[…] Catholic Answers Staff, Terang Iman: Allah Mengubah Nama Saulus Menjadi Paulus? […]
Kredo dan Nama Kristus
Oleh Rm. Jerry J. Pokorsky

Ancient statue: Jesus Christ is the Good Shepherd with the lost sheep on shoulders (Sumber: catholic.com)
Pengakuan Iman Para Rasul dapat membantu kita untuk menggali makna mendalam dari tindakan penyembahan dalam mengucapkan nama Yesus dengan penuh hormat
Rosebud.
Penggemar film akan langsung teringat dengan film klasik tahun 1941 yang berjudul Citizen Kane. Satu kata yang terdiri dari dua suku kata ini merangkum seluruh drama dan menumbuhkan kembali spekulasi-apakah kata ini merujuk pada cinta yang bertepuk sebelah tangan, kehilangan sifat lugu, atau meninggalkan kebahagiaan. Memang, kosakata ini tidak hanya sarat akan makna, tetapi juga sarat akan referensi sejarah dan pengalaman.
Nama-nama setiap orang memiliki daya tarik yang paling kuat. Dale Carnegie, penulis buku How to Win Friends and Influence People, menegaskan: “Ingatlah akan nama seseorang karena bagi orang tersebut adalah suara yang paling manis dan paling penting dalam bahasa apa pun.”
Pernyataan hormat atas nama Yesus adalah tindakan penyembahan yang mendalam dan indah. Nama Yesus berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “membebaskan; menyelamatkan” atau “juruselamat.” Nama ini mencakup kesatuan antara Allah dan manusia serta sejarah dan kekekalan. Nama Yesus memberikan identifikasi pribadi kepada nubuat Yesaya: “Sesungguhnya, perempuan muda itu [atau perawan] mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, serta menamainya Imanuel” (7:14 TB2). Yesus dari Nazaret selamanya adalah “Allah beserta kita.”
Injil, ajaran Gereja, dan Pengakuan Iman Para Rasul menguraikan makna istimewa dari nama Yesus. “Firman itu telah menjadi manusia, dan tinggal di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran” (Yohanes 1:14 TB2). Yesus adalah Sang Firman, Pribadi Kedua dari Tritunggal Mahakudus, sungguh Allah dan sungguh manusia, yang mengambil rupa manusia.
Aku percaya akan Allah, Bapa yang Maha Kuasa,
pencipta langit dan bumi.
Dan akan Yesus Kristus, PuteraNya yang tunggal, Tuhan kita.
Yang dikandung dari Roh Kudus,
dilahirkan oleh perawan Maria.
Nama Yesus menggambarkan misi penyelamatan-Nya. “Sebab, Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, melainkan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yohanes 6:38 TB2). Yesus, Sang Firman yang menjadi manusia, menggenapi nubuat Yesaya yang lain: “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku; ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (55:11 TB2). Dalam menggenapi kehendak Bapa:
Yang menderita sengsara, dalam pemerintahan Pontius Pilatus,
disalibkan, wafat dan dimakamkan.
Yang turun ketempat penantian, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.
Yang naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah Bapa yang Maha Kuasa.
Dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan mati.
Dengan misi-Nya yang diselesaikan sesudah salib, yaitu dengan Kebangkitan, dan Kenaikan-Nya, Sang Firman tidak lagi jauh dan terasing dari kita. Dia tetaplah Imanuel. Dia mengutus Roh Kudus kepada kita dan menggenapi janji-Nya bahwa “Rohlah yang memberi hidup … Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (Yohanes 6:63) Roh-Nya menguduskan hati kita yang penuh sesal akan dosa dan menggabungkan kita ke dalam tubuh mistik-Nya yaitu Gereja melalui pembaptisan, dan kita dipersatukan dengan tubuh mistik-Nya di dalam kasih karunia:
Aku percaya akan Roh Kudus,
Gereja Katolik yang kudus,
persekutuan para Kudus,
pengampunan dosa,
Misa bukan hanya menampilkan kembali kisah salib dan Kebangkitan, tetapi liturgi suci ini juga secara misterius menampilkan kembali Inkarnasi. Liturgi Sabda adalah suara Yesus dan mengungkapkan sejarah dan takdir kita. Doa Umat mengajak kita untuk memanggil nama-Nya dalam iman, tetapi hanya untuk memuliakan Bapa: “Apa pun yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dimuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya” (Yohanes 14:13-14 TB2).
kebangkitan badan,
kehidupan kekal.
Amin
Ketika kasih karunia mendorong kita untuk menyebut nama Yesus dengan penuh hormat, kita bukan hanya menyembah Dia, tetapi juga menjadi sahabat-Nya. Kita mengizinkan Yesus untuk memberikan keintiman ilahi-Nya melalui kemanusiaan-Nya: “Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Namun, Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku” (Yohanes 15:15 TB2).
Ketika kita menyebut nama “Yesus” dengan penuh rasa hormat, kita menemukan keagungan kemanusiaan kita. Kita melihat adanya Penyelenggaraan Ilahi di dalam sejarah. Kita bersukacita dalam suatu penglihatan yang penuh harapan akan masa depan. Nama Yesus di bibir kita mendamaikan kita dengan Allah dan kekekalan. Dalam nama-Nya, perkataan kita menjadi perkataan-Nya.
Tidak ada kata yang lebih sakral, intim, dan sarat akan makna selain nama Yesus yang kudus. “Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit, di atas bumi, dan di bawah bumi” (Filipi 2:10 TB2).
Yesus.
Posted on 25 November 2023, in Ekaristi and tagged Ekaristi, Syahadat. Bookmark the permalink. Leave a comment.


Leave a comment
Comments 0