeneration”

Advertisement

Posted on 11 August 2022, in Apologetika and tagged , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: