Di Mana Letak Makam Yesus?

oleh Clement Harrold

Basilica of the Holy Sepulchre, “Church of the Resurrection” by Custodia Terrae Sanctae (Sumber: custodia.org)

Pengunjung Gereja Makam Kudus (Holy Sepulchre) di Yerusalem sering kali merasa terkejut saat mengetahui betapa dekatnya makam ini dengan situs yang secara tradisional diidentifikasi sebagai Golgota (atau, dalam bahasa Latin, Kalvari). Namun, ketika kita membaca Injil dengan seksama, kita menyadari bahwa penataan ini persis seperti yang kita harapkan:

Dekat tempat Yesus disalibkan ada taman dan dalam taman itu ada kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu Hari Persiapan orang Yahudi, sedangkan kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan Yesus di situ (Yohanes 19:41-42 TB2).

Dari tulisan Yohanes, kita dapat menyimpulkan bahwa Kristus dikuburkan di sebuah taman yang “berada di tempat Ia disalibkan”, dan tempat penguburan ini sangat ideal karena “makamnya berada di dekat situ”. Maka, masuk akal jika Gereja Makam Kudus memiliki tempat penyaliban dan penguburan Kristus yang letaknya sangat berdekatan.

Namun, sejauh mana tradisi-tradisi ini dapat dipercaya? Di sini kita akan memusatkan perhatian kita pada bukti-bukti historis mengenai lokasi makam Yesus.

Dari Tambang Kapur menjadi Taman menjadi Tempat Suci

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa lokasi tempat Gereja Makam Kudus berdiri saat ini dulunya merupakan tambang batu kapur besar yang terletak di luar tembok Yerusalem. Dari abad kedelapan hingga abad pertama sebelum Masehi, tambang ini digunakan untuk memasok berbagai kebutuhan bangunan di kota Yerusalem. Namun, pada abad pertama Masehi, tambang tersebut berhenti beroperasi.

Pada saat ini, situs ini pernah mengalami alih fungsi dengan berbagai tujuan. Pertama, tempat ini mulai digunakan sebagai kuburan oleh penduduk Yahudi di Yerusalem. Pemakaman biasanya dilakukan di luar tembok kota, dan bekas tambang ini terbukti menjadi lokasi yang nyaman, baik karena lokasinya yang dekat dengan kota maupun karena melimpahnya bahan mentah yang tersedia. Para arkeolog menemukan beberapa makam yang berasal dari abad pertama di wilayah sekitar Gereja Makam Kudus. Makam-makam ini dipahat di lereng bukit batu kapur, dan digunakan oleh orang-orang Yahudi kaya seperti Yusuf dari Arimatea (lihat Matius 26:59-60).

Kedua, daerah tersebut mulai digarap untuk tujuan pertanian. Penggalian arkeologi baru-baru ini di Gereja Makam Kudus menunjukkan bukti adanya pohon zaitun dan tanaman anggur yang tumbuh di lokasi tersebut sekitar 2.000 tahun yang lalu. Hal ini sangat cocok dengan deskripsi dari Injil Yohanes tentang Yesus yang dikuburkan di sebuah taman.

Hingga akhirnya, setidaknya menurut tradisi Kristen, tempat ini mulai digunakan oleh orang Romawi untuk melakukan eksekusi publik. Hal ini masuk akal secara historis, mengingat kebiasaan daerah untuk melakukan penyaliban di luar tembok kota dan mengingat bahwa orang Romawi lebih suka menyalibkan orang yang dijatuhi hukuman di tempat-tempat yang menonjol, seperti di persimpangan jalan atau di atas bukit. Karena tambang tua itu terletak dekat dengan kota, salah satu dari berbagai bukit berbatu yang ada di sana merupakan tempat yang cocok bagi orang Romawi untuk melakukan perbuatan keji semacam itu.

Pada paruh kedua abad pertama, situs bekas tambang ini kemungkinan besar tidak digunakan lagi setelah Romawi menghancurkan Yerusalem pada tahun 70 M. Namun, situs ini kembali mengalami transformasi dramatis beberapa dekade kemudian. Pada sekitar tahun 132 M, menjelang pemberontakan besar bangsa Yahudi yang dikenal sebagai pemberontakan Bar Kokhba, Kaisar Hadrianus memerintahkan agar dibangun sebuah kota baru di atas reruntuhan Yerusalem. Pada tahun-tahun berikutnya, seluruh tata letak kota ini dirancang ulang sesuai dengan sistem grid Romawi, dan nama kota ini diubah menjadi Aelia Capitolina.

