[…] Catholic Answers Staff, Terang Iman: Allah Mengubah Nama Saulus Menjadi Paulus? […]
Historia Ecclesiastica Tidak Valid?
Oleh Casey Chalk

Pen burning in fire (Sumber: catholic.com)
Eusebius mungkin melakukan beberapa kesalahan, tetapi ia menunjukkan betapa Katoliknya Gereja perdana.
Catatan sejarah Gereja di luar Alkitab yang paling tua dan masih ada adalah karya Eusebius (sekitar 260-339 M), beliau adalah Uskup Kaisarea di wilayah Palestina. Oleh sebab itu, Sejarah Gereja (Historia Ecclesiastica) karya Eusebius merupakan bacaan penting bagi siapa saja yang ingin memahami Kekristenan selama tiga abad pertama. Bahkan, dengan membaca sepintas saja dari karyanya yang terdiri dari sepuluh bab ini, ada banyak hal yang dapat menegaskan pemahaman Gereja yang sepenuhnya Katolik.
Penting untuk mengakui kekurangan Eusebius. Secara terang-terangan, uskup dari abad keempat ini adalah seorang pendukung dan pembela kaisar Konstantinus (bab kesepuluh dari sejarahnya bukanlah pujian yang halus untuk kaisar), yang di kemudian hari hal ini memicu kritik dari para sejarawan Gereja bahwa Eusebius adalah seorang yang agak culas dan tulisannya terlalu dipolitisasi. Beliau adalah pendukung awal ajaran sesat Arius, yang mengarah pada tuduhan bahwa beliau sendiri adalah seorang penganut Arianisme. (Eusebius kemudian dibebaskan dari tuduhan bidah dengan persetujuan Konstantinus di Konsili Nicea). Dan sejarahnya telah menjadi sasaran banyak kritik dari banyak cendekiawan, termasuk cendekiawan patristik besar seperti William Jurgens, yang mengemukakan berbagai kesalahan historis dalam karya Eusebius.
Kendati demikian, terlepas dari masalah-masalah yang ada, sulit untuk tidak melebih-lebihkan nilai dari Sejarah Gereja. Karya ini merupakan sejarah Gereja yang pertama di luar Alkitab. (Kisah Para Rasul karya Lukas adalah sejarah gerejawi yang pertama.) Bahkan dengan berbagai kesalahan, para sarjana modern, baik Katolik maupun non-Katolik, mengakui bahwa karya Eusebius ini sangat berharga untuk memahami Gereja perdana. Memang, dalam banyak kasus, kita mengetahui para pemikir Gereja perdana lainnya (dan tulisan-tulisan mereka) karena uskup Kaisarea mengutip mereka. Dan, apa pun kesalahan yang dibuat Eusebius, ada banyak hal dalam sejarahnya yang ditegaskan oleh sumber-sumber kuno lainnya. Dengan demikian, apa pun kecenderungan umum yang dapat kita pahami dari Sejarah Gereja sangatlah penting bagi kita ketika kita merenungkan Kekristenan selama tiga abad pertama.
Ada beberapa tema kunci dalam sejarah Eusebius yang menerangi identitas dan perhatian Gereja perdana. Yang pertama adalah sentralitas dari suksesi kerasulan. Eusebius memulai bab atau buku ini dengan mencatat “hal-hal utama” yang ingin ia bahas dalam karyanya, dan urutan teratas dalam daftarnya adalah “jalur suksesi dari para rasul yang kudus, dan masa-masa yang terjadi sejak zaman Sang Juruselamat hingga zaman kita.” Jadi, di sepanjang sejarahnya, kita menemukan referensi tentang suksesi apostolik di Yerusalem, Antiokhia, Aleksandria, dan Roma (yang disebut sebagai patriarkat).
Pada suatu ketika, Eusebius menyebutkan seorang anggota gereja bernama Gayus, yang bukan hanya mengaku tahu di mana letak monumen peringatan St. Petrus dan Paulus berada, tetapi juga menyebut keduanya sebagai “orang-orang yang mendirikan gereja ini.” Eusebius juga menyebut Aleksander sebagai “penerus kelima Petrus dan Paulus.” Dia mengutip tentang “Kontroversi Paskah” di abad kedua, mengenai penanggalan Paskah, dan mencatat bahwa para uskup di Timur, termasuk Irenaeus, Uskup Lyon. Mereka tidak setuju dengan Uskup Roma (yaitu paus) Viktor atas keputusannya untuk mengekskomunikasi beberapa keuskupan di Asia Kecil. Namun, meskipun demikian, dalam kritiknya terhadap Viktor, Eusebius menyiratkan bahwa ia dan Irenaeus sama-sama mengakui bahwa uskup Roma memiliki otoritas untuk melakukan ekskomunikasi, karena “ia [Viktor] tidak boleh memutuskan hubungan dengan seluruh gereja-gereja Allah.” Selain itu, Eusebius menyebut Petrus sebagai uskup Roma yang pertama dan menggambarkan bagaimana teolog besar Origenes merasa perlu untuk membuktikan ortodoksinya kepada Fabianus, uskup Roma.
