[…] Mencari Keseimbangan – Kisah Cara Valle – Terang Iman, accessed October 9, 2025, https://terangiman.com/2023/01/23/mencari-keseimbangan-kisah-cara-valle/ […]
Adven: Apa yang sedang Kita Persiapkan?
Oleh John M. Grondelski

Lilin Adven (Sumber: dioceseoflaredo.org)
Bukan hanya untuk kelahiran Sang Kristus, melainkan untuk sesuatu yang akan datang.
Adven artinya “datang” atau “kedatangan.” Inilah masa sebelum Natal, yang setidaknya terdiri dari empat hari Minggu sebelum tanggal 25 Desember. (Saya katakan “setidaknya” karena, seperti yang mungkin Anda perhatikan tahun ini [2023], “Pekan Keempat” Adven sebenarnya hanyalah Minggu Adven Keempat, karena Natal jatuh pada hari Senin). “Empat pekan” Adven merujuk pada empat ribu tahun yang secara harfiah dikaitkan dengan jeda waktu antara kejatuhan Adam dan kelahiran Yesus Kristus.
Ketika sebagian besar umat Katolik berbicara tentang Adven, mereka menyebutnya sebagai “persiapan untuk Natal.” Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena perayaan peringatan Kelahiran Tuhan membutuhkan persiapan.
Namun, mari kita sadari bahwa dalam memperingati Kelahiran Kristus, kita sebenarnya sedang mengenang sebuah peristiwa di masa lalu. Yesus telah lahir lebih dari dua ribu tahun yang lalu.
Ketika kita melihat struktur masa Adven, sebenarnya fokus pada kelahiran Yesus menjadi dominan hanya pada sembilan hari terakhir masa Adven, yaitu pada tanggal 16-24 Desember. Saat itulah Injil secara khusus berfokus pada kelahiran Yesus secara historis di Betlehem. Pada saat itu juga Prefasi yang digunakan untuk Misa berbicara langsung tentang kelahiran Sang Kristus secara historis.
Sebagian besar masa Adven (jumlah harinya bervariasi dari 13-18 hari, tergantung kapan Masa Adven dimulai) sebelum tanggal 16 Desember, tidak berfokus pada kedatangan Yesus yang pertama di Betlehem. Adven difokuskan pada kedatangan-Nya yang kedua di akhir zaman.
Masa Adven dibuka dengan fokus eskatologis. Dalam hal ini, Adven melanjutkan fokus eskatologis dari pekan-pekan terakhir Masa Biasa. Minggu Biasa XXXIII dan Minggu Adven I selalu memiliki tema penghakiman, baik kedatangan kembali Tuhan di akhir zaman (Masa Biasa) atau perlunya berjaga-jaga dan siap siaga untuk kedatangan (Adven). Hari Raya Kristus Raja mengaitkan keduanya: Yesus adalah Raja Alam Semesta.
Kita perlu mempersiapkan diri bukan untuk peristiwa yang telah berlalu, tetapi untuk peristiwa yang akan datang. Itulah sebabnya dalam setiap Misa, setelah mengucapkan Bapa Kami, imam berdoa supaya kita dibebaskan dari yang jahat sambil menantikan kedatangan kembali kembali dengan “harapan yang membahagiakan.”
Saya pernah ditanya apakah Adven masih termasuk “masa tobat.” Dalam satu kesempatan, jelas masih, meskipun beberapa orang saat ini bingung. Ya, busana imam berwarna ungu, warna tobat. Tetapi beberapa latihan rohani di masa lalu seperti karya misi, retret, waktu pengakuan dosa yang diperpanjang, tampaknya sudah menghilang. Dan jika Anda bertanya kepada seorang ahli hukum kanonik, dia akan memberi tahu Anda bahwa waktu tobat Gereja adalah “setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga Masa Prapaskah” (KHK 1250).
Spiritualitas Katolik yang kokoh dimulai dari teologi Katolik yang baik, bukan hukum kanon. Hukum ada untuk melayani iman dan penerapannya oleh umat Katolik. Jadi, apakah Adven masih merupakan “masa tobat”?