Selain itu, Hadrianus memerintahkan pekerjaan pembangunan yang ekstensif untuk dilakukan di lokasi bekas tambang. Para insinyur Romawi mengisi tambang dengan banyak sekali tanah dan batu, yang di atasnya mereka membangun platform besar yang menjadi fondasi kuil baru yang megah. Kuil ini didedikasikan untuk Venus, yang juga dikenal dengan nama Aphrodite dalam bahasa Yunani, dan kuil ini akan mendominasi pemandangan Aelia Capitolina selama hampir dua abad.

Penggalian Makam

Maju dua ratus tahun kemudian, kaisar yang sangat berbeda memerintah di Roma. Kaisar Konstantinus telah mengesahkan agama Kristen di seluruh kekaisaran pada tahun 313 Masehi, dan ibunya, Helena, adalah seorang Kristen yang taat.

Ketika Makarius I, uskup Yerusalem, memohon bantuan untuk menemukan situs-situs suci Kristen kuno, Helena, yang saat itu berusia 70-an tahun, berangkat ke Palestina sekitar tahun 326 Masehi. Putranya telah memberinya akses tak terbatas ke perbendaharaan kekaisaran, dan begitu sang permaisuri tiba di Yerusalem, ia mulai mencari informasi tentang lokasi tradisional makam Yesus.

Sebagai tanggapan, umat Kristen setempat menunjuk ke kuil Venus di dekatnya. Mereka memberi tahu Helena bahwa makam Kristus sengaja ditutupi oleh Kaisar Hadrianus sekitar dua ratus tahun sebelumnya, tampaknya sebagai upaya untuk memusnahkan sikap bakti umat Kristiani di tempat itu. Eusebius dari Kaisarea, seorang sejarawan besar dari Gereja perdana, yang menulis pada tahun 330-an M, mengisahkan cara-cara yang dilakukan oleh Hadrianus dan antek-anteknya untuk menutupi jejak peristirahatan Sang Kristus:

Kemudian, gua suci ini [yaitu makam Yesus] oleh beberapa orang fasik dan tak bertuhan berpikir untuk menghilangkannya dari pandangan manusia, dengan mengandaikan kebodohan mereka bahwa dengan demikian mereka akan dapat mengaburkan kebenaran dengan cara yang efektif. Oleh karena itu, mereka membawa sejumlah tanah dari kejauhan dengan kerja keras dan menutupi seluruh tempat itu; kemudian, setelah menaikkannya sampai tingginya cukup, mereka meratakannya dengan batu, menyembunyikan gua suci di bawah gundukan tanah yang sangat besar. Kemudian, seolah-olah tujuan mereka telah tercapai dengan pasti, mereka mempersiapkan di atas fondasi ini sebuah kuburan jiwa yang benar-benar mengerikan dengan membangun sebuah kuil yang mencekam yang berisi berhala-berhala tak bernyawa untuk roh najis yang mereka sebut Venus, dan mempersembahkan persembahan yang menjijikkan di sana di atas altar yang najis dan terkutuk. (Life of Constantine [Kehidupan Konstantinus], III.26)

Ketika Konstantinus mendapat kabar tentang apa yang telah terjadi, dia memerintahkan agar Kuil Venus diratakan dengan tanah, dan tanah di bawahnya digali. Selama penggalian inilah sebuah makam ditemukan beberapa meter di bawah permukaan, seperti yang telah diperkirakan oleh penduduk setempat. Eusebius menggambarkan kejadian itu:

Semangat kaisar tidak berhenti sampai di sini, tetapi dia memberikan perintah lebih lanjut bahwa bahan-bahan yang dihancurkan, baik batu maupun kayu, harus disingkirkan dan dibuang sejauh mungkin dari tempat itu; dan perintah ini juga dilaksanakan dengan cepat. Namun, kaisar tidak puas dengan tindakan yang telah dilakukan sejauh ini: sekali lagi, dengan semangat yang menyala-nyala, ia memerintahkan supaya tanah itu digali hingga kedalaman yang cukup dan tanah yang telah tercemar oleh kenajisan pemujaan setan diangkut ke tempat yang jauh.