Tema penting kedua dari sejarah ini adalah penolakan terhadap ajaran-ajaran sesat. Di antara kelompok-kelompok bidat yang dibahas Eusebius adalah kaum Ebionit, yang menolak keilahian Kristus; kaum Montanis, kaum karismatik yang percaya kepada wahyu nubuat yang baru; kaum Novatian, yang menolak menerima kembali orang-orang Katolik yang murtad; dan kaum Sabelian, yang percaya bahwa Bapa, Putra, dan Roh Kudus merupakan tiga “modus” yang berbeda dari Allah. Dalam setiap kasus, Eusebius menolak ajaran-ajaran sesat ini karena tidak setia kepada Kitab Suci atau tradisi para rasul yang dilestarikan oleh para penerusnya, yaitu para uskup. Sebagai contoh, sejarawan menyebutkan Paus Stefanus dan sinode-sinode para uskup yang tidak disebutkan namanya sebagai pihak yang berwenang dalam perdebatan mengenai pembaptisan orang-orang Kristen yang murtad.
Penekanan pada keselarasan dengan ajaran apostolik yang dilestarikan melalui kepemimpinan uskup juga relevan dengan tema penting ketiga dalam karya Eusebius: penganiayaan terhadap Gereja perdana dan keutamaan para martir pada masa itu. Setiap bab dalam sejarah ini berisi kisah-kisah para martir, dan beberapa di antaranya, seperti buku kesembilan, hanya berisi sedikit kisah lainnya. Eusebius menunjukkan keutamaan mereka dalam kutipannya tentang Yustinus Martir, yang menulis, “Ketika aku menyaksikan mereka [orang-orang Kristen] tidak takut menghadapi kematian dan segala sesuatu yang dianggap buruk oleh manusia, aku sadar bahwa mereka tidak mungkin hidup dalam kejahatan dan kesenangan diri sendiri.” Dengan kata lain, para martir menjadi kesaksian yang efektif dan menggugah akan kebenaran klaim-klaim Gereja. Adapun kata Yunani untuk martir yang secara harfiah berarti “saksi.”
Namun Eusebius menyadari bahwa ada potensi masalah dengan “motif kredibilitas” yaitu ada beberapa kelompok bidat juga menyatakan orang-orang tertentu sebagai martir, seperti kaum Marcion atau Montanis. Sejarawan ini mengutip seorang penulis Kristen yang tidak disebutkan namanya yang berpendapat bahwa martir palsu adalah mereka yang “tidak sungguh-sungguh mengakui Kristus,” dan dengan orang-orang yang menolak untuk bersekutu dengan Gereja. Akibatnya, para martir yang asli adalah mereka yang bersekutu dengan Gereja yang sejati, dan lebih jauh lagi, Gereja yang sejati diidentifikasi melalui suksesi apostolik.
Ada beberapa kontroversi lain dalam Sejarah Gereja yang layak untuk ditelusuri. Uraian Eusebius tentang perdebatan sengit mengenai penanggalan Paskah mungkin akan mengejutkan orang Kristen abad ke-21 (terutama non-Katolik), yang tidak terlalu mementingkan kalender liturgi. Riwayat hidup Origenes yang ditulisnya menunjukkan tendensi teologisnya. Namun tema-tema suksesi apostolik, melawan ajaran sesat, dan memperingati para martir terlihat paling menonjol di seluruh naskah ini. Dan, terlepas dari historisitas berbagai catatan Eusebius, karya ini menunjukkan isu-isu dan kontroversi apa yang mendominasi tiga abad pertama Gereja.
Singkatnya, Gereja perdana menempatkan garis suksesi apostolik, bukan hanya sebagai sebuah cara untuk membedakan Kekristenan yang sejati dengan peniru-peniru yang palsu, tetapi juga untuk mengenali para martir yang sejati. Tentu saja, Eusebius juga percaya bahwa ajaran-ajaran sesat dapat dibantah dengan merujuk kepada Kitab Suci, tetapi Gereja apostoliklah yang merupakan pelindung dan penafsir Kitab Suci yang setia. Dan bahwa uskup Roma yang dimulai dengan Petrus dan berlanjut dengan tokoh-tokoh seperti Klemens, Stefanus I, Sixtus II, dan Fabianus, hal ini begitu penting dalam perdebatan-perdebatan Gereja perdana, paling tidak menandakan adanya pengakuan yang semakin besar terhadap otoritas utama dari tahta Roma pada abad-abad awal.
Terlepas dari keterbatasan historisnya, Sejarah Gereja karya Eusebius dengan jelas menunjukkan bahwa Gereja perdana adalah sebuah institusi Katolik yang tunggal.
Posted on 24 October 2023, in Apologetika, Sejarah Gereja and tagged Bapa Gereja, Eusebius dari Kaisarea, Gereja, Sejarah, Suksesi Apostolik. Bookmark the permalink. Leave a comment.


Leave a comment
Comments 0