Ya, dalam arti bahwa semua waktu adalah masa tobat. Umat Katolik dipanggil untuk terus menerus bertobat. Pertobatan adalah aspek yang terus menerus dari kehidupan Kristiani. Ada saat-saat dalam hidup kita ketika pertobatan mungkin memiliki fokus yang lebih besar dan saat-saat lain ketika fokusnya lebih kecil, tetapi tidak ada waktu ketika perhatian terhadap pertobatan tidak ada sama sekali. Yesus memanggil kita untuk “haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna” (Matius 5:48 TB2), sebuah tugas yang tidak pernah berhenti. Jadi, ya, sejauh mana kita semua terpengaruh oleh dosa (dan kita semua terpengaruh pada tingkat yang lebih besar atau lebih kecil), pada tingkat itu, kita juga dipanggil untuk bertobat.
Namun panggilan pertobatan yang kita jalani di Masa Adven memiliki karakter yang khas: yaitu “harapan yang membahagiakan.” Seorang Katolik yang menghayati Masa Adven saat ini berada dalam keadaan yang lebih baik daripada para nabi Mesianik seperti Yesaya dan Mikha: ia tahu bagaimana akhir dari kisah Yesus dari Nazaret. Pada saat yang sama, seorang Katolik masa kini juga mengetahui bagaimana kisah ini akan berakhir: kemenangan Allah dan kebaikan, “segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus … supaya Allah menjadi semua di dalam semua” (1 Korintus 15:28). Kita tahu bahwa Allah, yang akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati, akan menang. Satu-satunya hal yang tidak kita ketahui adalah di pihak mana kita akan berada pada hari penghakiman itu: di sisi domba atau kambing.
Itulah sebabnya Masa Adven adalah masa persiapan dan pertobatan: inilah saat untuk mempersiapkan diri saya “menyambut kedatangan Juruselamat kita, Yesus Kristus,” hakim atas yang hidup dan yang mati, Raja Semesta Alam. Cara saya mempersiapkan diri saya adalah dengan pertobatan hati, berbalik dari ciptaan kepada Sang Pencipta, dari dosa kepada kasih karunia. Jadi, para pastor harus mengembalikan beberapa hal penting dalam masa Adven yang lama, seperti karya misi paroki, atau setidaknya memperpanjang waktu untuk pengakuan dosa secara sakramental.
Kalender liturgi tidak dimaksudkan untuk menjadi peragaan kembali kehidupan Kristus. Sebaliknya, kalender liturgi dimaksudkan secara sistematis, tahun demi tahun, untuk menuntun kita melewati titik-titik penting dalam kehidupan Kristus, mulai dari kelahiran-Nya hingga kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya, dan pengutusan Roh Kudus. Jelas, Yesus tidak lahir setiap tanggal 25 Desember.
Kalender liturgi mirip dengan rosario. Sepanjang tahun, merenungkan misteri-misteri rosario menuntun kita melewati peristiwa-peristiwa terpenting dalam kehidupan, wafat dan kebangkitan Yesus. Semua peristiwa itu tetap memiliki relevansi yang konsisten bagi orang Kristen: itulah sebabnya kita memperingati peristiwa-peristiwa sedih di masa Prapaskah dan peristiwa-peristiwamulia di masa Paskah. Ada satu kehidupan Kristus yang tidak terpisahkan yang tetap menjadi ukuran normatif bagi setiap orang Kristen. Apakah kita merenungkannya dalam doa rosario atau mengamatinya sepanjang tahun liturgi, maksudnya tetap sama: bagaimana elemen-elemen kehidupan-Nya membentuk kehidupan kita.
Masa Adven mengingatkan kita akan apa yang telah Yesus lakukan untuk kita sehingga “sekarang” (kata kecil yang kita ulangi dalam setiap doa Salam Maria), melalui doa-doa Maria dan semua orang kudus, kita dapat berbalik dari segala sesuatu yang memisahkan kita dari Allah menuju kepada Allah sendiri. Masa Adven mengingatkan kita bahwa “sekarang” adalah satu-satunya masa yang benar-benar kita miliki dan janjikan, karena kita tidak memiliki jaminan akan masa depan kita. Jadi kita memanfaatkan peristiwa kasih karunia, kairos yang “sekarang,” untuk mempersiapkan diri bagi Dia yang telah datang di masa lalu, membuat kita sadar bahwa Dia akan datang kembali dan “Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya” (Wahyu 22:12).
Apa tanggapan kita? Apa yang kita persiapkan selama Masa Adven dan sepanjang hidup kita? Kata-kata terakhir dari Alkitab: “Datanglah Tuhan Yesus!” (bdk. Wahyu 22:20). Maranatha!
Posted on 6 December 2023, in Ekaristi and tagged Adven, Liturgi, Natal, Yesus Kristus. Bookmark the permalink. 1 Comment.


Terimakasih
LikeLike