Pekerjaan ini pun diselesaikan dengan segera. Tetapi begitu permukaan tanah yang asli, di bawah lapisan tanah yang ditimbun muncul, segera pekerjaan yang sebaliknya dan bertentangan dengan semua dugaan, ditemukanlah gua mulia tempat kebangkitan Juruselamat kita. Kemudian gua yang paling kudus ini menunjukkan kemiripan yang sesuai dengan kembalinya Dia dalam kehidupan, karena setelah terbaring dikuburkan dalam kegelapan, gua ini kemudian menjadi terang, dan kepada semua orang yang datang untuk menyaksikannya memberikan bukti yang jelas dan nyata akan keajaiban-keajaiban yang pernah terjadi di tempat itu, yaitu kesaksian tentang kebangkitan Sang Juruselamat yang lebih jelas daripada yang dapat disampaikan oleh ucapan apa pun. (Life of Constantine [Kehidupan Konstantinus], III.27-28)

Dari semua yang terlihat, tradisi lokal mengenai keberadaan makam Kristus telah terbukti benar. Menariknya, kesaksian Eusebius ini digemakan oleh Bapa Gereja St. Hieronimus dalam sebuah surat yang ditulisnya kepada temannya, Paulinus, menjelang akhir abad keempat:

Dari zaman Hadrianus hingga pemerintahan Konstantinus – periode sekitar seratus delapan puluh tahun – tempat yang menjadi saksi kebangkitan itu digunakan sebagai tempat berdirinya patung Yupiter; sementara di atas batu tempat salib itu berdiri, sebuah patung marmer Venus didirikan oleh orang-orang kafir dan menjadi sarana penyembahan. Memang, para penganiaya awal mengira bahwa dengan mencemari tempat-tempat kudus kita, mereka akan menghilangkan iman kita pada sengsara dan kebangkitan. Bahkan Betlehem-ku sendiri, seperti sekarang, tempat yang paling dihormati di seluruh dunia yang dinyanyikan pemazmur: Kebenaran telah muncul dari bumi, dibayangi oleh semak belukar Tamus [Yehezkiel 8:14], yaitu Adonis, dan di dalam gua di mana Kristus yang masih bayi menangis untuk pertama kalinya, gua itu kemudian dijadikan sebagai tempat untuk memuja Venus, kekasihnya [Kekasih Adonis]. (Surat 58.3)

Kesaksian Hieronimus berguna dalam dua hal. Pertama, ini memberikan konfirmasi terhadap narasi Eusebius tentang Hadrianus yang membangun sebuah kuil kafir di atas lokasi makam Yesus. Kedua, hal ini menunjukkan bahwa hal ini bukanlah hal yang tidak biasa, karena orang-orang Romawi melakukan hal yang sama persis di Betlehem: membangun sebuah kuil untuk Adonis, kekasih Venus, di atas gua yang diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus. Rupanya ini adalah strategi yang lebih dari sekali dilakukan oleh orang Romawi untuk menekan kultus-kultus lokal yang mereka anggap mengganggu.

Setelah penemuan luar biasa dari makam Kristus, Konstantinus memberikan perintah agar sisa lereng bukit dipotong untuk memungkinkan pembangunan sebuah gereja yang megah. Ini menjadi dasar dari apa yang sekarang dikenal sebagai Gereja Makam Kudus, meskipun bangunan ini telah melalui berbagai perubahan sejak saat itu.

Bukti Keaslian

Kita sekarang berada dalam posisi untuk bertanya seberapa besar bobot historis yang harus dikaitkan dengan lokasi tradisional makam Yesus. Apakah Konstantin dan Helena melakukannya dengan benar, atau apakah mereka melakukan kesalahan yang sangat fatal? Meskipun tidak mungkin untuk memberikan jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini, ada beberapa alasan untuk berpikir bahwa penilaian Konstantinus dan Helena benar tentang lokasi Gereja Makam Kudus yang sekarang adalah lokasi penguburan dan kebangkitan Kristus. Di sini kami akan menyebutkan hanya lima alasan.

