Beato Yakobus Won Si-bo
Profil Singkat
- Tahun dan tempat Lahir: 1730, Hongju, Chungcheong-do
- Gender: Pria
- Posisi/Status: Keluarga Kelas Biasa
- Usia: 69 tahun
- Tanggal Kemartiran: 17 April 1799
- Tempat Kemartiran: Cheongju, Chungcheong-do
- Cara Kemartiran: Dipukuli
Yakobus Won Si-bo lahir di Eunjong-ri, Hongju, Chungcheong-do (Sekarang, Seongdong-ri, Hapdeok-eup, Dangjin-gun, Chungnam), pada keluarga kelas biasa. Antara tahun 1789 sampai 1789, beberapa tahun setelah Gereja Katolik didirikan di Korea. Yakobus Won yang berusia hampir 60 tahun, menjadi Katolik bersama dengan sepupunya, Petrus Won Si-jang. Dia memiliki nama dewasa ‘Si-bo’.
Yakobus Won memiliki sifat yang baik, jujur, dan riang. Ketika dia baru menjadi Katolik, dia dengan setia mengamati ajaran Gereja. Dia mengabdikan dirinya untuk menjalankan kebajikan, mendermakan kekayaannya kepada orang miskin, dan berpuasa setiap hari Jumat. Dia berusaha untuk menyebarkan Injil dengan bepergian ke berbagai tempat yang berbeda. Oleh karena itu, namanya dikenal oleh banyak orang.
Ketika Penganiayaan Sinhae terjadi pada tahun 1791, banyak umat Katolik ditangkap. Pada saat itu, hakim dai Hongju memerintahkan polisi untuk menangkap Yakobus Won dan sepupunya, Petrus Won. Setelah diberi saran oleh temannya, Yakobus Won berhasil melarikan diri, tetapi Petrus Won ditangkap dan meninggal sebagai martir setelah disiksa dengan kejam. Ketika Yakobus Won mendengar kabar itu, dia sangat menyesal kehilangan kesempatan untuk mati sebagai martir, kemudian dia menjalankan agamanya dengan lebih bersungguh-sungguh. Sekitar tahun 1795, Yakobus Won bertemu dengan Pastor Yakobus Zhou Wen-mo, yang menolak untuk membaptisnya karena dia memiliki seorang selir. Dia pulang ke rumahnya dan tak lama kemudian memulangkan selirnya.
Dua tahun kemudian, Penganiayaan Jeongsa terjadi dan menyisir seluruh wilayah Chongcheong-do. Pada saat gejolak itu, Yakobus Won ditangkap pada tahun 1798. Dia dihukum dan disiksa di kantor pemerintahan Deoksan. Pada saat itu dia berusia 68 tahun. Walaupun siksaan berat yang dialaminya, dia tidak menyerah dan mengakui imannya kepada Tuhan dengan berkata, “Saya akan menjalankan agama Katolik saya untuk melayani Tuhan dan menyelamatkan jiwa saya.” Selanjutnya, dia dipindahkan ke Hongju, kemudian dia dibawa kembali ke Deoksan untuk menjalani pemukulan demi pemukulan dan interogasi. Oleh karena siksaan yang diterimanya, kedua kakinya patah.
Pada tahun 1799, gubernur mengeluarkan perintah bahwa Yakobus Won akan dibawa ke Pusat Militer di Cheongju. Ketika hari dimana dia meninggalkan Deoksan, istri, anak-anak dan teman-temannya mengikuti dia sambil menangis. Dia berkata kepada mereka:
“Untuk melayani Tuhan dan menyelamatkan jiwa-jiwa, kita tidak boleh mengikuti insting manusia. Jika kita bertahan dari seluruh kesakitan, kita akan diberi balasan berupa kebahagiaan untuk bertemu Tuhan Yesus Kritus dan Bundanya yang Suci, Maria. Jika kalian tetap disini hati saya akan menjadi lemah. Sehingga saya tidak dapat bertahan dalam iman saya dan melakukan kebodohan besar terhadap Tuhan. Jadi saya mohon, kalian pulang”
Ketika tiba di Cheongju, Yakobus Won dibawa kepada kepala pejabat untuk dijatuhi hukuman. Dia melakukan usaha terbaiknya untuk membuat Yakobus Won menyangkal Tuhan, tetapi semuanya sia-sia, karena hati Yakobus Won dipenuhi oleh keinginan yang menyala-nyala untuk mati sebagai martir.
Pemukulan yang diterima Yakobus Won di Deoksan membuat luka yang parah dan kakinya patah. Dia harus menahan semua siksaan dan hukuman yang akhinya memuncak pada kematiannya pada tanggal 17 April 1799 (13 Maret pada penanggalan Lunar), dan saat itu Yakobus Won berusia 69 tahun.
Ketika dia meninggal sebagai martir, jenazahnya dikelilingi dengan keindahan yang misterius. Dikatakan pada saat itu, sekitar 50 orang keluarganya menjadi Katolik.
Sumber: koreanmatyrs.or.kr
Posted on 18 October 2014, in Orang Kudus and tagged Korea, Martir, Orang Kudus. Bookmark the permalink. 5 Comments.
Pingback: Beato Fransiskus Bang | Terang Iman
Pingback: Beato Fransiskus Bae Gwan-gyeom | Terang Iman
Pingback: Beato Petrus Jeong San-pil | Terang Iman
Pingback: Beato Petrus Won Si-jang | Terang Iman
Pingback: Beato Laurensius Pak Chwi-deuk | Terang Iman