[…] Catholic Answers Staff, Terang Iman: Allah Mengubah Nama Saulus Menjadi Paulus? […]
Beberapa Tradisi Gereja
oleh Luke Lancaster

Kaca patri Katedral Malaga (Sumber: catholic.com)
Orang-orang Protestan terkadang mengklaim bahwa ‘Tradisi’ terlalu samar. Namun …
Beberapa orang Kristen Protestan berpendapat bahwa orang Kristen seharusnya hanya menggunakan Alkitab sebagai sumber kebenaran yang tidak dapat salah (infalibel). Salah satu cara mereka melakukan hal ini adalah dengan menyerang ambiguitas Tradisi. Katolik mengklaim bahwa “Tradisi” pada dasarnya adalah segala sesuatu yang diwariskan oleh para rasul kepada para pengikutnya secara lisan, dan bukan melalui surat-surat tertulis. Bagi orang Katolik, Tradisi sama infalibelnya dengan Alkitab.
Namun, teman-teman Protestan berpendapat bahwa orang Katolik tidak menunjukkan contoh-contoh spesifik dari Tradisi. Kitab Suci dapat dengan mudah dirujuk dengan membuka kitab yang ada di tangan kita, sedangkan Tradisi kurang mudah dirujuk. Seperti yang dikatakan oleh seorang apologis Protestan, Robert Zins, dalam sebuah debat mengenai iman Katolik, “Berapa orang di antara Anda yang pernah memegang Tradisi Paulus di tangan Anda? Dan membacanya, dan mempelajarinya, dan menaatinya?” Maksudnya adalah bahwa tidak ada daftar ajaran yang sempurna yang disampaikan oleh para rasul secara lisan. Karena itu, teman-teman Protestan berargumen bahwa iman Katolik dapat dengan mudah menciptakan ajaran-ajaran baru dan mengklaim bahwa ajaran-ajaran itu berasal dari sumber misterius yang bernama “Tradisi.”
Untuk menjawab klaim ini, saya mengumpulkan beberapa ajaran yang pada dasarnya berasal dari Tradisi. Ajaran-ajaran ini adalah contoh-contoh Tradisi karena dua alasan.
Pertama, umat Kristen mula-mula terkadang secara eksplisit mengklaim bahwa ajaran tertentu diturunkan dari para rasul. Jika orang-orang Kristen mula-mula dapat dipercaya, maka ini adalah kriteria pertama yang baik.
Kedua, umat Kristen mula-mula terkadang berpegang teguh pada suatu ajaran tertentu. Jika hampir semua penulis Kristen di seluruh dunia mengajarkan ajaran tertentu atau tidak membantahnya, maka hal ini mengimplikasikan bahwa sumber ajaran tersebut berasal dari para rasul. Suatu ajaran kemungkinan besar akan tersebar luas karena merupakan bagian dari Tradisi. Di sisi lain, jika ajaran itu tidak diyakini oleh orang-orang di seluruh dunia [pada saat itu], tetapi hanya merupakan satu pemikiran tertentu dari satu orang tertentu, maka ajaran itu kemungkinan besar bukanlah tradisi apostolik.
Ajaran-ajaran Tradisi berikut ini dapat ditemukan di dalam Alkitab, tetapi hanya secara implisit. Banyak orang akan memperdebatkan apakah ajaran-ajaran ini berasal dari Kitab Suci, tetapi jika kita tahu bahwa suatu ajaran diwariskan secara lisan dari para rasul, maka perdebatan itu selesai.
Di bawah ini adalah tujuh ajaran yang memenuhi dua kriteria di atas dan dengan demikian memenuhi syarat sebagai tradisi-tradisi yang spesifik.
- Mendoakan Orang Meninggal
Iman Katolik mengajarkan bahwa umat Kristiani dapat berdoa bagi jiwa-jiwa orang yang telah meninggal, agar mereka yang telah meninggal dibersihkan dari dosa-dosa mereka di hadapan Allah. Doa untuk mempercepat pembersihan setelah kematian ini berasal dari para rasul, menurut patriark Konstantinopel yang terkenal, St. Yohanes Krisostomus (347-407). Ia berkata, “Tidak sia-sia para rasul memerintahkan untuk mengenang orang-orang mati dalam Misteri-misteri yang mengerikan [dalam liturgi Ekaristi].” Para rasul mengajarkan bahwa doa Misa akan menyegarkan jiwa-jiwa orang mati yang sedang dimurnikan.
- Baptisan Bayi
Umat Katolik berpegang pada ajaran bahwa seorang bayi yang belum mampu beriman kepada Yesus dapat dibaptis. Iman Gereja mengisi kekurangan bayi tersebut. Ajaran tentang baptisan bayi ini berasal dari para rasul, menurut Origenes dari Aleksandria (184-254). Ia berkata bahwa “Gereja menerima dari para rasul tradisi untuk memberikan baptisan bahkan kepada bayi” (Tafsiran atas Roma 5:9).