Pertama, orang-orang Kristen yang tinggal di Yerusalem pada tahun 300-an tahu bahwa Yesus telah disalibkan dan dikuburkan di luar tembok kota (lihat Ibrani 13:12; Yohanes 19:41-42). Namun, kuil Venus yang dibangun oleh Hadrianus terletak di dalam tembok kota. Hal ini dijelaskan oleh fakta bahwa Raja Herodes Agripa telah memperluas tembok Yerusalem pada tahun 41-42 M, sehingga Golgota sekarang terletak di dalam batas kota. Namun, dengan kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M, tembok-tembok ini pasti hancur; dan hanya dengan bantuan arkeologi modern kita dapat mengidentifikasi di mana tembok-tembok kota itu berdiri pada zaman Yesus. Oleh karena itu, jika orang-orang Kristen setempat yang memberi tahu Ratu Helena tentang keberadaan makam Kristus hanya menebak-nebak, kita bisa menduga bahwa mereka menunjuk ke sebuah lokasi di luar tembok kota. Fakta bahwa mereka menunjuk ke suatu tempat di dalam kota menunjukkan bahwa mereka tidak sedang menebak-nebak, melainkan menyampaikan ingatan sejarah yang dapat dipercaya.

Kedua, ada fakta bahwa penggalian di bawah kuil Venus ternyata mengarah pada penemuan sebuah makam. Mengingat bahwa orang-orang Kristen setempat dengan tepat memperkirakan bahwa sebuah makam akan ditemukan di bawah kuil kafir, tampaknya mereka dengan setia meneruskan tradisi yang dapat dipercaya mengenai tempat pemakaman Yesus, dan bukan hanya menebak-nebak.

Ketiga, penduduk Kristen di Yerusalem hanya akan menunjuk kuil Venus sebagai tempat penguburan Yesus jika mereka memiliki tingkat keyakinan yang tinggi terhadap keandalan tradisi lokal mereka. Jika mereka hanya menebak-nebak, maka mereka pasti akan lebih memilih lokasi lain yang tidak dikotori oleh penyembahan berhala selama 190 tahun. Fakta bahwa orang-orang Kristen masih bersikeras pada lokasi ini, bahkan berhasil meyakinkan permaisuri untuk meruntuhkan sebuah kuil dan menggali beberapa meter di bawah tanah untuk mencari makam yang hilang, menunjukkan bahwa mereka memiliki alasan yang kuat untuk menganggap tradisi mereka benar.

Keempat, fakta bahwa Eusebius yakin akan keaslian situs pemakaman tersebut sangatlah penting. Eusebius lahir sekitar tahun 260 M, menjadikannya orang sezaman dengan peristiwa-peristiwa yang telah kami uraikan, dan ia termasuk golongan orang Kristen yang paling terpelajar pada zamannya. Dia juga orang yang skeptis dalam hal penemuan peninggalan Kristen dan situs-situs suci. Sebagai contoh, dia meragukan apakah Gunung Tabor adalah benar-benar tempat transfigurasi Kristus, dia bahkan tidak berkomentar mengenai penemuan Salib Sejati (yang konon terjadi pada saat yang sama dengan penemuan makam Kristus).

Kelima, ada beragam bukti tidak langsung yang membantu memperkuat keandalan tradisi seputar lokasi makam Kristus. Berikut ini beberapa contohnya:

  • Seperti yang sudah kita ketahui, bukti arkeologis menunjukkan bahwa pada abad pertama area di sekitar Gereja Makam Kudus telah ditanami, yang sesuai dengan deskripsi dalam Injil Yohanes tentang Yesus yang dikuburkan di sebuah taman.
  • Yohanes memberitahu kita bahwa “tempat Yesus disalibkan terletak dekat kota” (Yohanes 19:20 TB2), dan bahwa Dia dikuburkan di dekatnya. Fakta bahwa Gereja Makam Kudus terletak tepat di luar tembok kota yang asli sangat cocok dengan deskripsi Yohanes.
  • Injil mengatakan bahwa orang-orang harus membungkuk untuk masuk ke dalam kubur Yesus (lihat Lukas 24:12; Yohanes 20:5,11). Hal ini sesuai dengan dimensi makam di Gereja Makam Kudus, yang hanya dapat dimasuki melalui pintu masuk yang rendah.
  • Kita tahu bahwa sekelompok wanita pergi ke kubur “ketika hari masih gelap” (Yohanes 20:1) pada hari Minggu Paskah pagi, meskipun matahari sudah mulai terbit ketika mereka tiba di sana (lihat Matius 28:1; Markus 16:2; Lukas 24:1). Ketika menemukan kubur itu, para wanita berlari untuk memberitahu para murid, dan pada saat itu Petrus “bangkit dan berlari ke kubur itu, lalu membungkuk dan melihat ke dalam, dan ia melihat kain kapan itu masih ada” (Lukas 24:12). Mengingat bahwa saat itu mungkin masih sangat pagi, fakta bahwa Petrus dapat melihat kain lenan menunjukkan bahwa pintu masuk ke kubur itu menghadap ke timur, sehingga memungkinkan sinar matahari pagi untuk masuk. Hal ini sesuai dengan makam di Gereja Makam Kudus yang menghadap ke timur.
  • Meskipun Yerusalem mengalami pergolakan besar-besaran, yang pertama dengan penghancurannya oleh Romawi pada tahun 70 M, dan kemudian dengan pembangunan Aelia Capitolina oleh Hadrianus beberapa dekade kemudian, masih ada alasan kuat untuk berpikir bahwa orang-orang Kristen tetap tinggal di dalam dan di sekitar wilayah tersebut. Kita tahu, misalnya, bahwa tokoh-tokoh Kristen perdana seperti Melito dari Sardis (wafat sekitar tahun 180 M) dan Origen (sekitar tahun 185 – 253 M) mengunjungi tempat-tempat suci di wilayah itu. Dari Eusebius kita juga mendapatkan nama-nama para uskup Yerusalem yang tidak terputus sejak zaman para rasul hingga tahun 324 M (lihat Sejarah Gereja, IV.5 dan V.12). Eusebius juga bersaksi bahwa Gereja, yang sekarang terdiri dari orang-orang bukan Yahudi, tetap ada di Yerusalem bahkan setelah pembangunan kembali dan penggantian nama oleh Kaisar Hadrianus (lihat Sejarah Gereja, IV.6).
  • Secara umum, penemuan arkeologis membuktikan kebenaran dari narasi Eusebius tentang penemuan makam Kristus. Jejak-jejak yang diduga kuil Hadrianus dapat ditemukan di area sekitar Gereja Makam Kudus, dan penemuan gambar perahu peziarah kecil yang berasal dari masa sebelum pembangunan gereja menjadi bukti bahwa umat Kristen telah menghormati situs tersebut bahkan sebelum Ratu Helena tiba di sana. Dalam kata-kata seorang cendekiawan yang mempelajari prasasti tersebut, “Batu-batu itu sendiri telah berteriak bahwa ini adalah tempat di mana para peziarah mula-mula datang untuk menyembah Juru Selamat mereka yang telah dibangkitkan, Yesus Kristus” [lihat Lukas 19:40].

Tradisi yang Dapat Dipercaya

Meskipun kita tidak dapat mengetahui dengan tingkat kepastian 100% apakah makam di Gereja Makam Kudus adalah makam yang pernah digunakan oleh Yesus, diskusi di atas menunjukkan bahwa ada banyak alasan yang baik untuk mempercayai tradisi ini, dan tidak ada alasan yang kuat untuk meragukannya. Jika dipikir-pikir, hal ini masuk akal, mengingat kecil kemungkinannya umat Kristiani perdana melupakan atau salah menentukan lokasi yang mereka yakini sebagai mukjizat terbesar dalam sejarah.

Bahkan, dengan semua gejolak yang melanda Yerusalem dalam beberapa dekade berikutnya, hal ini menjadi masuk akal jika orang-orang Kristen di daerah itu akan menyimpan kenangan akan lokasi makam Kristus dan menghormatinya ketika mereka bisa melakukannya. Yang sangat ironis, keputusan Kaisar Hadrianus untuk membangun kuil kafir di lokasi yang sama tampaknya sangat membantu mereka dalam tugas ini, karena selama hampir dua abad tempat tersebut menjadi semacam patokan yang tak terbantahkan untuk menunjukkan dengan jelas lokasi di mana Yesus wafat di kayu salib, dikuburkan di sebuah makam, dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati.

 

Bahan Bacaan untuk Didalami

 

Clement Harrold meraih gelar master dalam bidang teologi dari Universitas Notre Dame pada tahun 2024, dan gelar sarjana dari Universitas Fransiskan Steubenville pada tahun 2021. Tulisan-tulisannya telah dimuat di First Things, Church Life Journal, Crisis Magazine, dan Washington Examiner.

 

Sumber: “Where Is Jesus’ Empty Tomb?”

Posted on 23 May 2025, in Kenali Imanmu and tagged , , , , , , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.