- Maria tetap perawan
Ajaran ini mengatakan bahwa Maria, bunda Yesus, adalah seorang perawan di sepanjang hidupnya. Dia tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan Yusuf. Dogma ini diajarkan secara universal oleh Gereja perdana, meskipun tidak ada ayat Kitab Suci yang mengatakan, “Maria tidak pernah berhubungan dengan Yusuf sepanjang hidupnya.” Santo Hieronimus menyanggah seorang bernama Helvidius yang mengklaim bahwa Maria melakukan hubungan seksual, dengan mengatakan, “Bukankah aku akan menentangmu dan seluruh penulis kuno? . . . Ignatius [108 M], Polikarpus [65-155], Irenaeus [130-200], Yustinus Martir [100-165], dan banyak lagi tokoh-tokoh apostolik dan tokoh-tokoh terpuji lainnya, yang menentang [bidaah] Ebion, Theodotus dari Bizantium, dan Valentinus yang memiliki pandangan-pandangan yang sama dan menulis buku-buku yang sarat dengan kebijaksanaan. Jika Anda pernah membaca apa yang mereka tulis, Anda akan menjadi orang yang lebih bijaksana” (19).
- Kehadiran Nyata Yesus dalam Ekaristi
Meskipun banyak dari kalangan Protestan mengajarkan bahwa kalimat Yesus “inilah tubuh-Ku” adalah murni simbolis, tapi Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus berbicara secara harfiah. Roti secara misterius berubah menjadi tubuh Yesus namun tetap dalam bentuk roti. Ajaran ini ditegaskan oleh semua Bapa Gereja awal. Alasan mengapa tidak ada yang meragukan atau menyangkalnya adalah karena para rasul telah mewariskannya.
- Kurban Misa
Iman Katolik mengajarkan bahwa Perjamuan Terakhir Yesus (Misa pertama), ketika Ia mempersembahkan roti dan anggur yang sungguh-sungguh dipersatukan dengan kurban kematian-Nya. Oleh karena itu, semua Misa yang dipersembahkan oleh para imam adalah kurban kepada Allah. Banyak dari kalangan Kristen Protestan yang menyangkal bahwa Misa adalah sebuah kurban, namun semua Bapa Gereja dengan suara bulat mengajarkan hal ini. Kitab Suci tidak pernah secara eksplisit mengatakan “kurban Misa,” namun ajaran ini merupakan sebuah tradisi. Sejarawan Gereja JND Kelly berkata, “Ekaristi dianggap sebagai kurban khas Kristiani sejak dekade terakhir abad pertama, bahkan lebih awal lagi … Hal yang wajar bagi orang-orang Kristen mula-mula untuk menganggap Ekaristi sebagai sebuah kurban” (196).
- Suksesi Apostolik
Katolik mengajarkan bahwa para uskup harus ditahbiskan dari seseorang yang memiliki garis suksesi langsung dari para rasul. Hal ini tidak pernah dijelaskan di dalam Kitab Suci sebagai suatu persyaratan. Namun, mengapa para Bapa Gereja menganggapnya penting? Mungkin karena itu adalah sebuah tradisi para rasul. Bahkan, bidaah-bidaah yang mengklaim bahwa doktrin-doktrin mereka berasal dari para rasul dibantah oleh Tertulianus (160-220), yang mencatat bahwa bidaah-bidaah seperti itu tidak memiliki silsilah dari para uskup yang mengaitkan mereka dengan para rasul (bab 32).
- Para Uskup, Presbiter, dan Diakon
Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa ada tiga jabatan kepemimpinan di dalam Gereja: uskup, presbiter, dan diakon. Alkitab hanya mengatakan bahwa ada penatua atau penilik jemaat dan diakon. Ignatius dari Antiokhia berbicara tentang kepemimpinan tiga jabatan yang telah ada untuk beberapa waktu dan tersebar di berbagai gereja di Asia Kecil (Surat kepada jemaat di Trallia 2:1-3). Orang-orang Kristen mula-mula lainnya juga berbicara tentang hal yang sama. Dari mana mereka mendapatkan ide seperti itu jika bukan dari Tradisi? Bagaimana mereka dapat begitu yakin bahwa setiap Gereja memiliki seorang uskup di atas para presbiter dan diakon?
Mereka yang menyatakan bahwa Tradisi hanyalah sebuah kekacauan yang tidak jelas adalah salah. Umat Katolik tidak dapat mengambil doktrin-doktrin dari Tradisi, seolah-olah dari topi penyihir. Sebaliknya, para rasul mewariskan ajaran-ajaran secara lisan, dan orang-orang Kristen mula-mula membuktikannya.
Sumber: “7 Specific Church Traditions”
Posted on 9 November 2024, in Apologetika and tagged Ekaristi, Kehadiran Nyata, Maria, Misa Kudus, Suksesi Apostolik, Tradisi. Bookmark the permalink. Leave a comment.


Leave a comment
Comments 0